Masih ingatkah kita, ketika terjadi
proses pemilihan president Amerika Serikat antara Obama dan Hilary Clinton? Selama
proses pemilihan presiden itu, mereka berdua menjadi musuh yang saling
melontarkan kata-kata yang pedas yang dapat menyakitkan hati dan perasaan serta
mereka saling menjatuhkan nama baiknya. Panggung politik menjadi panggung untuk
saling menyerang satu sama lain. Intinya, selama proses pemilihan itu, mereka
menjadi "musuh" satu sama lain. Tetapi apa yang terjadi setelah
selesai pemilihan president AS? Hilary Clinton mengucapkan selamat kepada Obama
dan berdoa bagi dia agar mampu membawa Amerika Serikat lebih maju, makmur dan
sejahtera. Demikian juga yang terjadi di
negara kita. Walau dalam proses PILPRES yang alot, Presiden Joko Widodo dan Bapak Prabowo bisa saling
berangkul tangan untuk bersama-sama memajukan bangsa dan negara Indonesia. Demikian
juga yang terjadi antara Paus Yohanes Paulus II dengan Mehmet Ali Agca. Bahkan
Paus Yohanes Paulus II mengunjunginya di dalam penjara dan berdoa untuknya.
Ketiga contoh pengalaman hidup itu hendaknya dapat menjadi budaya dan spiritualitas bagi kita sebagai umat kristiani untuk tetap mengasihi dan berdoa bagi orang yang pernah menyakiti kita.
Bacaan injil hari ini menegaskah hal itu. Yesus mengajak kita untuk mengasihi dan berdoa bagi musuh yang pernah menyakiti kita. Kita diajak untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi dengan kasih dan doa.
( inspirasi:Injil Matius 5:43-48, 16 Juni,Suhardi)
0 komentar:
Post a Comment