Misa inkulturasi Flobamorata (20/10/2013) |
Bulan
Oktober, di kalangan Gereja Katolik dikenal sebagai bulan rosario. Pada bulan
ini seluruh perhatian dan doa diarahkan kepada Maria sebagai perantara yang
membawa kita pada Yesus Putera-Nya. Umat Katolik selalu melaksanakan devosi
kepada Bunda Maria. Sejak lama, tradisi ini dilakukan oleh Gereja dan umat terlibat
penuh dalam peristiwa rosario itu. Figur Maria sangat bersahaja dan penuh
pengertian, karenanya doa-doa yang dipanjatkan kepada Yesus selalu lewat Bunda
Maria. Ada pelbagai cara untuk menghormati Maria. Ada devosi pribadi, kelompok
maupun perayaan-perayaan meriah lain yang dilakukan oleh umat untuk menghormati
Maria.
Masyarakat Flores dikenal sebagai “Masyarakat Marianis”
karena selalu menempatkan Maria sebagai figur sentral dalam seluruh kehidupan
religius. Maria menjadi bagian penting
dalam kehidupan masyarakat Flores, Sumba
dan Timor. Pengaruh devosi dan penghormatan terhadap Maria diperkenalkan oleh
Gereja dan misi kekatolikan yang dibawa oleh orang-orang Portugis. Peristiwa
yang dialami dalam Gereja di daratan Flores, Sumba dan Timor tidak hanya
berhenti di Flores tetapi tetap melekat dalam kehidupan orang-orang Flores,
Sumba dan Timor ketika mereka berada di perantauan.
Umat
yang hadir sepertinya menunggu sabar prosesi yang berlangsung cukup lama itu. Dalam
kata pembukaan, Romo Andrianus Andy Gunardi, Pr mengajak umat untuk menghayati
keberbedaan dalam satu iman. Sedangkan dalam khotbahnya ia mengatakan bahwa
“janda, seperti yang dikisahkan dalam Injil merupakan mereka yang tidak punya
hak dan karenanya dalam proses penyelesaian masalah, mereka tidak diperkenankan
untuk masuk ke dalam pengadilan.” Tetapi Tuhan yang diimani adalah Tuhan yang
selalu berpihak pada mereka yang lemah. “Apakah kita sungguh-sungguh beriman
pada Tuhan?” tanya Romo Andy di hadapan ribuan umat yang hadir. Ia memberi
contoh tentang Musa yang selalu berada pada pihak Allah. Ketika berperang dan
dipukul mundur oleh bangsa Amalekh, Allah senantiasa memberikan spirit
pendampingan kepada mereka.
Setelah
perayaan Ekaristi, masih dilanjutkan dengan acara di bawah tenda yang telah
disiapkan. Ada tarian yang ditampilkan dan mewakili beberapa daerah dan juga
acara bebas, yaitu joget bersama. Pada kesempatan itu, beberapa tokoh masih
diberi kesempatan untuk berbicara terkait perkembangan gereja awal Gregorius.
Bapak Thomas Wio tampil untuk menceritakan sekilas gambaran tentang perjuangan
awal dalam mempertahankan gereja yang sebelumnya digunakan sebagai ruang serba
guna. Romo Andy, pastor paroki Santo Gregorius masih diberi kesempatan untuk memberikan
sambutan. Menurutnya, misa inkulturasi yang dilakukan merupakan titik awal
untuk bisa menginspirasi kelompok lain agar bisa merayakan misa inkulturasi.
Hal senada juga ditekankan oleh ketua panitia, Bapak Soter Vitalyanus Mbaly.
Lebih jauh, Bapak Soter menekankan agar ke depan, pada bulan Mei dan Oktober
untuk selanjutnya diisi oleh kelompok Flobamorata dengan misa
inkulturasi.***(Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment