Sering kita mendengar ungkapan, "Pembalasan lebih kejam." Artinya, tindakan ora
ng yang tersakiti lebih parah daripada orang yang menyakitinya. Waduh...gawat kalau diterapkan dalam realitas kehidupan kita dan tentu saja hal ini tidak sesuai dengan budaya dan spiritualitas kristiani. Memang benar disakiti itu sakit dan sakitnya itu di sini ( tunjuk di hati ). Lalu, apakah prinsip "pembalasan lebih kejam" ini akan menjadi gaya hidup kita. Tentu saja tidak! Kita hendaknya mengutamakan sikap dan tindakan "non violence" ( tanpa kekerasan ) dalam hidup kristiani kita.
Bacaan Injil pada hari ini menegaskan kepada kita untuk membangun budaya dan spiritualitas non violence. "Melawan tanpa kekerasan." Budaya dan spititulitas ini mau menghancurkan prinsip "kekerasan" dibalas dengan "kekerasan", " kejahatan" dibalas dengan "kejahatan". Prinsip ini harus dihancurkan karena merusak /
memutarbalikan hubungan antara manusia dengan Allah, dan hubungan manusia dengan sesamanya. Prinsip "kekerasan" dibalas "kekerasan" hendaknya diganti dengan kebaikan dan cinta kasih / budaya dan spiritualitas non violence.
Mari kita belajar dari sikap Tuhan Yesus untuk tidak memiliki sikap pendendam kendati apa yang mereka lakukan sangat menyakitkan. Mari kita belajar budaya dan spiritualitas non violence menjadi gaya hidup kristiani kita.
( inspirasi : Injil Matius 5:38-42, 15 Juni,Suhardi )
0 komentar:
Post a Comment