Keberadaan Paroki Sta. Helena
tidak terlepas dari sejarah keberadaan paroki St. Monika Serpong, yang
sebelumnya umat di wilayah ini menginduk. Perkembangan umat semakin membludak
maka dipikirkan untuk didirikan sebuah stasi yang diberi nama Stasi St. Helena
yang secara resmi berdiri pada Mei 1996. Banyak liku perjalanan yang penuh
tantangan telah dilewati oleh stasi ini seperti
menceri tempat untuk dijadikan sebagai tempat beribadat sangatlah
sulit. Pada awalnya kegiatan stasi
terutama beribadat dilakukan secara berpindah-pindah, mulai dari mengontrak
rumah umat dan sebagian menggunakan kapel Ignatius de Loyola.
Friday, October 18, 2013
Wednesday, October 16, 2013
TERSENYUM DALAM LUKA YANG MENGESANKAN
Judul :
Pengampunan Yang Menyembuhkan
Penulis : Jean Maalouf
Penerjemah : Wilhelmus David
Penerbit : Orbit Media
Tebal : 122 halaman
ISBN : 978-602-17548-9-4
Ketika
Paus Yohanes Paulus II ditembak, sepertinya tidak ada dendam yang tumbuh dalam
dirinya. Setelah sembuh, beliau malah mengunjungi si
penembak. Dunia menjadi heran penuh tanya, mengapa ia yang terluka harus
memulai menumbuhkan rasa maaf kepada orang yang menembaknya? Tindakan mendiang
ini tidak merupakan tindakan simbolik tetapi mewujudnyatakan tindakan kasih yang pernah diperlihatkan oleh Sang
Guru, Yesus Kristus. Yesus tidak menaruh dendam terhadap mereka yang
menganiaya, bahkan Yudas Iskariot yang
datang membawa para algoju hendak menangkapnya, Yesus masih menyapanya sebagai
sahabat. “Sahabat, untuk maksud itukah engkau datang?”
Tuesday, October 15, 2013
GEREJA: DAPUR BAGI MASYARAKAT
Ketika banjir
melanda beberapa wilayah Jabodetabek, terlihat ada upaya dari pelbagai pihak
memberikan perhatian berupa penyaluran bantuan makanan dan pakaian yang sangat
dibutuhkan oleh warga yang terkena banjir. Banjir, memang dilihat sebagai
musibah rutin tetapi dibalik peristiwa itu bisa terlihat dengan jelas, pelbagai
kelompok atau pun komunitas-komunitas menggerakkan kesadaran masyarakat untuk
berbuat sesuatu demi menyelamatkan mereka yang terkena banjir. Apa yang bisa kita
pelajari dari musibah rutin ini? Bagaimana peran Gereja dalam memberikan
perhatian pada mereka yang terkena banjir? Mengapa Gereja membuka diri bahkan
mendirikan dapur umum dan menyebarkan makanan, hasil masakan umat sendiri?
Menelusuri wilayah Tangerang beberapa waktu
lalu di mana sebagian besar perumahan terkena banjir, saya berkesempatan
mendatangi beberapa gereja paroki yang ada di wilayah Tangerang. Sebagian besar
umat yang tidak terkena banjir membangun aksi peduli dengan lingkungan
sekitarnya, bahkan ada gereja paroki yang umatnya tidak terkena banjir tetapi
tetap mendirikan dapur umum dan menyalurkan makanan ke tempat-tempat
pengungsian.
BERANI MENGATAKAN YANG BENAR
Judul : Pedulikah Kita Pada Hidup?
Pengarang : Mudji Sutrisno, SJ
Penerbit : Kanisius, Yogyakarta (Cetakan ke
4 tahun 2012)
Ketika
berhadapan dengan realitas hidup, terbetik pertanyaan nakal, mengapa yang baik
sering kalah terhadap yang jahat? Inilah
pertanyaan yang sering menggelisahkan publik ketika berhadapan dengan kenyataan
hidup di negeri ini. Terhadap kenyataan ini, religi mencoba
menjawabnya dengan persepsi dan
perenungan mengenai “setan dan malaikat.” Lebih jauh lagi spiritualitas mencoba
menjawabnya dengan “perang tanpa usai antara roh baik dan roh jahat.” Di sinilah terlihat sebuah pemetaan yang
jelas antara yang baik dan yang jahat. Tetapi apakah setiap masyarakat sanggup
melihat kebenaran sebagai yang benar? Ataukah justeru sebaliknya, melihat
sesuatu yang salah untuk dibenarkan?
Membaca realitas kebenaran di
negeri ini mirip dengan membaca abu-abunya realitas. Di sini, perlu dibutuhkan
ruang hening yang mendalam agar setiap manusia menentukan kebenaran menurut
norma dan hukum yang berlaku dan bukannya
atas dasar uang dan kekuasaan.
Fakta berbicara lain, bahwa dominasi kekuasaan terlampau kuat hingga kebenaran sesungguhnya lenyap di mata publik dan yang muncul adalah
kebenaran dari hasil rekayasa penguasa. Masih pedulikah kita pada kehidupan
sosial dan berpihak pada kebenaran tanpa harus membuat rekayasa?
Dalam kumpulan refleksi tentang
hidup ini, Romo Mudji Sutrisno, SJ mengajak pembaca untuk melihat secara jeli
abu-abu kehidupan. Abu-abu kehidupan yang dimaksudkan adalah sikap manipulasi
manusia terhadap kebenaran itu sendiri. Memang berat untuk mengatakan sesuatu
sebagai yang benar. Tetapi perlu terus dibangun sikap peduli terhadap sesama
yang menjadi korban ketidakadilan. Ada ketakutan publik yang sedang melanda,
bahkan ketakutan massal itu sebagai sebuah realitas yang mesti diterima.
Ketakutan massal ini lebih disebabkan oleh tekanan publik yang lebih
bersekutu pada ketidakbenaran fakta
untuk kemudian dimanipulasi menjadi kebenaran semu.
Meminjam bahasa Romo Mudji,
“Kita sebenarnya tidak takut kepada ketinggian, namun yang kita takuti adalah
bila kita jatuh dari ketinggian itu.” Masih sebagian besar orang yang tidak
takut mengatakan tentang kebenaran, tetapi menjadi ketakutan adalah, apakah orang lain juga mengatakan tentang sesuatu
yang benar seperti apa yang ia katakan. Karena ketika ia mengatakan kebenaran
berseberangan dengan publik maka resiko yang diterima adalah ia harus
dikucilkan dari “panggung pergaulan masyarakat.” Resiko pengucilan diri
seseorang inilah yang membuat orang takut mengatakan yang benar secara
sendirian. “Orang sebenarnya tidak takut akan cinta, namun yang ditakuti adalah
bila ia tidak dicintai balik. You are not
afraid of love. You are afraid of not being loved back.” Kiranya kebenaran
semakin nyata berpihak pada semua lapisan masyarakat.*** (Valery Kopong)
Monday, October 14, 2013
Keuskupan Tanjungkarang resmi memiliki uskup baru
Gereja Katolik Keuskupan Tanjungkarang, Lampung, hari ini (10/10) secara resmi dipimpin uskup baru dengan ditahbiskannya Pastor Yohanes Harun Yuwono.
Setelah lebih dari setahun keuskupan itu mengalami kekosongan, pasca pensiunnya Mgr Andreas Henrisusanto SCJ pada 6 Juli 2012.
Pada 19 Juli 2013, Paus Fransiskus mengangkat Pastor Yuwono sebagai Uskup Tanjungkarang, yang terletak di ujung selatan Pulau Sumatra ini.
Acara penahbisan uskup akan diadakan di Wisma Albertus, Pahoman, oleh Mgr Aloysius Sudarso SCJ, uskup agung Palembang, yang juga akan dihadiri para uskup dari seluruh tanah air.
