Minggu, 27 Oktober 2019 merupakan hari
yang istimewa bagi Paroki Kutabumi, Gereja Santo Gregorius Agung, Tangerang. Paroki
Kutabumi mendapatkan kunjungan dari Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo untuk
menerimakan sakramen krima bagi 282 calon krisma yang sudah dipersiapkan secara
baik oleh para katekis. Walaupun kedatangan Bapak Kardinal ke paroki tepat
pukul 07.00 tetapi anak-anak calon krisma dan para pendamping sudah siap di
gereja mulai pukul 06.00.


“Menjadi warga Gereja yang penuh itu
seperti apa?” Tanya Kardinal di tengah khotbahnya yang singkat dan penuh
refleksi. Berkat pengaruh Roh Kudus, maka saudara-saudari menjadi berani dan
tegar dalam menjalani tugas perutusan Gereja. Hari ini mestinya masa biasa dan
warna liturginya hijau tetapi karena ada perayaan ekaristi untuk menerima
sakramen krisma maka dikenakan warna
merah untuk kasula dan stola. Warna merah
dalam liturgi merupakan simbol keberanian dalam perutusan. “Adakah contoh seorang yang
berani dan benar?” Tanya Kardinal lagi. “. . .darahku sudah mulai dicurahkan
sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.” Santo Paulus menjadi
contoh bagi kita yang menerima perutusan Kristus. Bahwa dalam mewartakan
Kristus, Paulus mengalami pengalaman pahit, yakni diadili dan dipenjara. Namun Paulus
menyadari bahwa Tuhan senantiasa mendampinginya sehingga ia tegar menghadapi
segala penderitaan.
Bapak
Kardinal menceriterakan pengalaman pribadi ketika mengunjungi salah satu
kampung yang letaknya jauh di pedalaman Papua. Kampung itu berada di Keuskupan Agats – Asmat. Untuk menjangkau
perkampungan itu Bapak Uskup menempuhnya dengan pesawat dan setelah turun dari
pesawat, dilanjutkan lagi dengan perjalanan menggunakan speed boat yang memakan
waktu kurang lebih 6 jam. Orang-orang di kampung yang hendak dikunjungi itu
sebagian besarnya terkena penyakit lepra. Melihat kondisi yang memprihatinkan itu
maka diminta beberapa suster melayani orang-orang kampung untuk mengobati
penyakit lepra yang sedang diderita. Pengalaman Bapak Uskup menggambarkan
perutusan yang harus melewati perjalanan yang jauh. Mewartakan Injil tidak
hanya dengan kata-kata melainkan melalui kehadiran dan melayani mereka yang
menderita. Di akhir khotbahnya, Bapak Kardinal mengingatkan umat akan tiga kata
kunci dalam bermisi, yaitu doa, derma dan mati raga.
Setelah perayaan Ekaristi dan penerimaan
sakramen krisma, dilanjutkan dengan acara parade budaya yang melibatkan semua
kelompok etnis dan kelompok kategorial. Pada hari yang sama, juga diadakan
perlombaan Hari Pangan Sedunia (HPS) antar wilayah.***(Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment