Saturday, November 20, 2010

DPRD Minta Bupati Kupang Revisi Rangkap Jabatan

E-mail Print PDF
Kupang, FloresNews.com - DPRD Kupang meminta Bupati Kupang Ayub Titu Eki segera merevisi rangkap jabatan yang diberikan kepada Joao MME Mariano selaku Pelaksana tugas (plt) Direktur PDAM Kabupaten Kupang, Kepala Dinas PU serta Plt. Kepala Pengairan Kabupaten Kupang. Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Kupang Hans Taopan, mengatakan perangkapan jabatan yang dialami oleh seorang pejabat, akan sangat berpengaruh kepada kinerja serta kualitas hasil kerja dalam memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat di wilayah tersebut.

Dia mengatakan, penempatan seorang pejabat untuk menduduki jabatan di sebuah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) serta unit kerja lainnya lingkup Pemerintah Kabupaten Kupang, dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan dan implementasi program kerja serta kebijakan kepala daerah lainnya yang akan dilakukan kepada masyarakat. "Kalau seorang pejabat merangkap tiga jabatan, bagaimana dia bisa bekerja secara maksimal di tiga bidang tersebut, apalagi jika bidang-bidang itu merupakan unsur layanan teknis kemasyarakatan," kata Taopan di Kupang, Rabu (17/11).

Dia menyebutkan, Mariano, sebelum ditempatkan sebagai Plt. Direktur PDAM Kabupaten Kupang, sedang menjabat sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Plt. Kepala Pengairan Kabupaten Kupang. Kendati dua jabatan lainnya masih merupakan pejabat pelaksana tugas, namun kata Taopan, sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan program di setiap bidang yang dijabat, terutama di bidang PU yang merupakan tugas pokoknya. "Saya heran kelebihan apa yang dimiliki oleh Mariano sehingga bisa merangkap jabatan tersebut," kata Taopan bertanya.

Dia berharap Bupati Kupang bersama jajaran Badan Pertimbangan dan Jabatannya (Baperjakat) untuk segera melakukan revisi terhadap keputusan penempatan Mariano di tiga jabatan tersebut, demi memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat di wilayah tersebut."Saya merasa masih ada banyak kader di lingkup Pemkab Kupang yang bisa mengisi jabatan lainnya yang dipegang oleh Mariano," kata Taopan.

Bupati Kupang Ayub Titu Eki terpisah mengatakan, penempatan Mariano sebagai Plt. Direktur PDAM Kabupaten Kupang dimaksudkan untuk melakukan perubahan dalam rangka menyelesaikan sejumlah persoalan yang sedang melilit perusahaan air minum tersebut, termasuk utang manajemnnya. Menurut Titu Eki, Mariano memiliki kemampuan manajerial yang baik, sehingga layak ditempatkan di PDAM Kabupaten Kupang dan hingga saat ini telah memberikan perkembangan serta dampak baik di tubuh manajemen PDAM Kabupaten Kupang. "Banyak hal yang sudah dikerjakan dan dibereskan di PDAM Kupang," kata Titu Eki.

Untuk itu, lanjut Titu Eki, hingga saat ini, Pemerintah Kabupaten Kupang masih membutuhkan tenaga Mariano untuk tiga bidang tugas tersebut, terutama di PDAM Kabupaten Kupang, hingga bisa menyelesaikan sejumlah persoalan di tubuh manajemen tersebut. "Saya kira dewan bisa beri pemerintah waktu untuk terus melaksanakan pembenahan di tubuh manajemen PDAM Kabupaten Kupang," kata Titu Eki.(ant)
 

Gerindra Umumkan Calon Wali Kota Kupang

E-mail Print PDF
Kupang, FloresNews.com - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerakan Indonesia Raya
(Gerindra) Nusa Tenggara Timur, Rabu (17/11), mengumumkan calon Wali Kota Kupang periode 2012-2017. Pengumuman calon wali kota itu diakui terlalu cepat. Pasalnya, pemilu kepala daerah (pemilu kada) Kota Kupang baru akan digelar pada 2012 mendatang. "Gerindra punya pertimbangan bahwa pilkada Kota Kupang merupakan barometer bagi Gerindra untuk menghadapi pemilu presiden (Pilpres) 2014," kata Sekretaris DPD Gerindra NTT Gabriel Beri Bina di Kupang, Rabu (17/11).

Calon wali kota yang ditetapkan itu ialah Wakil Ketua DPRD NTT periode 2009-2014 Libert Semuel Foenay. Calon wakil wali kota akan ditetapkan kemudian. Namun, menurut dia, calon yang akan mendampingi Libert berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). PDIP memang telah berkoalisi dengan Gerindra pada pemilu presiden pada 2009.

Koordinator Wilayah Gerindra NTT II Farry Francis mengatakan, penetapan Libert sebagai calo wali kota telah melalui sejumlah tahapan seperti survei yang dilakukan oleh kader Gerindra di Kota Kupang. Sesuai hasil survei, sebagian besar warga mengingikan Libert memimpin kota Kupang lima mendatang.(mi)

Menikah 42 Kali dalam Setahun

E-mail Print PDF

FloresNews.com - Pasangan Denise dan Mark Duffield-Thomas telah melangsungkan pernikahan mereka tahun lalu. Kurang dari setahun kemudian, mereka telah mengulangi ikrar pernikahan mereka selama 42 kali. Mereka ingin memecahkan rekor dunia dengan mengucapkan janji pernikahan sebanyak 84 kali.


Dalam salah satu adegan ikrar sehidup-semati, pasangan ini mengenakan jubah Arab di tengah gurun Yordania yang gelap gulita. Bukan keluarga yang ada di sekeliling mereka, melainkan sekelompok wisatawan backpacker dengan kuda-kuda mereka.

Denise dan Mark ingin membuktikan diri sebagai pasangan yang memperbarui sumpah pernikahan melebihi rekor dunia sebelumnya, sebanyak 83 kali. Dan, keduanya telah memperoleh setengahnya.

Setelah menjalin hubungan hingga tujuh tahun, Denise dan Mark memutuskan menikah Agustus 2009 di rumah manor Elizabeth di Reading, Berkshire. Hadiah pernikahan dari keluarga, di antaranya panjat jembatan di Australia, makan malam romantis di Singapura, Indonesia dan Australia.

Dikutip dari Mirror.co.uk, ide ini muncul saat keduanya memenangkan kompetisi bulan madu bertajuk 'Ultimate Job in The World'.

Pada Mei 2010, pasangan pengantin ini mengalahkan 30 ribu pengantin dari seluruh dunia  melalui video pernikahan berdurasi 80 detik. Hadiahnya, mereka berbulan madu berkeliling dunia selama enam bulan.

Dari situ, mereka ketagihan untuk terus memperbarui ikrar pernikahan sekaligus bulan madu mereka. Dalam tiga bulan, keduanya berkunjung ke delapan negara dengan tujuan ekstrem, memperoleh rekor dunia!

Salah satu pengalaman unik 'pernikahan' mereka terjadi di Kenya, dengan safari seminggu mencari singa dan menikah dengan adat suku Masai. Mereka juga menikah lima kali di New York, dua kali di Central park, sekali di Empire State Building, satu kali di hotel mewah Waldorf Astoria berbiaya US$4.000-10.000 per malam dan di jok belakang taksi kuning.

Gurun pasir Wadi Rum, merupakan pengalaman mengesankan bagi mereka. Sebuah upacara singkat di hadapan para backpacker mereka mengucap janji sehidup semati. Acara ditutup dengan pesta kecil tari perut, reggae dengan iringan keyboard dan gitar Arab.(vvn/ca)


Membaca Pikiran Pria dari Gesturnya

E-mail Print PDF
FloresNews.com - Tak perlu menunggu pria mengatakan maksud hati atau apa yang sedang dipikirkannya. Anda bisa mencoba memahami pikirannya dengan membaca gerak tubuh atau gestur secara kasat mata.

Dia sedang berbohong
Tandanya, si dia seringkali menggaruk hidung atau telinganya. Ketika pria merasa khawatir kebohongannya akan terungkap, detak jantungnya meningkat dan aliran darah naik ke hidung, telinga, dan dagu. Alhasil, kondisi ini membuat bagian tubuh tersebut menjadi gatal.

Jika sudah seperti ini, yang bisa Anda lakukan agar tak terjebak dengan kebohongannya adalah memasang wajah paling ramah. Lalu berikan si dia pertanyaan yang menunjukkan seakan-akan Anda penasaran. Jangan tunjukkan sikap menuduh, kata Leslie Seppinni, PsyD, terapis pernikahan dan keluarga di Los Angeles.

Anda juga perlu lebih sabar mendengarkan ceritanya, dari pertanyaan pancingan yang Anda buat. Lama-kelamaan dia akan terperangkap sendiri dalam kebohongannya, dan Anda menemukan fakta yang sebenarnya.

Dia membawa berita buruk
Tandanya, dia mengatupkan bibir. Ketika pria ingin mengeluarkan sesuatu hal dari dalam dirinya, mulutnya menjadi tegang. Lalu pria akan menekan bibirnya, yang menunjukkan dia tidak bisa memutuskan mana yang terbaik. Atau membuka mulutnya dan bicara apa adanya tentang kabar buruk, atau sebaiknya diam saja.

Anda bisa membuatnya mengaku mengenai perbuatannya yang buruk bagi hubungan. Katakan saja kepadanya bahwa dia terlihat sangat bingung, lalu berikan pertanyaan pancingan seperti "Mungkin ada yang ingin kamu bicarakan, kok terlihat bingung sekali?"

"Jangan tunjukkan reaksi berlebihan. Cobalah tunjukkan ekspresi netral agar pria tak mengubah niatnya untuk mengungkapkan berita buruk, meskipun nantinya akan mengecewakan Anda," kata Scott Haltzman, MD, pengarang buku The Secrets of Happy Families.

Egonya terusik
Ketika pria merasa tidak nyaman dan pertahanan dirinya terkoyak, dia akan memegang jam tangannya seakan-akan memperbaiki posisinya. Sikap ini menunjukkan pria memproteksi dirinya sendiri karena egonya mulai terusik. 

Pria suka menjadikan dirinya seperti pahlawan. Jadi, ketika atasan atau pasangannya bersikap merendahkan dirinya, kepercayaan dirinya bisa jatuh.

"Ketika perasaan pria tersakiti, dia akan merasa kehilangan kekuatan dirinya," kata Haltzman. Ia menyarankan sebaiknya Anda memberikan waktu baginya untuk menyendiri dan mendapatkan kembali kontrol dirinya.

Dia bimbang dengan hubungannya
Tandanya, pria seperti menyembunyikan sesuatu di tangannya. Saat mulai mempertanyakan kelanjutan hubungannya bersama pasangan, dia juga akan menghindari intimasi.

"Cara pria mencari solusi dan membuat keputusan tentang hubungannya adalah dengan menciptakan jarak fisik dengan pasangan. Saat pria melakukan ini, dia sedang berproses dengan perasaannya," kata pakar body-language, Patti Wood.

Respons terbaik yang bisa Anda lakukan sebagai pasangannya adalah membuka dirinya. Posisikan diri Anda untuk siap menerima atau mendengar apapun yang ingin disampaikannya. Ajak dia bicara dan terbuka. Beruntung jika pria mau membuka dirinya. Jika pun tidak, berikanlah ruang dan waktu kepadanya untuk menyendiri dan memikirkan solusinya, kata Haltzman. (kps)

Please, Kondom Jangan Dianaktirikan!

E-mail Print PDF
Jakarta, FloresNews.com - Stigma kondom yang sering dianggap 'barang nista' oleh sebagian kaum agamawan membuat upaya pencegahan HIV/AIDS sulit dilakukan. Padahal, peran tokoh agama dalam pengenalan fungsi kondom sangat dibutuhkan. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPA) menilai, sebagian tokoh agama masih melihat kondom dengan sebelah mata. Kondom belum dipandang secara proporsional dalam fungsinya untuk mencegah penularan.

"Peran tokoh agama untuk mencegah HIV/AIDS sangat dibutuhkan. Hanya, kadang-kadang tokoh agama yang tidak bisa melihat kondom dari fungsinya. Kami di caci-maki karena bicara tentang kondom. Tetapi pil biru, obat  meningkatkan keperkasaan pria, ada yang protes? Tidak ada. Padahal itu yang menyebabkan mereka (masyarakat) mencari seks di mana-mana, bahkan memperkosa anak perempuan," kata Nafsiah Mboi, Sekertaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPA) di sela diskusi Pembahasan Intervensi Pengurangan Dampak buruk HIV/AIDS di Indonesia, Senin(30/08).

Menurut Nafsiah, kondom kerap dianaktirikan, padahal bermanfaat mencegah penularan virus HIV/AIDS. "Kondom yang bodoh begini, yang sebagian besar orang tidak mau pakai. Kita diomel-omelin biar kita bicara tentang kondom padahal bermanfaat, "kata Nafsiah.

Karena itu, Nafsiah mengharapkan para tokoh agama bersama-sama mengkampanyekan pencegahan terhadap virus HIV/AIDS melalui empat pendekatan. Pertama, meningkatkan ketahanan iman dan keluarga. "Sehingga sedikit kemungkinan sejak usia 15 hingga 40 tahun yang akan terjerumus dalam kecanduan narkoba dan seks," kata Dr. Nafsiah.

Kedua, bila seseorang terjatuh dalam seks yang tidak benar, semoga dalam agama tidak distigma, tapi diberikan jalan keluar. "Kalau seseorang sudah terlanjur positif HIV/AIDS, ya, sudah. Kemudian, berikanlah dia kondom kalau dia ingin berhubungan seks dengan suami atau istri," kata Dr. Nafsiah.

Ketiga, bagimana agama dengan penuh kasih sayang memberikan informasi bahwa sebagai manusia biasa pernah sekali-kali jatuh dalam seks yang tidak baik. "Kita tetap manusia biasa yang pernah jatuh sekali-kali. Tapi apabila sudah pernah berisiko terkena HIV/AIDS supaya dites untuk mengetahui sudah positif atau belum. Jadi bila sudah positif bisa dikonseling sehingga tahu bila dirinya positif dan tidak akan melakukan hubungan seks tanpa kondom," kata Dr. Nafsiah.

Menurut Dr. Nafsiah, hal itu yang disebut self protection, sehingga orang yang tertular virus HIV/AIDS tidak lagi menularkan pada orang lain, baik lewat jarum suntik atau hubungan seks. Keempat, memohon dukungan para pemuka agama bagi janda-janda korban HIV/AIDS. "Banyak kejadian seperti itu (janda HIV/AIDS) dan itu menjadi masalah sosial. Karena menjadi janda atau anak yatim karena AIDS mereka juga distigma. Padahal banyak janda yang istri baik-baik, namun mendapatkan HIV/AIDs dari suami, " kata Nafsiah.

Menurut Nafsiah, kaum agawaman berperan vital untuk menghentikan stigma-stigma yang ada supaya program penangulangan HIV/AIDs dapat berjalan efektif.  "Yang penting, kaum agamawan menjelaskan pada masyarakat, bahwa tidak perlu menstigma orang yang terinfeksi HIV/AIDS dan kondom,"kata Nafsiah.(kps)
 

Kenapa Perempuan Ingin Dipeluk Usai Bercinta?

E-mail Print PDF
Jakarta, FloresNews.com - Bukan rahasia lagi kalau kebanyakan perempuan merasa lebih senang dipeluk dan dimanja setelah bercinta. Sementara pria cenderung ingin bersantai dengan mengisap rokok atau sekadar minum.
Mengapa keduanya bisa berperilaku berbeda seusai bercinta? Para ilmuwan di AS mengungkapkan alasan di balik fenomena tersebut. Sebuah riset terbaru tentang perilaku setelah bercinta mengindikasikan bahwa perempuan ternyata memiliki inisiatif lebih besar untuk menjalin ikatan dan keintiman, baik dalam konteks hubungan sesaat maupun jangka panjang.

Sementara para pria cenderung terjebak dalam perilaku "menghargai secara ekstrinsik", atau menambah peluang melakukan seks berikutnya."Kebanyakan studi psikologi evolusioner tentang reproduksi manusia terfokus pada apa yang terjadi sebelum dan menjelang hubungan seks. Tetapi strategi reproduktif tak berhenti setelah hubungan badan. Dan, hal itu mungkin memengaruhi secara langsung perilaku spesifik pasca-hubungan seks," ujar penulis riset, Susan Hughes.

Hughes mengatakan, ada sejumlah elemen dalam proses reproduksi setelah peristiwa itu terjadi. Elemen tersebut termasuk bonding (ikatan), niat berhubungan selanjutnya (dan kemungkinan melakukan aktivitas seksual berikutnya), penyimpanan dan kompetisi sperma, menjaga pasangan, dan kemungkinan pembuahan.

"Kami menduga, pertimbangan antara pria dan perempuan pasca-hubungan badan sedikit berbeda akibat berpencarnya strategi reproduksi," kata Hughes yang melakukan kajian dengan cara mewawancarai 170 orang. 

"Dibandingkan lelaki, kaum perempuan lebih menitikberatkan pada lima hal,  yakni ngobrol secara intim, berciuman, belaian dan pelukan, menyatakan cinta pada pasangan, serta bicara kelanjutan hubungan setelah seks," ujar Hughes.

"Hal berbeda ditunjukkan pria yang mengutamakan meraih penghargaan ekstrinsik setelah ngeseks (seperti minum atau merokok, makan atau menanyakan kesukaan pasangan). Pria juga lebih mementingkan berlanjutnya aktivitas seksual ketimbang perempuan," tambahnya.

Menurut kajian yang dipublikasi Journal of Sex Research ini,  pria juga lebih suka mengawali ciuman sebelum bercinta, sedangkan perempuan justru senang mengawalinya seusai bercinta.

Selain itu, kaum Hawa menilai pembicaraan intim dan diskusi tentang hubungan lebih penting dibahas sebelum melakukan seks ketimbang sesudahnya.  Sementara pria beranggapan tidak ada bedanya antara sesudah atau sebelum ngeseks. Satu-satunya hal yang seragam antara pria dan perempuan adalah keduanya sama-sama menganggap penting untuk mengatakan "I love you" kepada pasangan setelah bercinta.(kps)
 

Perempuan Lebih Menikmati Seks Menjelang 40 Tahun

E-mail Print PDF
FloresNews.com - Life begins at 40! Hm... kalimat sakti ini ternyata bukan sekadar penghiburan untuk Anda yang sedang bersiap memasuki usia kepala 4. Khususnya untuk urusan seks, karena seks di usia ini ternyata lebih nikmat untuk kaum perempuan. Enggak percaya? Ini merupakan hasil penelitian, lho.
University of Texas, yang menjaring 900 perempuan dalam suatu survei, menyatakan bahwa hanya karena fisik Anda mulai menurun, tidak berarti libido Anda ikut menurun. Hasil penelitian mereka menunjukkan, menjelang usia 40 tahun, perempuan cenderung lebih memiliki fantasi seksual.
Menurut para peneliti, hal itu disebabkan oleh naluri perempuan bahwa peluang mereka untuk hamil dan memiliki anak sudah tertutup, sehingga mengurangi kekhawatiran dan akhirnya mampu meningkatkan keinginan mereka untuk berhubungan seksual.

Dalam eksperimen sosial ini, 900 perempuan yang disurvei tersebut dibagi menjadi tiga kelompok: pertama, yang paling subur (usia 19-26 tahun), kedua yang mulai mengalami penurunan kesuburan (usia 27-45 tahun), dan ketiga, yang sudah memasuki masa menopause. Perempuan yang termasuk dalam kelompok kedua ternyata memiliki libido yang lebih tinggi dan sifat adventurous ketimbang mereka yang masuk dalam kelompok pertama dan ketiga.

"Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan dengan kesuburan yang menurun justru memiliki motivasi seksual yang lebih besar, dan perilaku seksual yang meningkat, daripada perempuan yang kesuburannya masih relatif tinggi," ujar Profesor David Buss, dari University of Texas.

Adanya penelitian ini diharapkan mampu membantu memfasilitasi pembuahan sebelum peluang hamil tertutup akibat kesuburan perempuan sudah menurun. Peneliti lain, Dr Pam Spurr, mengatakan bahwa perempuan di usia akhir 30-an sering terlihat mampu menikmati hidupnya. Ada di antara mereka mereka yang menyadari penyebabnya, ada pula yang tidak. Mereka yang menyadari hal tersebut umumnya lebih memahami tingkat kesuburannya setelah usia tertentu, dan berani mengungkapkan apa yang diinginkannya terhadap pasangan.(kps)
 

Friday, November 19, 2010

 

Lautan Pasir Gunung Bromo

Oleh Amril Taufik Gobel

Keberadaan Gunung Bromo dengan lautan pasirnya yang fenomenal sudah cukup lama dikenal sebagai salah satu tujuan wisata terkemuka di Indonesia. Gunung Bromo merupakan salah satu gunung pada Pegunungan Tengger.

Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga

Dengan ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut, panorama elok terpancar saat memandang pesona alam yang tidak akan pernah ada habisnya. Gunung Bromo berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti Brahma atau seorang dewa yang utama dan terletak dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang.

Daya tarik Gunung Bromo yang istimewa adalah kawah di tengah dengan lautan pasirnya yang membentang luas di sekeliling kawah Bromo, mengepulkan asap putih. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.

Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo. Ketinggian yang relatif “rendah” untuk ukuran gunung membuat perjalanan menuju Gunung Bromo relatif mudah.

Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga

Dari puncak gunung berapi yang masih aktif ini, Anda bisa menikmati hamparan lautan pasir luas, dan menyaksikan kemegahan gunung Semeru yang menjulang menggapai langit. Anda juga bisa menatap indahnya matahari beranjak keluar dari peraduannya atau sebaliknya menikmati temaram senja dari punggung bukit Bromo.

Untuk melihatnya, Anda harus menaiki Gunung Pananjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan ini. Medan yang harus dilalui untuk menuju Gunung Pananjakan cukup berat. Untuk menuju kaki Gunung Pananjakan, Anda harus melalui daerah yang menyerupai gurun yang dapat membuat Anda tersesat. Saat harus menaiki Gunung Pananjakan, jalan yang sempit dan banyak tikungan tajam, tentu membutuhkan ketrampilan menyetir yang tinggi.

Untuk itu, banyak pengunjung yang memilih menyewa mobil hardtop (sejenis mobil jeep) yang dikemudikan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar berasal dari suku Tengger yang ramah dengan para pengunjung. Sampai di atas, ada banyak toko yang menyediakan kopi atau teh hangat dan api unggun untuk menghangatkan tubuh sambil menunggu waktu tebitnya matahari. Ada pula toko yang menyewakan pakaian hangat.

Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga

Menyaksikan terbitnya matahari memang merupakan peristiwa yang menarik. Buktinya, para pengunjung rela menunggu sejak pukul 5 pagi menghadap sebelah timur agar tidak kehilangan momen ini. Anda pun tidak selalu bisa melihat peristiwa ini, karena bila langit berawan, kemunculan matahari ini tidak terlihat secara jelas.

Namun, saat langit cerah, Anda dapat melihat bulatan matahari yang pertama-tama hanya sekecil pentul korek api, perlahan-lahan membesar dan akhirnya membentuk bulatan utuh dan memberi penerangan sehingga kita dapat melihat pemandangan gunung-gunung yang ada di kawasan ini. Antara lain, Gunung Bromo, Gunung Batok, atau Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Sejarah terbentuknya Gunung Bromo dan gunung-gunung yang ada di sekitarnya berawal dari keberadaan Gunung Tengger (4.000 mdpl) yang merupakan gunung terbesar dan tertinggi saat itu.

Kemudian terjadi letusan dahsyat yang menciptakan kaldera dengan ukuran diameter lebih dari 8 kilometer. Material vulkanik letusan gunung sekarang berubah menjadi lautan pasir, konon material tersebut pernah tertutup oleh air. Aktivitas vulkanik dengan munculnya lorong magma mengakibatkan terbentuknya gunung-gunung baru seperti Gunung Bromo, Gunung Widodaren, Gunung Batok, Gunung Watangan, Gunung Kursi dan Gunung Semeru.

Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga

Bromo memang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan panorama gunung lainnya. Di sekitar Bromo hingga puncak tidak ditemui tanaman hijau selain semak belukar. Gunung Bromo yang masih terdapat dalam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru juga merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa lautan pasir seluas 5.250 hektare.

Untuk mencapai kaki Gunung Bromo, Anda tidak dapat menggunakan kendaraan. Sebaliknya, Anda harus menyewa kuda dengan harga Rp 70 ribu atau bila Anda merasa kuat, Anda dapat memilih berjalan kaki. Tapi, patut diperhatikan bahwa berjalan kaki bukanlah hal yang mudah, karena sinar matahari yang terik, jarak yang jauh, debu yang beterbangan dapat membuat perjalanan semakin berat.

Dari kaki gunung fenomenal itu, Anda harus menaiki anak tangga yang jumlahnya mencapai 250 anak tangga untuk dapat melihat kawah Gunung Bromo. Sesampainya di puncak Bromo , Anda dapat melihat kawah Gunung Bromo yang mengeluarkan asap.

Anda juga dapat melayangkan pandangan ke bawah, dan terlihatlah lautan pasir dengan pura di tengah-tengahnya. Setelah berlama-lama di puncak, apabila pelancong sudah merasa kelaparan, di bagian bawah Bromo terdapat warung-warung yang menjajakan gudeg, mie instan, air mineral dan jajanan murah. .

Selain menyaksikan keindahan panorama yang ditawarkan oleh Bromo-Semeru, apabila Anda datang di waktu yang tepat, maka Anda dapat menyaksikan Upacara Kesodo, yang diadakan oleh masyarakat Tengger. Upacara ini biasanya dimulai pada saat tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kesodo [ke-sepuluh] menurut penanggalan Jawa.

Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga

Upacara Kesodo merupakan upacara untuk memohon panen yang berlimpah atau meminta tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit, yaitu dengan cara mempersembahkan sesaji dan melemparkannya ke kawah Gunung Bromo. Saat prosesi berlangsung, masyarakat Tengger lainnya beramai-ramai menuruni tebing kawah dan sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah, sebagai perlambang berkah dari Yang Maha Kuasa.

Ada beberapa tips yang perlu Anda perhatikan saat ke kawasan Gunung Bromo antara lain, Berkunjunglah pada musim kemarau, jangan musim penghujan, sehingga anda akan mendapatkan momen pemandangan yang sempurna. Siapkan pakaian pelindung dingin, seperti kerpus, slayer, syal, sarung tangan, jaket, dan jangan lupa sepatu karena cuaca disini cukup dingin. Bawalah juga kacamata untuk pelindung dari debu pasir selama di Segoro Wedi. Jangan berada di kawah Bromo di atas pukul 9 pagi untuk menghindari risiko keracunan.

Ada empat pintu gerbang utama untuk memasuki kawasan taman nasional Bromo Semeru ini yaitu: Desa Cemorolawang jika melalui jalur Probolinggo, Desa Wonokitri dengan jalur Pasuruan, Desa Ngadas dari jalur Malang dan Desa Burno adalah jalur Lumajang.

Adapun rute yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut:
- Pasuruan-Warung Dowo-Tosari-Wonokitri-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 71 km,
- Malang-Tumpang-Gubuk Klakah-Jemplang-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 53 km
- Malang-Purwodadi-Nongkojajar-Tosari-Wonokitri-Penanjakan sekitar 83 km

Selamat menikmati keindahan eksotis Gunung Bromo!

Danau cantik dari Bencana

Oleh Amril Taufik Gobel

Tak lengkap rasanya jika Anda berkunjung ke Sumatera Utara tidak mampir sejenak ke Danau Toba, danau vulkanik yang merupakan danau terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Pesona eksotisnya berupa hamparan danau luas laksana lautan dengan pepohonan rindang dan perbukitan yang menawan. Danau ini berukuran 1700 meter persegi dengan kedalaman kurang lebih 450 meter dan terletak 906 meter di atas permukaan laut, di tengah danau terdapat Pulau Samosir yang tak kalah menariknya menjadi objek kunjungan wisata.

Photo credits - Arie Basuki/Tempo

Dalam kunjungannya pada 1996, Pangeran Bernard dari Belanda bahkan menyatakan kekagumannya pada panorama indah danau ini. “Juallah nama saya untuk danau ini. Saya tak dapat melukiskan betapa indahnya Danau Toba,” katanya antusias.

Ada tujuh kabupaten di sekeliling danau, yakni Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, dan Samosir yang memiliki panorama alam indah dan menjadi lokasi tujuan wisata. Umumnya wisatawan menikmati keelokan Danau Toba dari Parapat di Simalungun dan Tuktuk Siadong di Pulau Samosir.

Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73 ribu-75 ribu tahun lalu dan merupakan letusan super volcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama dua minggu.

Photo credits - Agung Chandra/TempoDebu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi selama satu minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut.

Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan, pada beberapa spesies, juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya.

Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir. Ketika menikmati keindahan danau ini, Anda mungkin tak membayangkan bahwa pesona yang terjadi berasal dari bencana dahsyat letusan gunung berapi yang mendatangkan ketakutan dan kengerian ketika itu.
Perjalanan darat ke Danau Toba, tepatnya ke Parapat, memakan waktu empat sampai lima jam dari Medan. Tersedia bus atau travel yang langsung menuju Parapat. Rutenya melewati Lubuk Pakam, Tebing Tinggi, dan belok ke arah Pematang Siantar. Sepanjang perjalanan, kita disuguhi panorama perkebunan kelapa sawit dan karet.

Apabila menggunakan kereta api, dari Medan pilih rute menuju Pematang Siantar. Dari sini perjalanan dilanjutkan menggunakan bus ke Parapat. Waktu tempuhnya satu jam.

Photo credits - Agung Chandra/Tempo

Untuk tempat menginap dan tinggal lebih lama menikmati keindahan Danau Toba, tersedia banyak hotel dan penginapan. Di Parapat, sedikitnya ada 900 kamar hotel berbagai jenis, mulai dari bintang empat hingga homestay, di Tuktuk juga tak berbeda. Baik di Parapat maupun Tuktuk, wisatawan dapat langsung menikmati danau dari pinggirannya. Tarif hotel di Tuktuk dan Parapat bervariasi, sesuai tipikal turis yang datang. Mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 500 ribu per malam tergantung tipe hotel.

Sebuah perusahaan travel bahkan menawarkan menikmati keindahan Danau Toba dari udara, yakni menggunakan paralayang. Setiap wisatawan diberi kesempatan terbang menggunakan paralayang dari kawasan pegunungan Tongging, Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Bagi para wisatawan yang ingin mencoba paralayang akan ditemani seorang instruktur berpengalaman, namun tentunya penentuan bisa terbang atau tidak tergantung pada kondisi cuaca dan angin.

Tidak hanya itu, menikmati keindahan matahari terbit dan terbenam bisa Anda nikmati dari pesisir danau. Dari dataran tinggi Karo di sebelah utara, keelokan danau terlihat memanjang dipandang dari Sikodonkodon. Namun, hanya ada satu resor di sini. Di sisi barat, pemandangan danau dan Pulau Samosir dapat dengan sempurna disaksikan dari Tele. Ada gardu pandang di ketinggian sekitar 1.000 meter dari permukaan laut untuk menikmati senja di Danau Toba.

Pesona Warna Kawah Kelimutu

Oleh Amril Taufik Gobel

Inilah sebuah gunung yang menyimpan misteri sekaligus pesonanya. Gunung Kelimutu terletak di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dengan puncak berketinggian 1.690 m dari atas permukaan laut, gunung itu memiliki keunikan karena ada tiga buah danau kawah berbeda warna.

Photo credits - Arif Fadillah

Danau ini dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring perjalanan waktu. Tak kurang sudah 12 kali perubahan warna terjadi dalam waktu 25 tahun terakhir ini. Danau pertama dan kedua letaknya sangat berdekatan, sedangkan danau ketiga terletak menyendiri sekitar 1,5 km di bagian Barat. Perubahan warna ini diduga akibat adanya pembiasan cahaya matahari, adanya mikro biota air, terjadinya zat kimiawi terlarut, dan akibat pantulan warna dinding dan dasar danau.

Kelimutu merupakan gabungan kata dari "keli" yang berarti gunung dan kata "mutu" yang berarti mendidih. Menurut kepercayaan penduduk setempat, warna-warna pada danau Kelimutu memiliki arti masing-masing dan memiliki kekuatan alam yang sangat dahsyat.

Photo credits - Arif FadillahDanau atau Tiwu Kelimutu dibagi atas tiga bagian yang sesuai dengan warna - warna yang ada di dalam danau. Danau berwarna biru atau "Tiwu Nuwa Muri Koo Fai" merupakan tempat berkumpulnya jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah atau "Tiwu Ata Polo" merupakan tempat berkumpulnya jiwa orang-orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung. Sedangkan danau berwarna putih atau "Tiwu Ata Mbupu" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal.

Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik. Batas antar danau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50 sampai 150 meter.

Awal mulanya daerah ini diketemukan oleh Van Such Telen, warga negara Belanda, tahun 1915. Keindahannya dikenal luas setelah Y. Bouman melukiskan dalam tulisannya tahun 1929. Sejak saat itu wisatawan asing mulai datang menikmati danau yang dikenal angker bagi masyarakat setempat. Mereka yang datang bukan hanya pencinta keindahan, tetapi juga peneliti yang ingin tahu kejadian alam yang amat langka itu. Bagi penggemar hiking dan menyukai keindahan alam di desa pegunungan tropis, berwisata ke tempat ini merupakan pilihan terbaik. Kawasan Kelimutu telah ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Alam Nasional sejak 26 Februari 1992.

Untuk mencapai Gunung Kelimutu yang pernah meletus di tahun 1886 ini, butuh “perjuangan” tersendiri. Dari Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Propinsi Nusa Tenggara Timur, butuh waktu sekitar 3 jam dengan mobil sewaan dengan kondisi jalan yang tidak terlalu bagus, berkelak-kelok, melintasi jurang dan tebing. Kita akan menemui kampung terdekat dengan kawah gunung Kelimutu yang bernama Kampung Moni.

Kampung ini terletak di Desa Koanara, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende yang berjarak 13 kilometer dari Danau Kelimutu. Dari Moni hanya dibutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk mencapai bibir Danau Kelimutu.

Selain dari Maumere, Kelimutu juga dapat dicapai dari Ende menggunakan bus antarkota ataupun kendaraan sewaan, dengan harga dan waktu perjalanan yang relatif tidak jauh berbeda. Dari ibukota Propinsi NTT, yakni Kupang, pengunjung dapat menggunakan pesawat menuju kota Ende, di Pulau Flores, dengan waktu tempuh mencapai 40 menit. Kelimutu terletak sekitar 66 kilometer dari Kota Ende dan 83 kilometer dari Kota Maumere.

Photo credits - Arif Fadillah

Di Kampung Moni banyak dijajakan kain tenun Lio yang menjadi salah satu produk khas lokal disana dan dijual oleh penduduk setempat kepada para wisatawan. Di Kampung Moni pula terdapat penginapan yang bisa dipakai oleh wisatawan untuk menginap atau beristirahat.

Terdapat sekitar 20 homestay yang dikelola penduduk dengan tarif Rp 25.000- Rp 50.000 per malam sedangkan cottage milik pemerintah bertarif Rp 75.000-Rp 85.000. per malam. Edelweis, Pinus dan Cemara adalah sejumlah tumbuhan yang dapat kita temui saat memasuki kawasan Kelimutu.

Nah, selamat menikmati kawasan kawah danau 3 warna gunung Kelimutu yang eksotis itu!

CekRicek Editor, CekRicek - Kamis, 18 November 2010 19.05 WIB
                    Syahrini|Foto: Yayat Ruhayat C&R
Syahrini|Foto: Yayat Ruhayat C&R
JAKARTA-C&R/OMG-Kendati sudah tak lagi bersama Anang Hermansyah , rekan duetnya, penyanyi Syahrini mengaku happy. Apa pasal?.
Penyanyi yang menelurkan album solo bertajuk 'MY Lovely' pada 2008 itu kembali bersolo karier dengan mendaur ulang lagu milik almahrumah Alda Risma yang berjudul 'Aku Tak Biasa'.
Tanggapan masyarakat pun diakuinya sangat bagus. "Happy sekali. Lagunya juga mulai disukai," ujarnya saat ditemui usai tampil di acara 'DahSyat' di Studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (18/11/2010).
Tak dipungkiri, duetnya bersama Anang telah melambungkan namanya di industri musik. Maka, Syahrini pun berharap bisa meraih kesesuksesan walau tak lagi berduet dengan Anang.
"Dulu kan aku jadi penyanyi solo, sekarang balik lagi jadi penyanyi solo. Kalau ditanya apakah bisa sukses tanpa Mas Anang, biarlah waktu yang menjawab," tuturnya seraya tersenyum.
Namun, dara kelahiran Bogor, 1 Agustus 1982 itu tak berkelit jika masih ada campur tangan musisi Anang Hermansyah dalam lagu terbaru tersebut.
"Soal karya, kami masih saling mendukung. Mas Anang masih membuatkan lagu-lagu untuk saya," paparnya. (Deva).

Angklung Resmi Warisan Budaya Dunia

E-mail Print PDF
Jakarta, FloresNews.com - Alat musik angklung segera dikukuhkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia pada 18 November 2010 mendatang di Nairobi, Kenya."Pada 18 November 2010 nanti, angklung akan diresmikan menjadi warisan budaya dunia," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar), Wardiyatmo, di Jakarta, Selasa (16/11).
Pengukuhan tersebut akan dilakukan di Nairobi, Kenya, dalam sidang UNESCO, Kamis, 18 November 2010.Pihaknya telah mengirimkan duta yang dipimpin Direktur Jenderal Nilai Budaya Seni dan Film (NBSF) Kemenbudpar untuk menyaksikan langsung pengukuhan angklung sebagai warisan budaya dunia. "Ke depan, kita targetkan warisan dunia milik Indonesia yang diakui UNESCO akan semakin banyak," katanya.
Pengukuhan angklung oleh badan PBB untuk pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya (UNESCO) sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia itu berarti akan menyusul batik, wayang, dan keris yang sebelumnya telah lebih dahulu dikukuhkan.
Ia mengatakan, pihaknya telah mengupayakan berbagai hal untuk dapat mencatatkan angklung sebagai warisan budaya dunia.Perjuangan tersebut telah dilakukan sejak beberapa tahun lalu hingga akhirnya angklung akan segera diakui masuk dalam "Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity".
Pihaknya mencatat warisan dunia sampai saat ini sudah sebanyak 890 situs dengan 689 berupa warisan budaya, 176 warisan alam, dan 25 campuran antara warisan budaya dan warisan alam. "Di antara jumlah itu, warisan dunia yang dimiliki Indonesia sudah sebanyak 11 buah," katanya.
Dari 11 warisan dunia yang dimiliki Indonesia sebanyak 4 di antaranya berupa alam, 3 cagar budaya, dan 4 karya budaya takbenda.Untuk warisan dunia berupa alam terdiri dari Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur, Taman Nasional Lorentz, Papua, dan hutan tropis Sumatera (Taman Nasional Gunung Leuser, Kerinci Seblat, dan Bukit Barisan).
Sementara untuk cagar alam yakni Kompleks Candi Borobudur yang diakui UNESCO sejak 1991, Kompleks Candi Prambanan (1991), dan situs prasejarah Sangiran.Karya budaya takbenda milik Indonesia yang sudah dan akan diakui UNESCO yakni wayang (masterpiece of the oral and intangible heritage of humanity, 2003), keris (masterpiece of the oral and intangible heritage of humanity, 2005), batik (representatif list of the intangible cultural heritage of humanity, 2009), dan angklung (representative list of the intangible cultural heritage of humanity, 18 November 2010).(kps)

Ribuan Desa di NTT Rawan Pangan

E-mail Print PDF
Kupang, FloresNews.com - Sebanyak 1.481 desa di 201 kecamatan di Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaporkan rawan pangan akibat el nino. Ribuan desa itu tersebar tidak merata di 20 dari 21 kabupaten/kota. Kepala Badan Ketahanan Pangan NTT Niko Nuhan mengatakan, el nino mengakibatkan tanaman pangan seperti padi, jagung, ubi, dan kacang gagal panen. Sebagian tanaman pangan juga gagal panen akibat serangan hama dan bencana banjir. "Masalah gagal tanam dan gagal panen sering dihadapi petani NTT dalam mengembangkan usaha pertanian mereka," katanya.

Sesuai catatan Badan Ketahanan Pangan menurut Niko, lahan pertanian yang gagal tanam dan gagal panen mencapai 94,395 hektare (ha). Akibatnya, pendapatan petani menurun. Kondisi ini membuat petani terancam krisis pangan. Dia mengatakan, dari ribuan desa itu, 746 desa diantaranya mengalami risiko rawan pangan tinggi dengan jumlah 189.085 kepala keluarga. Pemerintah terus memantau warga di desa-desa tersebut guna mengantisipasi terjadinya krisis pangan yang lebih parah. Adapun 400 desa lainnya mengalami risiko rawan pangan ringan dengan penduduk terlanda 74.774 kepala keluarga dan risiko rawan pangan sedang terjadi di 335 desa dengan jumlah penduduk 64.658 kepala keluarga.(mi)
 

Pemprov Berupaya Kembalikan NTT Jadi GudangTernak

E-mail Print PDF
Kupang, FloresNews.com - Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur, Esthon Leilo Foenay, mengatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT sedang berupaya mengembalikan kondisi provinsi itu menjadi gudang ternak, sebagaimana yang pernah terjadi pada era 1950 hingga era 1970-an. Julukan gudang ternak itu telah mengalamai degradasi, yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor termasuk di dalamnya sistem manajemen peternakan yang belum dilakukan secara tepat guna.

"Ekspor ternak bibit yang dilakukan tanpa dikendalikan secara baik diikuti dengan pemotongan terhadap ternak betina produktif secara tidak terkontrol serta sejumlah penyakit menular yang mewabah dan mematikan kawanan sapi produktif di NTT telah membuat gudang ternak di NTT saat ini hanya bagian dari sejarah masa lalu," kata Foenay di Kupang, Kamis (18/11) saat membuka rapat kerja daerah pembangunan peternakan tingkat Provinsi NTT.

Menurut dia, berbagai proyek pemerintah telah dilakukan untuk menumbuh kembangkan sapi potong di NTT, baik berasal dari alokasi anggaran APBN, APBD Provinsi, maupun dari kalangan swasta dan investor lainnya, namun sejauh ini belum memberikan dampak perkembangan yang berarti.

Dia mengatakan, sub sektor peternakan di NTT, memiliki peranan penting bagi daerah dan nasional, karena sudah cukup lama menjadi sumber ternak bibit dan ternak potong khusus sapi dan kerbau yang kemudian dikirim ke DKI Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan maupun daerah-daerah lainnya.

Untuk itu kata dia, tanggung jawab pemerintah, baik di pusat meupun di daerah serta masayarakat dan pengusaha swasata, untuk sama-sama menangani pembangunan peternakan di NTT dengan mengoptimalkan peran masing-masing pihak dan elemen bangsa tersebut.

Sekretaris Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, Dr drh Samsul Bahri MSc, pada kesempatan itu mengatakan, pentingnya mengembalikan NTT sebagai gudang ternak, sebagai bagian dari upaya mengembangkan kualiotas sumber daya manusia. Karena menurut dia, portein hewani yang berada pada daging hewan, akan sangat membantu memberikan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang selalu mengkonsumsinya.

Untuk itu lanjut dia, peternakan merupakan salah satu sub sektor yang sangat strategis, yang memberikan sejuta manfaat, baik dari aspek kesehatan dalam pemenuhan gizi masyarakat yang mengkonsumsi, tetapi juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat. "Karena itu saya kira tekad untuk menjadikan NTT gudang ternak harus menjadi tekad bersama untuk dilaksanakan," kata Samsul Bahri.(ant)
 

Saturday, September 18, 2010

ANAK


Hampir tiap hari kita menyaksikan anak-anak yang dihilangkan. Orang-orang dewasa telah menguasai mereka. Di layar televisi, mereka dibikin menyanyi seperti para biduan komersial menyanyi, berkhotbah seperti para kiyai berkhotbah, bersaing seperti para pecundang dewasa bersaing.
Mereka dicetak. Model mereka bukan datang dari imajinasi sendiri. Mereka dikepung. Di rumah, di sekolah, di tempat ibadah, anak-anak harus mengikuti apa yang dipetuahkan. Si bocah mesti menuruti tatanan simbul-simbul yang dijadikan sendi kehidupan ibu-bapa.
Tentu, masih ada dunia fantasi mereka sendiri. Tapi inipun sebagian besar sudah dibentuk oleh selera orang-orang yang punya pengaruh: pemilik taman hiburan, entrepeneur baju dan sepatu, industri mainan, produser acara TV, pengelola jasa-jasa iklan, pengarah kindergarten dan sekolah dasar.
Lewat itu semua, tiap hari anak-anak sedang hendak dihilangkan.
Mungkin ini tanda-tanda dua masa yang cemas.
Yang pertama masa ketika kita cemas kalau-kalau sebuah generasi baru akan meninggalkan tradisi — sisa simptom masyarakat petani yang berubah. Dalam masyarakat agraris, ketika perubahan teknik dan nilai-nilai hampir tak terasa, orang bisa bertahan dengan ingatan dan masa lalu kolektif. Mereka gentar kepada yang baru, malah mungkin tak merasa butuh dengan yang baru.
Tapi masa ini juga masa ketika modal, persaingan, perbedaan, dan perubahan mendesak. Merasa dilecut, orang-orang tua dengan agak gugup dan tak sabar mempersiapkan anak mereka untuk masuk ke dunia yang baru – tapi yang sebenarnya bukan dunia anak-anak.
Di tengah kecemasan itu, anak hanya diberi, tapi dengan sikap mendua. Sang pemberi, si orang tua, merasa diri berkorban, dan dengan pengrobanan itu memposisikan diri lebih mulia.. Saya kira ambivalensi itulah yang tercermin dalam satu sajak Amir Hamzah yang ditulis di tahun 1930-an:
Anak lasak mengisak panjang
Menyabak merunta mengguling diri
Kasihan ibu berhancur hati
Lemah jiwa karena cinta
Sajak itu mencerminkan pandangan orang tua: si bocah dinilai lasak dan manja, dan orang tua dinyatakan penuh ikhlas melayani. Tapi tak ada peluang si anak untuk menampilkan sudut pandangnya. Amir Hamzah, seperti banyak sastrawan Indonesia lain, tak menghadirkan karya dengan perspektif anak-anak yang menggugat kearifan orang dewasa Рsatu hal yang kita temukan dalam Pangeran Kecil Antoine de Saint-Exup̬ry.
Maka bukan hal yang mengherankan anak-anak disisihkan tiap hari.
Tapi agaknya bukan hanya Indonesia yang menyaksikan ketersisihan itu. Di awal abad ke-20, ketika kapitalisme industri makin kukuh, Eropa merasakan hilangnya saat-saat anak –hilangnya suasana ketika kita bisa, (dalam kata-kata Tagore), ”duduk di atas debu, bermain dengan ranting patah sepanjang pagi”.
Kian lama kehidupan kian ditentukan oleh “hasil”, “guna”, “perhitungan”, “efisiensi”, dan aturan-aturan yang pakem. Orang ingin terus menerus menguasai ruang dan waktu. Maka, yang semula hidup dibuat beku. Cara pun jadi formua, alam jadi proyek, ibadah jadi ritual, yang disembah jadi berhala, kesenian jadi klise, dan benda yang akrab ke dalam hatiku cuma jadi benda yang tiap saat bisa dipertukarkan dengan benda lain. Mungkin inilah yang disebut Hegel sebagai “kehidupan yang bergerak sendiri tapi sebenarnya tersusun dari bentuk-bentuk yang mati,” ein sich in sich selbst bewegende Leben des Todes.
Pada saat itulah kalkulasi jadi paradigma. “Orang dewasa,” kata sang Pangeran Kecil dalam karya de Saint-Exupéry itu, “menyukai angka-angka”. Orang dewasa (sebuah kiasan untuk “orang modern” atau lebih tepat “borjuis”) hanya mampu melihat setangkai mawar sebagai eksemplar dari mawar yang lain. Dengan kata lain, “mawar” telah jadi konsep yang abstrak, bukan kehadiran yang singular dan tak terbandingkan.
Pangeran Kecil sebenarnya sebuah penyesalan. De Saint-Exupéry menyesali hilangnya sebuah dunia di mana imajinasi bebas jadi paradigma.
Imajinasi bebas itu, bagi para penyair, ditauldankan oleh keasyikan anak-anak. Sebelum Tagore dan de Saint-Exupéry, Rilke sudah mengemukakan hal itu, di tahun 1901: hanya anak, bukan orang dewasa, yang dapat menemukan keindahan “dalam sekuntum bunga, dalam sekerat batu, dalam kulit kayu, atau di sehelai daun birka”. Orang dewasa tak mungkin merayakan benda-benda sepele itu. Mereka, tulis sang penyair, hanya “berkisar dalam urusan dan kecemasan, seraya menyiksa diri sendiri dengan segala detail.”
Tapi Rilke juga menyadari: pada gilirannya anak-anak berubah. Kita telah mengubah mereka. Kita telah menggantikan pandang mereka yang intuitif dengan pandang yang rasional. Mereka kita dorong memandang bunga, batu, daun sebagai benda mati yang bisa dimanfaatkan. Maka hadirlah kebekuan. Rilke mengungkapkannya dalam Elegi ke-8 dari seri Elegi Duino yang terkenal itu:
… sebab telah kita balikkan arah anak-anak memandang
Hingga ia menatap ke belakang, ke arah apa yang mapan
Bukan ke sana yang terbuka, yang tersembunyi
Dalam tatapan hewan: bebas dari kematian.
Dan hampir tiap hari kita menyaksikan anak-anak yang dihilangkan.
~Majalah Tempo Edisi Senin, 26 Juli 2010~

DAGING


Puasa: perut yang harus dibiarkan lapar, tenggorokan yang menahan haus selama 12 jam, alat kelamin yang tak tersentuh syahwat. Demikianlah yang jasmani dikendalikan: daging harus dituntun oleh roh. Kalau tidak: dosa.
Maka dari waktu ke waktu, seraya menolak yang jasmani, kita dianjurkan hanya menerima yang ”rohani”. Sejak pukul 4 dini hari, masjid dan surau penuh suara orang menyebut Tuhan, menganjurkan ibadat, meneguhkan iman, menjalankan syariat…. Kita dilengkapi dengan banyak penangkal: kita harus bisa menolak gado-gado, soto, video porno.
Tapi bisakah daging diasingkan? Bisakah tubuh dilihat terpisah? Tampaknya ada yang luput dilihat di sini. Justru pada bulan Ramadan, yang jasmani diam-diam menyiapkan resistansi.
Mari datang ke pusat-pusat perbelanjaan mewah dan angkringan sederhana di kaki lima. Kita akan melihat semarak pelbagai penganan lezat yang tak lazim sehari-hari. Ramadan telah jadi sebuah paradoks: ketika orang diharuskan menahan nafsu, kreativitas menyiapkan hidangan justru meningkat; omzet perdagangan makanan naik sampai 60 persen. Orang ramai berbelanja untuk membuat meriah meja berbuka puasa dan sahur mereka.
Ramadan agaknya telah jadi sebuah periode ketika orang berusaha memperoleh kompensasi istimewa. Tampaknya kuat anggapan bahwa pengekangan atas tubuh kita selama 30 hari itu adalah sebuah deprivasi, sebuah perenggutan dari hidup yang normal, dan kita, yang merasa harus menanggungkan itu, menginginkan imbalan yang memuaskan.
Di atas semua itu, setidaknya di Indonesia, orang-orang yang menganggap puasa sebagai deprivasi yang berat akan bersikap seakan-akan anak manja atau si korban yang dendam: mereka minta diperlakukan dengan kelas tersendiri. ”Hormatilah orang yang berpuasa!” seru pengumuman di mana-mana. Maksudnya: ”jangan menggoda atau merayu orang yang berpuasa untuk batal”.
Barangkali berpuasa telah berubah: menahan haus dan lapar tidak lagi ditandai tekad melawan godaan, tapi sikap ketakutan akan godaan. Pada bulan ini orang-orang yang mengatakan bahwa niat mereka berpuasa adalah untuk Allah (dengan kata lain: ikhlas) ternyata juga orang-orang yang merasa berhak mengklaim proteksi dari kekuatan di luar diri mereka: Negara.
Maka rumah-rumah hiburan malam pun diharuskan tutup sepanjang bulan. Bahkan panti pijat yang biasanya dipergunakan keluarga (termasuk anak-anak) tak boleh buka. Tak urung, para juru pijat, umumnya ibu-ibu yang bekerja untuk menambah nafkah keluarga, berkurang pendapatan. Di Bekasi, para pemilik dan buruh industri entertainment kecil atau menengah mengeluh (ya, mereka akhirnya berani mengeluh) bahwa setiap tahun nafkah mereka putus selama 30 hari. Padahal mereka juga harus ikut mengumpulkan pendapatan lebih untuk bersenang-senang pada hari Lebaran.
Dengan kata lain, puasa telah jadi semacam privilese. Orang-orang yang berpuasa bukan saja harus dihormati secara istimewa, tapi juga orang lain harus bersedia berkorban untuk mereka.
Persoalannya akan berbeda jika kita menganggap berpuasa dengan sikap lain: puasa bukan sebagai deprivasi, melainkan sebagai ikhtiar kita untuk mengurangi apa yang dirasakan berlebih dan berlebihan dalam diri. Dengan kata lain, inilah puasa sebagai pilihan laku yang menangkis keserakahan. Bahkan inilah puasa sebagai reduksi agresivitas menghadapi dunia—agresivitas yang meringkus dunia jadi milik dan bagian dari sasaran konsumsi.
Dalam puasa reduktif itu, kita sebenarnya melanjutkan pesan Nabi untuk berhenti makan sebelum kita kenyang dan juga pesan Gandhi untuk menyadari betapa dunia terbatas: bumi cukup untuk kebutuhan tiap orang, namun tak akan cukup untuk ketamakan tiap orang.
Puasa yang macam itu tentu saja tak akan diakhiri dengan kemenangan yang dirayakan dengan Idul Fitri yang pongah. Puasa yang menampik keserakahan dan agresivitas tak akan meneriakkan kemenangan, terutama kemenangan diriku sebagai subyek yang perkasa yang telah mengalahkan tubuh sendiri. Bahkan dalam puasa yang seperti itu, ”aku”, seperti dikatakan Chairil Anwar di pintu Tuhan, ”hilang bentuk, remuk”.
Tak berarti ”hilang bentuk, remuk” itu menunjukkan wajah manusia yang tertindas dan jadi asing bagi dirinya sendiri.
Marx memang pernah menganggap, dalam agama (sebagai bentuk alienasi), wujud manusia hilang: ”semakin banyak yang dicurahkan manusia ke Tuhan, semakin sedikit yang ia sisakan bagi dirinya sendiri….”. Tapi di situ Marx salah. Pada abad ini yang kita saksikan justru sebaliknya: semakin banyak yang dicurahkan manusia ke Tuhan, semakin menggelembung ia jadi subyek yang penuh dan perkasa. Dan agresif.
Mungkin itu sebabnya mereka yang berpuasa juga tampak seperti orang yang ingin berkuasa. Kecuali jika puasa membuat kita sadar bahwa kita tak pernah bisa tegak utuh sendiri. Kita, roh yang juga daging, terbentuk oleh zat-zat yang sama dengan zat-zat dunia—meskipun kesatuan antara roh dan daging itu menyebabkan manusia tak seluruhnya bisa dirumuskan. Kita ada di bumi, di bawah langit, di antara makhluk lain yang fana, di hadapan Tuhan—sebuah variasi dari das Geviert Heidegger. Dalam posisi itu, aku bisa merasakan bumi, langit, sesama makhluk dan rahmat Tuhan mengasuhku. Dalam posisi itu, aku bisa menghilangkan ketamakan dan agresivitasku.
Di situ, puasa tak akan disertai hasrat mendapatkan kompensasi yang memuaskan buat tubuh yang merasa tertindas dan terasing oleh Ramadan. Di situ, puasa tak dimulai dengan merasa telah direnggutkan, hanya karena mulut tak boleh menelan, lidah tak boleh mencicip. Di situ, puasa adalah pertemuan kembali dengan tubuh yang sebenarnya lumrah dan patut disyukuri. Bukan tubuh yang dikurung untuk diwaspadai.
~Majalah Tempo Edisi Senin, 16 Agustus 2010~


Majenun  


DI sana-sini, dunia perlu orang majenun. Atau penyair. Atau kedua-duanya.
”Kenapa kalian, para penyair, begitu terpesona kepada orang gila?”
”Kami punya banyak kesamaan.”
Dialog ini, dalam film Man from La Mancha, berlangsung dalam sebuah penjara bawah tanah di Spanyol abad ke-17. Si penyair yang menjawab pertanyaan itu adalah Miguel de Cervantes. Dalam catatan sejarah dialah penulis El ingenioso hidalgo don Quijote de la Mancha yang lebih dikenal sebagai Don Quixote: dua jilid panjang yang berkisah tentang seorang majenun. Dalam film ini, diproduksi di tahun 1972, kisah itu diadaptasi dengan pendekatan yang ingin berbicara untuk zaman kita—zaman yang tak mau menerima kegilaan.
Adapun bagian pertama novel ini terbit di tahun 1605 di Madrid. Ia sebuah satire: Don Quixote tampil sebagai tokoh yang ditertawakan. Tapi berangsur-angsur dalam Cervantes terasa tumbuh rasa sayang kepada si majenun ciptaannya. Jika dibaca dengan jilid keduanya yang terbit di tahun 1615, ada yang sayu dalam kegilaan itu: Alonso Quijana, seorang tua yang terlalu banyak membaca buku tentang ksatria, tiba-tiba meninggalkan rumahnya, berkeliling naik kuda dan menganggap dirinya seorang caballero. Seakan-akan Spanyol masih di zaman dongeng lama ketika para ksatria bertempur untuk hal-hal yang luhur. Alonso Quijana menyebut diri ”Don Quixote de la Mancha”.
Film Man from La Mancha merupakan adaptasi musikal atas kisah yang sudah beredar 300 tahun itu. Saya tak pernah menyukai musikal, tapi karya sutradara Arthur Hiller dengan skenario Dale Wasserman ini bagi saya sebuah perkecualian yang tak terlupakan. Terutama karena Peter O’Toole bermain dengan cemerlang sebagai Cervantes dan sekaligus Don Quixote—dan terutama karena mise-en-scène yang bisa menggabungkan teater gaya Brecht dengan layar putih á la Hollywood.
Syahdan, adegan dimulai dengan Miguel de Cervantes, penyair, pemungut pajak, dan prajurit, yang ditangkap bersama bujangnya yang setia. Jawatan Inkuisisi, lembaga Gereja Katolik Spanyol yang dengan tangan besi menjaga keutuhan umat dan iman, menjebloskan mereka ke dalam kurungan di bawah tanah. Tak ayal, dalam calabozo yang seram itu mereka dikerubuti para tahanan lain: semua milik yang mereka bawa harus diserahkan.
Cervantes mencoba mempertahankan satu naskah dan satu peti yang dibawanya. Ia siap membela diri di depan mahkamah kurungan itu. Ia minta diizinkan menyajikan satu lakon.
Pemimpin para tahanan itu setuju. Dengan cepat, sang penyair membuka petinya. Ia kenakan kostum dan tata rias, dan muncul sebagai Alonso Quijana, pak tua yang terkena delusi berat dan membayangkan diri sebagai Don Quixote.
Ruang sempit yang pengap itu jadi pentas. Ksatria imajiner itu, dengan diiringi pelayannya, kini disebut Sancho Panza, naik kuda imajiner. Pada detik-detik berikutnya, kamera memindahkan adegan itu ke alam luas: kedua orang itu tampak menempuh plateau sunyi La Mancha. Don Quixote tegak di atas pelana di punggung Rocinante.
Perjalanan mereka tentu saja tak sepanjang yang dikisahkan novel. Teks Wasserman (penulis lakon yang juga membuat adaptasi karya Brecht, Die Dreigroschenoper) hanya menampilkan beberapa bab yang penting dari narasi Cervantes.
Yang paling penting: pertemuan Don Quixote dengan pelacur Aldonza, di sebuah losmen. Kita ingat sang majenun membayangkan losmen buruk itu sebuah kastil dan si pelacur sebagai Dulcenia—seorang putri bangsawan kepada siapa ia akan mempersembahkan hidup dan cintanya.
Di sini kisah Don Quixote berhenti sebagai cemooh. Ia jadi sebuah alegori. Kita menyaksikan wajah kegilaan yang luhur dan sosok bloon yang baik hati. Dalam kemajenunannya, orang dari La Mancha itu ingin menyelamatkan dunia dari putus asa dan sinisme. ”I hope to add some measure of grace to the world,” katanya agak malu-malu, sambil memandang Aldonza dengan lembut, mesra, tapi dengan sinar mata seorang gila.
Aldonza (diperankan Sophia Loren) tak mengerti semua itu. Ia selama itu jadi obyek nafsu lelaki. Ia merasa nista dan tak pernah punya keyakinan bahwa berkah serta kelembutan bisa tumbuh dari hidup. ”Dunia adalah seonggok tahi sapi,” katanya ketus dan pahit, ”dan kita belatung yang merayap di atasnya.”
Don Quixote dengan halus membantah. ”Dalam hati, tuan putri tahu bahwa tak begitu sebenarnya.”
Aldonza meludah. Baginya, Don Quixote manusia sia-sia yang akan dihajar nasib. Tapi laki-laki tua yang kurus dan linglung itu menjawab: ”Akan kalah atau menangkah hamba, itu tak penting.”
Apa yang penting? Yang penting adalah perjuangan itu sendiri, bukan hasilnya: perjuangan untuk membubuhkan yang mulia di dunia yang bobrok. Itu berharga. Sebab, bagi seorang ksatria, itu sebuah privilese.
To dream the impossible dream,
To fight the unbeatable foe,
To bear with unbearable sorrow
To run where the brave dare not go
To right the unrightable wrong
Dengan itu, berbeda dari novel Cervantes, Man from La Mancha menampilkan Don Quixote sebagai seorang yang tulus dan militan—yang tergetar oleh sesuatu yang tak terhingga, tampak sebagai seorang majenun yang tak punya kalkulasi praktis, seperti halnya seorang penyair yang masuk menemui malam entah untuk apa.
Gila, tentu. Tapi seperti diucapkan tokoh Cervantes dalam film ini, ”barangkali yang terlalu praktis, itulah kegilaan”. Barangkali terlalu kuatnya akal sehat—yang melepaskan mimpi—itulah kegilaan.
Berjuang dengan setia bagi mimpi, untuk memberikan yang baik bagi dunia meskipun mustahil, adalah kegilaan yang memberi harga kepada manusia. Aldonza akan bisa menemukan yang luhur dalam hidup. Ia bisa terbebas dari jepitan akal praktis dari zaman yang hanya mau menghitung laba-rugi. Ia bisa tahu, ia bukan belatung di atas onggokan tahi.
Majalah Tempo Edisi Senin, 23 Agustus 2010~
One blogger likes this post