Uskup Yuwono lahir di Pringsewu, Lampung, pada 4 Juli 1964 dan ditahbiskan menjadi imam pada 8 Desember 1992 untuk keuskupan Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Saat diangkat menjadi uskup, ia menjadi Rektor Seminari Tinggi St. Petrus Pematangsiantar dan menjadi dosen di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) St. Yohanes Pematangsiantar, Sumatra Utara.
Ia pernah berkarya sebagai pastor paroki di Paroki St. Perawan Maria Pengantara Segala Rahmat Sungailiat, Bangka, Keuskupan Pangkalpinang.
Romo Magnis: Toleransi harus mulai diajarkan
Ditemukannya sejumlah laporan dimana intoleransi dan fanatisme terhadap agama diajarkan di sekolah, dinilai guru besar filsafat dari Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Romo Franz Magnis-Suseno SJ sebagai kondisi dimana pemerintah wajib memulai pendidikan dengan keutamaan ke arah toleransi.
Menurut Rohaniawan Katolik ini, hal itu perlu dimulai agar fenomena yang membahayakan ini tidak menyebar yang dapat menyebabkan generasi muda kehilangan pandangan mengenai indahnya kebersamaan dalam keberagaman.
Friday, October 4, 2013
Para pencari suaka berada dalam ketidakpastian pasca kebijakan baru Australia
Saat Al Falakh melarikan diri dari Irak pada 2011, ia tidak menyangka, dua tahun kemudian ia terjebak di Indonesia dan rencana mencari suaka di Australia tiba-tiba direnggut darinya.
Pria berusia 47 tahun ini bersama isteri dan empat anaknya menjadikan Cisarua di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sebagai perhentian sementara dalam upaya mereka mencari hidup yang lebih baik.
“Saya berharap kami bisa pergi ke Australia. Tetapi jika tidak bisa, tidak masalah. Kami tidak bisa memaksa Australia untuk menerima kami,” katanya kepada ucanews.com ketika ditemui di wisma, penginapan mereka, Kamis (26/9).
Di bawah pengaruh Tony Abbott, Perdana Menteri baru, Australia menggelontorkan dana miliar dolar untuk Operasi Pengamanan Perbatasan, yang bertujuan menghentikan gelombang perahu para pencari suaka ke Australia dari wilayah perairan Indonesia.
Hal ini membuat puluhan ribu pencari suaka di Indonesia terpaksa memikirkan kembali masa depan mereka.
Militer yang bertugas memimpin rencana perlindungan perbatasan ini – sebagai respon terhadap peningkatan jumlah pendatang ilegal dengan perahu – termasuk upaya untuk menangkap kapal – bermaksud mengembalikan pencari suaka ke Indonesia.
Australia berharap untuk mengirim pasukan tambahan ke Indonesia demi mencari kelompok penyelundupan manusia, sebuah rencana yang membuat Indonesia marah.
Abbott datang ke Jakarta pada Senin (30/9) dan melakukan pembicaraan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono demi mengembangkan kebijakan bersama mengatasi apa yang ia anggap sebagai ancaman keamanan utama bagi Australia.
Imam Yesuit di Suriah berjuang di tengah peperangan, kelaparan dan ketakutan
Imam Belanda Pastor Frans Van der Lugt SJ telah memberikan kesaksian pengalamannya yang dramatis di Bustan al-Diwan, Homs, Suriah, yang telah dikendalikan oleh para pemberontak sejak Juni 2012, tetapi dikepung oleh pasukan pemerintah Suriah.
“Selama 15 bulan terakhir kami telah bertahan dengan persediaan darurat yang kami miliki di ruang bawah tanah dan di rumah-rumah yang ditinggalkan tetangga. Semua kami akan mengalami kehabisan persediaan. Dan kami tidak tahu berapa lama lagi pengepungan ini akan berakhir.”
Vatikan Insider menulis tentang Pastor Van der Lugt dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada awal Agustus. Provinsial Yesuit Timur Tengah, Pastor Victor Assouad SJ menyatakan keprihatinan atas nasib imam Belanda itu dan Pastor Paolo Dall’Oglio SJ, imam Italia, yang diculik sekitar dua bulan lalu di Suriah bagian utara.
