Thursday, October 24, 2013

Kisah biarawati Katolik latih Taekwondo untuk anak-anak penderita kanker


                                                           14/10/2013
Kisah biarawati Katolik latih Taekwondo untuk anak-anak penderita kanker thumbnail

Suster Linda Lim sudah lama meninggalkan bela diri taekwondo, saat ia memutuskan untuk menjadi seorang biarawati. Namun, bertahun-tahun kemudian, ia kembali mengenakan sabuk hitamnya di sebuah rumah sakit di Singapura untuk melatih anak-anak yang pulih dari kanker.
Dulu, saat masih muda, Suster Linda bercita-cita jadi tentara. Tapi, tubuhnya terlalu mungil. “Lalu, aku ingin jadi polwan, untuk melindungi masyarakat,” kata dia seperti dimuat BBC. Lagi-lagi tinggi badannya tak sesuai.

Bisakah Paus Fransiskus angkat kardinal perempuan?

                                                                                                    22/10/2013
Bisakah Paus Fransiskus angkat kardinal perempuan? thumbnail

Paus Fransiskus mengatakan berulang kali bahwa ia ingin melihat peran yang lebih besar bagi kaum perempuan dalam Gereja Katolik, dan beberapa orang berpendapat bahwa ia bisa mengambil langkah besar dengan mengangkat perempuan menjadi kardinal.
Ide ini terus dibicarakan, yang dipicu oleh sebuah artikel bulan lalu di sebuah surat kabar Spanyol dimana Juan Arias, seorang mantan imam menulis dari Brasil, bahwa “ide itu bukan sebuah lelucon. Ini adalah sesuatu yang dipikirkan oleh Paus Fransiskus sebelumnya: pengangkatan kardinal wanita”.
Arias mengutip seorang imam Yesuit yang tidak menyebut namanya -  mengatakan: “Paus ini tidak akan ragu mengangkat seorang kardinal wanita.  Dan dia bisa menjadi Paus pertama yang memungkinkan perempuan untuk berpartisipasi dalam pemilihan Paus baru.”

Wednesday, October 23, 2013

BUNDA MARIA DALAM INKULTURASI





Misa inkulturasi Flobamorata (20/10/2013)
Bulan Oktober, di kalangan Gereja Katolik dikenal sebagai bulan rosario. Pada bulan ini seluruh perhatian dan doa diarahkan kepada Maria sebagai perantara yang membawa kita pada Yesus Putera-Nya. Umat Katolik selalu melaksanakan devosi kepada Bunda Maria. Sejak lama, tradisi ini dilakukan oleh Gereja dan umat terlibat penuh dalam peristiwa rosario itu. Figur Maria sangat bersahaja dan penuh pengertian, karenanya doa-doa yang dipanjatkan kepada Yesus selalu lewat Bunda Maria. Ada pelbagai cara untuk menghormati Maria. Ada devosi pribadi, kelompok maupun perayaan-perayaan meriah lain yang dilakukan oleh umat untuk menghormati Maria.
Masyarakat  Flores dikenal sebagai “Masyarakat Marianis” karena selalu menempatkan Maria sebagai figur sentral dalam seluruh kehidupan religius. Maria  menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Flores,  Sumba dan Timor. Pengaruh devosi dan penghormatan terhadap Maria diperkenalkan oleh Gereja dan misi kekatolikan yang dibawa oleh orang-orang Portugis. Peristiwa yang dialami dalam Gereja di daratan Flores, Sumba dan Timor tidak hanya berhenti di Flores tetapi tetap melekat dalam kehidupan orang-orang Flores, Sumba dan Timor ketika mereka berada di perantauan.

Saturday, October 19, 2013

LEKTOR-LEKTRIS, PENYULUH SABDA BAGI UMAT




Kemampuan seorang lektor dan lektris, dari waktu ke waktu terus dikembangkan. Menyadari betapa pentingnya keberadaan dan peranan lektor dan lektris dalam mewartakan sabda maka Bimas Katolik pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten menyelenggarakan kegiatan pembinaan terhadap para lektor dan lektris sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuannya. Acara ini diselenggarakan di Hotel  Regal Raya Resort Jl. Raya Karang – Bolong Km 134 Anyer, pada 28-30 Juni 2013. Acara ini berlangsung selama tiga hari.  Acara ini semestinya dibuka oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Banten tetapi beliau berhalangan hadir. Beliau mendelegasikan tugas ini ke Pembimas Katolik Banten yaitu Bapak Stanislaus Lewotoby. Himbauan Kepala Kanwil melalui Pembimas Katolik Banten, agar  kegiatan yang diadakan, dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar tepat sasaran dan akuntabel.
Kegiatan pembinaan ini mengusung tema “ Melalui Pembinaan Penyuluh, kita Tingkatkan Pelayanan Prima Kepada Umat Katolik.” Bimas Katolik menghadirkan dua narasumber yang mengisi seluruh rangkaian kegiatan, yakni Romo Adi, Pastor Kepala Paroki Kristus Raja Serang dan Ibu Maria Magdalena Abdi,.M.M, dari seksi pewartaan KWI, Romo Adi memberikan materi tentang Kitab Suci, sedangkan Ibu Lena lebih menyoroti teknik yang baik dalam membaca Kitab Suci ketika berperan sebagai lektor dan lektris.
Seluruh peserta pembinaan merupakan utusan dari berbagai lingkungan yang ada di Paroki Kristus Raja Serang – Banten. Mereka diutus untuk mendalami Kitab Suci dan mewartakannya kepada orang melalui cara membaca yang baik, terutama sebagai lektor dan lektris ( Petugas yang membaca Kitab Suci). Gereja Katolik memakai tahun liturgi untuk mengenangkan dan menyatakan pengalaman akan karya penyelamatan Tuhan Yesus dan Kehadiran Yesus Kristus yang menyelamatkan dalam tujuh sakramen (tanda dan sarana keselamatan), karena Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia, maka barang siapa melihat Dia, maka melihat Allah.
Untuk menghidupkan suasana liturgi dalam perayaan Ekaristi maka perlu adanya persiapan yang matang terutama peran seorang lektor dan lektris, yang tidak hanya membaca tetapi juga mewartakan Sabda melalui mimbar. Ketika membaca Kitab Suci, seorang lektor dan lektris membawa pesan yang akan disampaikan melalui Kitab Suci yang dibacakan. Setiap umat Katolik yang sudah dibaptis memiliki tanggung jawab dan perutusan, mengambil bagian dari tugas Gereja, salah satunya adalah menjadi lektor-lektris.
Sebagai manusia lemah, seorang lektor dan lektris terkadang membacakan Sabda Tuhan kurang mengena di hati pembaca. Karena itu, sebelum membaca Kitab Suci, memohon bantuan dari Roh Kudus agar bisa membimbing dalam upaya mewartakan Sabda Tuhan. Sebagai seorang pewarta sabda, perlu mengembangkan sikap rendah hati, percaya, jujur, kesanggupan hati, tekun dan selalu mengajak peserta untuk menjadi suluh atau obor di tengah masyarakat dengan mewartakan kabar gembira ke seluruh lingkungan, di mana kita tinggal.***(Valery Kopong, tulisan ini sudah dimuat di TABLOIT SABDA)

MEMBANGUN KARAKTER KAUM MUDA



Rabu, 26 Juni 2013 bertempat di aula Alexander, Gereja Kristus Raja Serang. diadakan rekoleksi sehari. Acara rekoleksi ini mengusung tema: “Melalui Kegiatan Rekoleksi Mahasiswa Katolik, Kita Tingkatkan Kualitas Kerohanian dan Pelayanan.“  Kegiatan dimulai pada pukul 08.00 s.d pukul 16.00 wib dan dihadiri oleh 40 peserta mahasiswa Katolik dari berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta di Banten, antara lain Mahasiswa  dari Universitas Tirtayasa, Universitas Bina Bangsa, Universitas Unsera dan LP3I serta Universitas Umbaja.
            Romo Agustinus Adi Indianto, Pr, Pastor Paroki Kristus Raja Serang, hadir sebagai narasumber utama dalam acara rekoleksi itu. Selain Pastor Kepala Paroki Kristus Raja Serang, turut hadir pula Pembimas Katolik Provinsi Banten, Bapak Drs. Stanislaus Lewotoby. Rekoleksi, berarti menyisihkan waktu untuk mengumpulkan kembali tenaga rohani untuk melihat seluruh proses dan pengalaman hidup yang telah dilalui. Kegiatan rekoleksi ini dengan membidik kelompok sasaran kaum muda (Mahasiswa), sebab di pundak kaum mudalah negara ini akan menjadi kuat dan tangguh. Tentunya pemuda yang diharapkan adalah pemuda yang berkualitas,  yang dapat menerjemahkan kebutuhan akan masa depan bangsa. Di sela-sela rutinitas yang padat dengan menunaikan kewajiban sebagai mahasiswa, sudah selayaknya mereka perlu penyegaran, baik jasmani maupun rohani dengan mengikuti acara rekoleksi yang difasilitasi oleh Bimas Katolik Banten. Para peserta terlihat begitu antusias mengikuti proses dan dinamika rekoleksi yang diselenggarakan. Dalam rekoleksi itu, diselingi juga

Lifebuoy Help a Child reach 5

Friday, October 18, 2013

MASYARAKAT KATOLIK MARIANIS




(catatan misa inkulturasi)
                Paroki Santa Helena-Karawaci-Tangerang begitu terbuka dan mengapresiasi nilai-nilai budaya lokal yang dimiliki oleh umatnya. Umatnya yang beragam diberi peluang untuk mengungkapkan iman dalam  konteks budaya yang dimilikinya.  Budaya yang dimiliki dan membentuk kepribadian sejak kecil dimanfaatkan sebagai sarana yang mengantar untuk memahami, siapa itu Allah yang sebenarnya. Di Gereja Santa Helena inilah umat merayakan Ekaristi dan memadukannya dengan budaya lokal. Misa inkulturasi menjadi bagian penting untuk memahami kehadiran Allah lewat beragam budaya.
                Di pagi yang cerah minggu itu, tepat 28 Oktober 2012 umat Katolik NTT yang berada di wilayah Paroki Santa Helena dan sekitarnya merayakan misa yang dihantar dengan keberagaman budaya yang dimiliki oleh setiap wilayah yang ada di NTT. Saat menampilkan lagu dan tarian mengiringi prosesi misa, seolah-olah kesadaran setiap insan yang hadir saat itu, digiring untuk mengenang kembali kisah masa lalu di kampung yang jauh di  ujung timur. “Per Mariam ad Iesum.” Inilah tema sentral yang diusung dalam perayaan bernuansa etnis NTT itu sekaligus mengingatkan kita akan peran Maria di dalam kehidupan manusia.
               

SEJARAH BERDIRINYA PAROKI SANTA HELENA



                Keberadaan Paroki Sta. Helena tidak terlepas dari sejarah keberadaan paroki St. Monika Serpong, yang sebelumnya umat di wilayah ini menginduk. Perkembangan umat semakin membludak maka dipikirkan untuk didirikan sebuah stasi yang diberi nama Stasi St. Helena yang secara resmi berdiri pada Mei 1996. Banyak liku perjalanan yang penuh tantangan telah dilewati oleh stasi ini seperti  menceri tempat untuk dijadikan sebagai tempat beribadat sangatlah sulit.  Pada awalnya kegiatan stasi terutama beribadat dilakukan secara berpindah-pindah, mulai dari mengontrak rumah umat dan sebagian menggunakan kapel Ignatius de Loyola.

Wednesday, October 16, 2013

TERSENYUM DALAM LUKA YANG MENGESANKAN



Judul               : Pengampunan Yang Menyembuhkan
Penulis             : Jean Maalouf  
Penerjemah      : Wilhelmus David  
Penerbit           : Orbit Media
Tebal               : 122 halaman
ISBN               : 978-602-17548-9-4

Ketika Paus Yohanes Paulus II ditembak, sepertinya tidak ada dendam yang tumbuh dalam dirinya. Setelah sembuh, beliau malah mengunjungi si penembak. Dunia menjadi heran penuh tanya, mengapa ia yang terluka harus memulai menumbuhkan rasa maaf kepada orang yang menembaknya? Tindakan mendiang ini tidak merupakan tindakan simbolik tetapi mewujudnyatakan tindakan  kasih yang pernah diperlihatkan oleh Sang Guru, Yesus Kristus. Yesus tidak menaruh dendam terhadap mereka yang menganiaya, bahkan Yudas Iskariot  yang datang membawa para algoju hendak menangkapnya, Yesus masih menyapanya sebagai sahabat. “Sahabat, untuk maksud itukah engkau datang?”

Tuesday, October 15, 2013

GEREJA: DAPUR BAGI MASYARAKAT




Ketika banjir melanda beberapa wilayah Jabodetabek, terlihat ada upaya dari pelbagai pihak memberikan perhatian berupa penyaluran bantuan makanan dan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh warga yang terkena banjir. Banjir, memang dilihat sebagai musibah rutin tetapi dibalik peristiwa itu bisa terlihat dengan jelas, pelbagai kelompok atau pun komunitas-komunitas menggerakkan kesadaran masyarakat untuk berbuat sesuatu demi menyelamatkan mereka yang terkena banjir. Apa yang bisa kita pelajari dari musibah rutin ini? Bagaimana peran Gereja dalam memberikan perhatian pada mereka yang terkena banjir? Mengapa Gereja membuka diri bahkan mendirikan dapur umum dan menyebarkan makanan, hasil masakan umat sendiri?
 Menelusuri wilayah Tangerang beberapa waktu lalu di mana sebagian besar perumahan terkena banjir, saya berkesempatan mendatangi beberapa gereja paroki yang ada di wilayah Tangerang. Sebagian besar umat yang tidak terkena banjir membangun aksi peduli dengan lingkungan sekitarnya, bahkan ada gereja paroki yang umatnya tidak terkena banjir tetapi tetap mendirikan dapur umum dan menyalurkan makanan ke tempat-tempat pengungsian.