Monday, September 13, 2010

SEPARUH HIDUPKU YANG HILANG
Oleh: Vedizha Efrilia
Kelas: XII IPS 3, SMA Tarsisius Vireta-Tangerang

Seperti dalam bacaan Lukas 15:11-32 yang mengisahkan tentang perumpamaan anak yang hilang, begitulah sendi-sendi kehidupan terbentuk tanpa bisa kita sadari sepenuhnya dari seluruh kejadian yang telah kita alami sendiri. Banyak hal yang begitu nyata yang terjadi pada kehidupan kita sendiri tapi tak seluruhnya dapat kita pahami. Terkadang sendi-sendi kehidupan itu pun tak dapat kita terima dengan alasan keadilan. Tetapi semua itu merupakan jalan Tuhan yang terbaik dan yang telah dipilihkan untuk setiap umat-Nya. Sekalipun kejadian itu buruk atau terburuk yang pernah kita alami, tetapi kita tidak dapat memungkirinya.
Membaca perumpamaan tentang anak yang hilang yang menggambarkan satu keadaan nyata tentang ayah dan dua anaknya di mana sang ayah memperlakukan kedua anaknya secara berbeda sesuai dengan takaran keadilan sang ayah tentunya. Dari situ sang anak sulung yang merasa telah kurang diperhitungkan oleh ayahnya merasa geram dan hanyut dalam pikiran negatifnya. Sesungguhnya setiap orang mempunyai takaran keadilan yang berbeda-beda seperti yang terlihat pada cerita tersebut. Apa yang menurut orang tua adil, belum tentu adil juga menurut sang ayah dan begitu pula sebaliknya. Takaran keadilan itu tidak melihat ke dalam rasa, tidak memperhitungkan perasaan sebenarnya, juga tidak memperhitungkan seberapa penting atau seberapa berharganya orang tersebut untuk kita. Keadilan itu hanya memperhitungkan dari dalam diri orang-orang yang sedang kita perhitungkan, bukan melihat dari luar (fisik) orang tersebut.
Keadilan itu memang sering dipertanyakan di dalam keseharian kita. Apakah yang kita dapatkan itu adil atau tidak? Jarang sekali orang bertanya pada dirinya sendiri. Apa yang saya berikan kepada orang lain itu adil atau tidak? Dari situ kita dapat melihat bahwa sebenarnya lebih banyak kadar keegoisan dalam diri manusia daripada kadar keadilan. Begitu pula dengan diri saya yang lebih banyak mempertanyakan keadilan itu sendiri , apakah yang saya lakukan atau yang saya berikan kepada orang lain itu sudah adil. Begitu banyak pertanyaan yang muncul dalam pikiran saya seputar keadilan. Kejadian-kejadian masa kecil hingga saya berumur 17 tahun, belum saya temukan letak keadilannya. Bukan berarti saya tak pernah mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan kepada saya. Bukan berarti saya melupakan sisi-sisi positif yang terdapat dalam kejadian-kejadian yang pernah saya alami. Dan bukan berarti saya selalu menyalahkan orang-orang yang terlibat jauh dalam kejadian-kejadian itu.
Keadilan itu memang tak sepenuhnya dapat manusia rasakan dan tak sepenuhnya pula dapat kita berikan kepada orang lain. Karena menurut saya, kadar keadilan tiap-tiap orang itu memang berbeda. Seperti pada saat saya mengalami satu rasa yang benar-benar sangat mengguncang kehidupan saya, rasa kehilangan yang begitu besar pada bagian hidup saya. Hanya segores tinta yang memberi arti lain dalam sendi-sendi kehidupan saya. Saya kehilangan sosok ayah yang begitu besar artinya dalam hidup saya. Ia menutup mata untuk menuju peristirahatan terakhirnya pada saat saya tidak berada di sisinya. Saya sedang berada di sekolah pada waktu ia berusaha melewati masa-masa kritisnya. Bahkan pada saat ia dipulangkan dari rumah sakit ke kediamannya pun, saya belum melihat dan menyentuhnya. Saya baru bisa melihatnya pada malam hari. Dan hari itu adalah hari yang tak pernah terlupakan bagi saya. Awan gelap itu menyambut kesedihan dan tangisan yang tertumpah begitu saja setelah saya melihat sosok laki-laki paruh baya yang sangat saya cintai sudah terbujur kaku, tak dapat lagi memanjakan saya seperti yang biasa dia lakukan. Satu tahun lebih ia meninggalkan saya untuk selamanya. Dari situ saya benar-benar mempertanyakan keadilan Tuhan untuk kehidupan saya. Apakah itu adil bagi saya? Tuhan mengambilnya saat saya tidak ada di sisinya. Dan sampai sekarang, pertanyaan itu tidak pernah terjawab. Saya sangat merindukannya, merindukan senyumannya, kelembutannya, belaian kasih sayangnya, juga suaranya. Seperti pada perumpamaan tentang anak yang hilang yang memikirkan ayahnya dan menyesali perbuatannya ketika berada jauh dari ayahnya dan berkaca pada kehidupan orang lain.***
BERBUAT BAIK
Oleh: Desy Yolanda
Kelas: XII IPS2, SMA Tarsisius Vireta

Berbuat sesuatu tanpa mengharapkan balasan bukanlah hal yang mustahil untuk dilakukan tetapi juga tidak mudah tentunya. Mencari orang yang tulus hatinya di zaman ini memang sulit. Berbuat tulus sekali hingga tidak mengharapkan balasan, merupakan hal yang langka. Itu sama seperti bekerja tanpa gaji atau berbuat sesuatu tanpa tujuan. Ya, pikiran manusia memang duniawi sekali. Hal ini bukan tuntutan atau paksaan namun sebaiknya manusia melakukannya karena manusia tidak hidup sendirian di dunia ini. Ketulusan hati adalah hal yang berharga.
Kitab suci mengajarkan untuk mengasihi musuh, dan tidak berharap pemberian dari orang lain dan tidak mengharapkan pembalasan atas apa yang dilakukan untuk orang lain. Sebab balasan itu datangnya dari Tuhan. Apa yang dilakukan, akan dituai di kemudian hari. Andai saja manusia bisa seperti lilin. Ia memberikan penerangan tanpa mengharapkan pembalasan bahkan melelehkan dirinya demi member i cahaya untuk orang-orang sekitarnya. Hidup memang tidak mudah dan lilin tidak sama dengan manusia. Banyak aspek yang dipertimbangkan orang dalam melakukan sesuatu. Uang, harga diri, waktu, kesempatan dan lainnya.
Sulit bagi orang yang serba berkekurangan untuk membantu orang lain tanpa mengharapkan pamrih. “Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apalah jasamu?” (Lukas 6:32). Jadilah orang mulai mengasihi orang lain terlebih dahulu. Hal itu tidak ada ruginya bukan? Hidup akan lebih menyenangkan jika kita bisa melayani orang lain. Memang lebih merepotkan, namun lebih berarti dan berharga. Yesus pun mengajarkan demikian, padahal Dia adalah seorang Mesias, tapi dia bersedia melayani murid-murid-Nya. Kita manusia tidak lebih tinggi daripada-Nya, mengapa kita harus gengsi dan malu untuk melayani orang lain?
Hidup di dunia ini fana. Hidup yang sesungguhnya adalah di akhirat sana. Manusia hidup di dunia merupakan kesempatan berharga yang diberikan oleh Tuhan. Hidup manusia itu dinilai. Perjalanan hidup manusia seperti tulisan di atas kertas. Apa yang dilakukan manusia akan dikoreksi oleh Tuhan pada waktunya nanti. Pengampunan itu ada seiring dengan adanya pertobatan. Maka hendaknya hidup harus diperbaiki. Berbuat tulus dalam melayani adalah salah satu contoh cara hidup yang diterima oleh Tuhan. Manusia memang tidak sempurna, namun manusia mempunyai akal untuk memperbaiki yang tidak sempurna.***