Pada Juni 2012, saat Homs jatuh, ada sekitar satu juta penduduk, namun kini tinggal 200.000 orang, dan Pastor Van der Lugt memutuskan untuk tetap tinggal bersama orang-orang tersebut yang tidak dapat melarikan diri dari Bustan al-Diwan.
Imam itu telah tinggal bersama para korban tak berdosa akibat konflik yang dilakukan kubu pemberontak selama 15 bulan. Suara tembakan artileri Assad bergema di atas mereka tanpa pandang bulu, terlepas dari apakah target adalah orang Kristen atau Muslim.
Bustan al- Diwan masih terputus dari dunia luar, demikian Pastor Ziad Hilal SJ menyampaikan pada pertemuan di Jenewa belum lama ini. Pastor Hilal adalah imam Yesuit lain yang tinggal di bagian Homs yang dikendalikan oleh pasukan pemerintah Suriah.
“Sekitar 900 meter jarak antara Pastor Frans dan saya, tapi jarak ini tidak bisa menghentikan kami dari berkomunikasi satu sama lain atau saling mendukung,” katanya.
Bersama Pastor Hilal berasal dari Eropa, Pastor Van der Lugt mengisahkan kesaksiannya, yang telah dipublikasikan di situs LSM Katolik Perancis, L’Oeuvre d’Orient. Kesaksiannya menggambarkan situasi dramatis yang dihadapi oleh komunitas Kristen minoritas sekitar 80 orang yang sedang mengalami kemiskinan yang ekstrim akibat perang.
“Kami akan mengalami kekurangan makanan karena pasokan belum datang selama 15 bulan,” kata Yesuit Belanda itu.
“Kami berterima kasih kepada Tuhan atas tepung yang kami menerima (satu kilo per orang setiap minggu). Tapi, kami tahu kami tidak bisa terus hidup dengan keadaan ini dalam waktu lama. Kami merasa sangat prihatin dengan musim dingin. Kami semua mengalami kedinginan, kurangnya air, gas dan minyak. Kami menggunakan kayu bakar. Rumah-rumah kami sebagai tempat berlindung dari kedinginan, kini semua pintu dan jendela rusak. Dan tidak mungkin untuk pergi keluar dari lingkungan kami. Kami benar-benar dikepung”.
Meskipun menghadapi semua kesulitan ini, Pastor Van der Lugt berbicara tentang kehidupan masyarakat: “Pertemuan mingguan kami setiap hari Minggu berlangsung dalam semangat kasih, keterbukaan dan saling mendukung. Kami merasa bersatu sebagai sebuah komunitas dan membantu satu sama lain dalam keadaan yang sulit ini membuat kami menjadi lebih kuat.”
Sumber: Dutch Jesuit in Syria battles war, hunger and fear
Elizabeth Widjaja, peduli pendidikan anak-anak miskin
Sikap belarasa dan rendah hati adalah kata-kata yang bisa disandangkan kepada Elizabeth Widjaya, seorang ibu rumah tangga yang mendirikan Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak (KBTK) Pelangi di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Pada usia 18 tahun, Elizabeth merasa terpanggil menjadi pekerja sosial dan tahun 2003 ia mengorbankan sebagian rumahnya, mengubahnya menjadi kelas untuk anak-anak kurang mampu. Kini KBTK Pelangi menyediakan para guru dengan latar belakang pendidikan guru, memiliki kualifikasi, berpengalaman mengajar anak-anak usia dini dan TK, meskipun ia mengalami kendala keuangan.
Berikut ini petikan wawancaranya dengan The Jakarta Globe:
Ceritakan kepada kami tentang KBTK Pelangi?
TK Pelangi didirikan pada Juni 2003 dan sesuai dengan kurikulum nasional. Kami merekrut para guru yang tahu tentang kurikulum dan materi untuk mengajarkan kepada anak-anak.
