Berbicara
tentang Bunda Maria, berarti berbicara tentang tawaran keselamatan. Allah mengutus malaikat Gabriel untuk menyampaikan
kabar gembira bahwa Maria dipilih oleh Allah untuk menjadi ibu Tuhan. Kabar
gembira ini bisa dikatakan juga sebagai “kabar yang membawa kegalauan” bagi
Maria. Mengapa Maria mengalami kegalauan
saat menerima tawaran untuk menjadi ibu Tuhan? Karena menerima tawaran ini
penuh dengan pelbagai resiko, yakni bersedia mengandung seorang anak yang akan
diberi nama Yesus walaupun belum bersuami. Resiko sosial menjadi titik pergulatan seorang Maria dalam
menerima tawaran menjadi ibu Tuhan. Menerima kabar dari malaikat Gariel berarti
menerima “tawaran keselamatan” sekaligus berani menghadapi resiko sosial yang
akan menimpahnya.
Kesannya kabar yang diterima Maria sederhana.
Seolah-olah Maria sekedar mengatakan “ya” atas tawaran itu. Kitab suci tidak
mendeskripsikan secara detail tentang bagaimana pergulatan batin seorang Maria
sebelum memutuskan diri untuk menerima tawaran itu. Namun dalam kepasrahan
penuh pada Allah, Maria akhirnya juga mengatakan “Fiat Voluntas Tua.” Jadilah kehendak-Mu menjadi sebuah bentuk
kepasrahan diri Maria pada kehendak Allah dan sekaligus membiarkan Allah
bekerja dalam dirinya. “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut
kehendak-Mu.” Kalimat ini mengungkapkan kehampaan diri Maria di tengah
pergulatan dan menentukan sikap.
Kita
bisa membayangkan bahwa jika seorang malaikat muncul kepada seorang gadis
remaja hari ini dengan berita mengejutkan, yakni Anda akan punya bayi, walaupun
Anda adalah seorang perawan dan belum menikah, akan ada banyak pertanyaan atau
seruan penolakan untuk tidak mau. Kita yakin bahwa Maria menyadari masalah yang
akan dihadapi tetapi ia tahu bahwa apa yang ia lakukan pasti berkaitan dengan
misi Tuhan bagi hidupnya sehingga ia tidak bersuara apapun mengenai segala hal
negatif yang dialaminya. Sebaliknya Ia dengan tenang dan percaya bahwa jika ini
adalah rencana Allah baginya maka pasti
merupakan rencana yang terbaik.
Misi
penyelamatan dunia itu bermula dari “kabar gembira” yang dibawa oleh malaikat Gabriel.
Tanpa kabar gembira dan keberanian Maria untuk menerimanya maka misi itu
menjadi tidak terlaksana. Apa yang bisa kita pelajari dari sikap Bunda Maria?
Pertama-tama kita belajar dari sikap pasrah diri Maria kepada Allah. Maria
belum tahu, apa yang akan terjadi dengan dirinya kelak setelah menerima tawaran
itu namun dalam iman yang pasrah Ia menyerahkan dirinya pada kehendak bebas
Allah. Selain itu, kita juga belajar dari keberanian Maria untuk memutuskan
diri untuk menerima kabar gembira itu. Hanya dalam keberanian yang matang dari
seorang Maria, semuanya bisa terlaksana.***(Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment