Wednesday, June 17, 2020

Puasa, Sedekah dan Doa

Gaya hidup mana  yang mewarnai kehidupan dunia kita saat ini? Gaya hidup itu adalah memperlihatkan sesuatu yang kita miliki/aktifitas maupun perasaan kita kepada orang lain dan berharap orang lain memberi tanggapan atau penilaian terhadap yang kita perlihatkan itu. Memperlihatkan sesuatu yang kita miliki, aktivitas, maupun perasaan telah menjadi gaya hidup yang dialami oleh sebagian besar dari manusia milineal saat ini, mulai  dari anak anak sampai orang tua.  Apa yang kita miliki, seperti barang-barang, perasaan sedih maupun bahagia, kita tunjukkan di media sosial. Bahkan, mau makan pun, makanan dan minumanya difoto terlebih dulu untuk dipajang di medsos sebelum dimakan.

Memperlihatkan sesuatu yang kita miliki, aktivitas maupun perasaan kita,  bisa merasuk dalam dunia hidup kita yang lain, yaitu dalam hal berpuasa, bersedekah dan berdoa. Bisa jadi, ketiga aktivitas hidup kita itu menjadi ajang untuk selalu diperlihatkan kepada orang lain.

     Hari ini Yesus memberi teguran kepada kita dalam hal berpuasa, bersedekah dan berdoa. Yesus berpesan agar  berpuasa, bersedekah dan berdoa bukan menjadi sarana untuk memamerkan kesalehan hidup kita. Tetapi, semuanya itu dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pribadi kita, membentuk solidaritas dan kepedulian kita terhadap sesama serta menjadi sarana membangun relasi dan komunikasi dengan Allah. Ya Tuhan, semoga puasa, derma dan doa yang aku lakukan semakin meneguhkan imanku.***

( inspirasi : Injil Matius 6:1-6.16-18, 17 Juni , Suhardi )

Tuesday, June 16, 2020

Kasih dan Doa

Masih ingatkah kita, ketika terjadi proses pemilihan president Amerika Serikat antara Obama dan Hilary Clinton? Selama proses pemilihan presiden itu, mereka berdua menjadi musuh yang saling melontarkan kata-kata yang pedas yang dapat menyakitkan hati dan perasaan serta mereka saling menjatuhkan nama baiknya. Panggung politik menjadi panggung untuk saling menyerang satu sama lain. Intinya, selama proses pemilihan itu, mereka menjadi "musuh" satu sama lain. Tetapi apa yang terjadi setelah selesai pemilihan president AS? Hilary Clinton mengucapkan selamat kepada Obama dan berdoa bagi dia agar mampu membawa Amerika Serikat lebih maju, makmur dan sejahtera. Demikian juga  yang terjadi di negara kita. Walau dalam proses PILPRES yang alot, Presiden  Joko Widodo dan Bapak Prabowo bisa saling berangkul tangan untuk bersama-sama memajukan bangsa dan negara Indonesia. Demikian juga yang terjadi antara Paus Yohanes Paulus II dengan Mehmet Ali Agca. Bahkan Paus Yohanes Paulus II mengunjunginya di dalam penjara dan berdoa untuknya.

          Ketiga contoh pengalaman hidup itu hendaknya dapat menjadi budaya dan spiritualitas bagi kita sebagai umat kristiani untuk tetap mengasihi dan berdoa bagi orang yang pernah menyakiti kita.

           Bacaan injil hari ini menegaskah hal itu. Yesus mengajak kita untuk mengasihi dan berdoa bagi musuh yang pernah menyakiti kita. Kita diajak untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi dengan kasih dan doa. 

( inspirasi:Injil Matius 5:43-48, 16 Juni,Suhardi)

Monday, June 15, 2020

Budaya Dan Spiritualitas "Non Violence"

Sering kita mendengar ungkapan, "Pembalasan lebih kejam." Artinya,  tindakan ora

ng yang  tersakiti  lebih parah daripada orang yang menyakitinya. Waduh...gawat kalau diterapkan dalam realitas kehidupan kita dan tentu saja hal ini tidak sesuai dengan budaya dan spiritualitas kristiani. Memang benar disakiti itu sakit dan sakitnya itu di sini ( tunjuk di  hati ). Lalu, apakah prinsip "pembalasan lebih kejam" ini akan menjadi gaya hidup kita. Tentu saja tidak! Kita hendaknya mengutamakan  sikap dan tindakan "non violence" ( tanpa kekerasan )  dalam hidup kristiani kita.

     Bacaan Injil pada hari ini menegaskan kepada kita untuk membangun budaya dan spiritualitas non violence. "Melawan tanpa kekerasan." Budaya dan spititulitas ini mau menghancurkan prinsip "kekerasan" dibalas dengan "kekerasan", " kejahatan" dibalas dengan "kejahatan".    Prinsip ini harus dihancurkan karena merusak /

memutarbalikan hubungan antara manusia  dengan Allah, dan hubungan manusia dengan sesamanya. Prinsip "kekerasan" dibalas "kekerasan"  hendaknya diganti dengan kebaikan dan cinta kasih / budaya dan spiritualitas non violence.

       Mari kita belajar dari sikap Tuhan Yesus untuk tidak memiliki sikap pendendam kendati apa yang mereka lakukan sangat menyakitkan. Mari kita belajar budaya dan spiritualitas non violence menjadi gaya hidup kristiani kita.

( inspirasi : Injil Matius 5:38-42,  15 Juni,Suhardi )

Saturday, June 13, 2020