Kami adalah sekolah sosial sehingga guru kami dibayar murah dibandingkan dengan sekolah formal, tetapi para guru ini sangat berdedikasi.
Apa yang menginspirasi Anda memulai KBTK Pelangi? Apa tujuan Anda?
Saya benar-benar tidak pernah berencana untuk mendirikan KBTK ini. Saya lebih cenderung mendirikan panti asuhan. Namun, membangun sebuah panti asuhan membutuhkan rumah, sangat sulit dan mahal.
Setelah melihat anak-anak yang tidak mampu membayar pendidikan yang layak, saya bertanya kepada diri sendiri, ‘Mengapa saya tidak mulai dari sana?”
Saya merasa kasihan dengan anak-anak yang tidak bisa bersekolah.
Keluarga kaya bisa menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah yang mereka inginkan, tetapi keluarga berpenghasilan rendah harus berjuang dan bahkan untuk makan saja sulit.
Jika anak-anak tidak mendapatkan pendidikan, mereka tetap miskin. Mereka tidak memiliki kesempatan untuk memutus siklus kemiskinan.
Anak-anak tidak bersalah, juga orang tua. Itu adalah situasi yang mereka hadapi. Jika kita tidak memberi mereka kesempatan, mereka tak akan mendapatkan kesempatan untuk menikmati pendidikan berkualitas bahwa setiap anak berhak untuk menerima pendidikan semacam itu.
Bagaimana reaksi awal keluarga dan anak-anak Anda tentang KBTK Pelangi?
Sebelum mendirikan KBTK Pelangi, suami saya memahami keterlibatan saya dalam karya sosial ini dan ia tidak berkeberatan dengan pekerjaan itu.
Namun, ia enggan untuk mengorbankan ruang di rumah untuk membuat kelas prasekolah. Semua orang berpendapat, sebuah rumah dimaksudkan untuk rumah keluarga, hal yang privasi.
Kami memulai pendidikan prasekolah gratis dengan fasilitas yang berkualitas dan guru yang mengajar juga bagus.
Kini kami meminta para murid membayar dan hal itu tergantung kemampuan keluarga untuk membayar. Sejumlah keluarga tidak membayar sama sekali sedangkan ada beberapa membayar maksimal Rp 200.000 per tahun.
Apa tantangan yang Anda hadapi selama mengelola KBTK Pelangi?
Kami tidak menghadapi banyak tantangan pada awalnya, tetapi seiring dengan perjalanan waktu kami mulai menghadapi masalah keuangan. Semuanya mahal: harga perlengkapan sekolah naik setiap tahun dan gaji tidak turun juga.
Ada saat-saat ketika saya bertanya pada diri sendiri, ‘Bagaimana jika kami tidak memiliki cukup dana untuk menutupi biaya? Apakah kami akan menutup?’
Jika kami menutup sekolah itu, anak-anak tidak akan bisa pergi ke sekolah.
Bagaimana cara Anda memperoleh bantuan keuangan?
Ada banyak cara yang kami lakukan untuk mendapatkan dana, tapi jumlahnya tidak banyak. Sekitar 90 persen berasal dari saya dan 10 persen dari para donatur. Kami juga memiliki orang-orang yang menyumbang alat-alat sekolah dan juga susu. Namun karena harga naik seperti yang disebutkan sebelumnya, beberapa donatur telah berhenti memberikan bantuan.
Mengelola sekolah seperti itu ada banyak tantangan. Apa saran yang akan Anda berikan kepada orang-orang yang akan mengikuti jejak Anda?
Mencari para guru berkualitas yang memahami kurikulum tidak gampang karena mereka perlu memiliki profesionalisme untuk menjalankan tugas mereka. Hal yang juga penting adalah menemukan guru yang memiliki motivasi untuk membantu, bukan hanya untuk mendapatkan uang.
Memberikan para murid dengan fasilitas berkualitas dan memberikan mereka kesempatan untuk membaca!
Terakhir, jika Anda memiliki masalah uang, jangan menyerah!
Thursday, September 12, 2013
Subscribe to:
Posts (Atom)