Wednesday, October 23, 2013

BUNDA MARIA DALAM INKULTURASI





Misa inkulturasi Flobamorata (20/10/2013)
Bulan Oktober, di kalangan Gereja Katolik dikenal sebagai bulan rosario. Pada bulan ini seluruh perhatian dan doa diarahkan kepada Maria sebagai perantara yang membawa kita pada Yesus Putera-Nya. Umat Katolik selalu melaksanakan devosi kepada Bunda Maria. Sejak lama, tradisi ini dilakukan oleh Gereja dan umat terlibat penuh dalam peristiwa rosario itu. Figur Maria sangat bersahaja dan penuh pengertian, karenanya doa-doa yang dipanjatkan kepada Yesus selalu lewat Bunda Maria. Ada pelbagai cara untuk menghormati Maria. Ada devosi pribadi, kelompok maupun perayaan-perayaan meriah lain yang dilakukan oleh umat untuk menghormati Maria.
Masyarakat  Flores dikenal sebagai “Masyarakat Marianis” karena selalu menempatkan Maria sebagai figur sentral dalam seluruh kehidupan religius. Maria  menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Flores,  Sumba dan Timor. Pengaruh devosi dan penghormatan terhadap Maria diperkenalkan oleh Gereja dan misi kekatolikan yang dibawa oleh orang-orang Portugis. Peristiwa yang dialami dalam Gereja di daratan Flores, Sumba dan Timor tidak hanya berhenti di Flores tetapi tetap melekat dalam kehidupan orang-orang Flores, Sumba dan Timor ketika mereka berada di perantauan.
Minggu, 20 Oktober 2013, bertempat di Gereja Paroki Santo Gregorius Agung-Tangerang, diadakan misa inkulturasi. Dalam misa itu dikemas secara khusus dengan nuasa Flobamorata sebagai bentuk penghormatan kepada Bunda Maria. Terlihat dengan sangat jelas, orang-orang berkulit hitam dengan mengenakan pakaian adat Manggarai, Bajawa, Ende-Lio, Maumere, Timor, Adonara, Lembata yang memperlihatkan keunikan tekunan pakaian dengan motif yang berbeda. Perarakan misa dimulai di depan gua Maria dan perarakan menuju gereja paroki. Dalam perarakan itu, patung Bunda Maria ditandu oleh beberapa orang menuju altar sebagai bentuk penghormatan kepada Maria.   
Umat yang hadir sepertinya menunggu sabar prosesi yang berlangsung cukup lama itu. Dalam kata pembukaan, Romo Andrianus Andy Gunardi, Pr mengajak umat untuk menghayati keberbedaan dalam satu iman. Sedangkan dalam khotbahnya ia mengatakan bahwa “janda, seperti yang dikisahkan dalam Injil merupakan mereka yang tidak punya hak dan karenanya dalam proses penyelesaian masalah, mereka tidak diperkenankan untuk masuk ke dalam pengadilan.” Tetapi Tuhan yang diimani adalah Tuhan yang selalu berpihak pada mereka yang lemah. “Apakah kita sungguh-sungguh beriman pada Tuhan?” tanya Romo Andy di hadapan ribuan umat yang hadir. Ia memberi contoh tentang Musa yang selalu berada pada pihak Allah. Ketika berperang dan dipukul mundur oleh bangsa Amalekh, Allah senantiasa memberikan spirit pendampingan kepada mereka.
Setelah perayaan Ekaristi, masih dilanjutkan dengan acara di bawah tenda yang telah disiapkan. Ada tarian yang ditampilkan dan mewakili beberapa daerah dan juga acara bebas, yaitu joget bersama. Pada kesempatan itu, beberapa tokoh masih diberi kesempatan untuk berbicara terkait perkembangan gereja awal Gregorius. Bapak Thomas Wio tampil untuk menceritakan sekilas gambaran tentang perjuangan awal dalam mempertahankan gereja yang sebelumnya digunakan sebagai ruang serba guna. Romo Andy, pastor paroki Santo Gregorius masih diberi kesempatan untuk memberikan sambutan. Menurutnya, misa inkulturasi yang dilakukan merupakan titik awal untuk bisa menginspirasi kelompok lain agar bisa merayakan misa inkulturasi. Hal senada juga ditekankan oleh ketua panitia, Bapak Soter Vitalyanus Mbaly. Lebih jauh, Bapak Soter menekankan agar ke depan, pada bulan Mei dan Oktober untuk selanjutnya diisi oleh kelompok Flobamorata dengan misa inkulturasi.***(Valery Kopong)      

No comments: