Wednesday, October 16, 2013

TERSENYUM DALAM LUKA YANG MENGESANKAN



Judul               : Pengampunan Yang Menyembuhkan
Penulis             : Jean Maalouf  
Penerjemah      : Wilhelmus David  
Penerbit           : Orbit Media
Tebal               : 122 halaman
ISBN               : 978-602-17548-9-4

Ketika Paus Yohanes Paulus II ditembak, sepertinya tidak ada dendam yang tumbuh dalam dirinya. Setelah sembuh, beliau malah mengunjungi si penembak. Dunia menjadi heran penuh tanya, mengapa ia yang terluka harus memulai menumbuhkan rasa maaf kepada orang yang menembaknya? Tindakan mendiang ini tidak merupakan tindakan simbolik tetapi mewujudnyatakan tindakan  kasih yang pernah diperlihatkan oleh Sang Guru, Yesus Kristus. Yesus tidak menaruh dendam terhadap mereka yang menganiaya, bahkan Yudas Iskariot  yang datang membawa para algoju hendak menangkapnya, Yesus masih menyapanya sebagai sahabat. “Sahabat, untuk maksud itukah engkau datang?”

Pengampunan dalam lingkup pemikiran orang-orang Kristiani merupakan landasan utama dalam menghidupi kehidupan ini. Yesus yang telah membawa hukum kasih, menjadikan setiap pengikut-Nya meneladani apa yang telah dilakukan. Apakah orang-orang Katolik dan orang-orang Kristiani secara umum sudah mewujudkan kasih dan memberi pengampunan kepada orang lain ketika orang lain melakukan kesalahan terhadapnya? Mengampuni orang lain, seperti yang dianjurkan oleh Yesus terkesan gampang tetapi ini menjadi tantangan berat bagi orang-orang Katolik karena tidak mudah mengampuni orang-orang yang telah melukai hati kita.
Berapa kali pengampunan yang harus  kita berikan kepada orang lain yang melukai hati kita? Yesus mengajarkan bahwa dalam mengampuni orang yang bersalah kepada kita, bukan hanya sekali tetapi memberikan pengampunan tanpa batas,  mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali. Mengampuni tanpa batas, itu berarti ketika orang yang sama melakukan kesalahan kepada kita, kita pun tidak  bosan-bosan memberikan pengampunan kepadanya. Dengan memberikan pengampunan padanya berarti kita memberikan energi positif dan relasi persahabatan terbangun kembali.
            Jean Maalouf, melalui buku ini menawarkan sekaligus menggugah setiap kita untuk berani melepaskan kebencian saat berhadapan dengan orang-orang yang melukai hati kita. Memaafkan kepada orang yang melukai kita, merupakan sebuah bentuk keberanian diri melampaui batas-batas primordial. Dalam konsep pengampunan Kristiani, memberi pengampunan, tidak melihat, siapa yang pantas diampuni.    Buku ini menawarkan perspektif baru dalam  konsep pengampunan yang sungguh-sungguh membawa penyembuhan. Dengan berakar kuat pada kitab Suci dan teologi Vatikan II dan dengan semangat dan spiritualitas Paus Yohanes XXIII, buku ini membuka jalan baru menuju kehidupan rohani yang lebih baik dan mendalam, sehat dan utuh. Pengampunan adalah kekuatan dahsyat untuk menyembuhkan kita dari kehancuran. Almahrum Paus Yohanes Paulus II, selama hidupnya memberikan contoh pengampunan yang baik terhadap si penembak. Ia membawa luka yang diderita dan memberikan pengampunan pada si penembak, mau menunjukkan bahwa perbuatan dendam berkepanjangan adalah sesuatu yang menyiksa. Mengampuni dengan membawa luka, membuka mata si penembak dirinya menyadari akan tindakan yang menyeleweng dari garis-garis cinta kasih yang telah diwartakan oleh Sang Guru abadi, Yesus Kristus.***(Valery Kopong, http://viretabahasa.blogspot.com)




No comments: