Sunday, October 27, 2013

AIR MATA KEBERPIHAKKAN




(Telaah puisi kontemporer dari sudut sosiologi Sastra)

Oleh: Valery Kopong*

Sutardji Calzoum Bachri dikenal sebagai penyair kontemporer yang menggagas sekaligus mengedepankan pola penulisan baru pada puisi. Ketika membaca puisi-puisinya,ciri khas terasa kental. Dia lebih banyak mempermainkan kata yang baginya merupakan sebuah kekuatan, dan menjadi daya dobrak bagi seluruh bangunan puisinya. Bangunan puisi-puisi lama yang terkesan kaku, baik dari tata aturan maupun jumlah barisnya, kehadiran Sutardji membawa angin perubahan bagi mereka yang berani “merobek” pola-pola yang dogmatis-puitis. Perjuangan dan upaya seorang Bachri mendobrak kata, menerobos jenis kata, menerobos bentuk kata dan tata bahasa dipandang sebagai percobaan melakukan dekonstruksi bahasa Indonesia dan sekaligus menawarkan konstruksi-konstruksi baru yang lebih otentik melalui puisi. Terhadap perjuangan yang penuh dengan daya dobrak ini, memunculkan pertanyaan untuk direnungkan bersama. Apakah Sutardji sebagai pahlawan puisi kontemporer dan nabi bagi mereka yang mengenyam kebebasan dalam mengekspresikan diri melalui puisi?  
           

Saturday, October 26, 2013

PELANGI ITU AKAN SELALU ADA



Oleh: Theresia Tri Wahyuni

“Pelangi pelangi alangkah indahmu
Merah kunig hijau di langit yang biru
Pelukismu agung, siapa gerangan
Pelangi-pelangi ciptaan Tuhan”

Sayub terdengar alunan lagu masa kecil, teringat olehnya kisah-kisah hidupnya yang dulu. Kecipak-kecipak terdengar air terinjak oleh puluhan kaki anak-anak yang bermain di halaman sekolah. Mereka bermain dengan bebas tetapi ketika hujan tiba, kebebasan bermain di halaman sekolah sepertinya dibatasi oleh guru karena takut mereka bisa jatuh sakit.  “Jika hujan jangan main air anak-anak, nanti masuk angin” kata Bu Guru. Seusai bermain, mereka keburu pulang karena lapar, apalagi berangkat sekolah tadi tak sempat sarapan. Dalam perjalanan pulang dengan menempuh jarak yang jauh dan melelahkan, mereka seakan melupakan rasa lapar. Ah, biar saja, yang penting cepat sampai di rumah dan bisa segera bantul simbok.

Thursday, October 24, 2013

Gadis tanpa Tangan Dapatkan Suami Idaman Putri Herlina Dinikahi Putra Mantan Deputi Gubernur BI

JOGJAKARTA - Resepsi pernikahan mengharukan terjadi di Jogjakarta tadi malam. Putri Herlina, gadis tanpa dua tangan, akhirnya mendapatkan suami pilihannya sendiri, Reza Hilyard Somantri, putra mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Maman Husein Somantri.
Bagi Putri Herlina, pernikahannya dengan Reza seperti kisah dongeng yang berakhir bahagia (happy ending). Seperti yang pernah dimuat di JPNN pada 9 Maret 2012, Lina -sapaan akrab Putri Herlina- mengaku dirinya "dibuang" orang tuanya sejak baru lahir. "Aku ditinggal di rumah sakit, mungkin karena tidak punya tangan dan mereka malu," ungkapnya.
Karena tak ada yang bertanggung jawab, Lina lantas dirawat Susiani Sunaryo. Saat itu Susiani masih berusia 25 tahun dan menjadi relawan di Yayasan Sayap Ibu. Kini Susiani menjadi ibu panti di Kadirojo, Kalasan, Sleman.

Film baru menyoroti karya heroik suster Maryknoll

                                                               23/10/2013 Film baru menyoroti karya heroik suster Maryknoll thumbnail

Nancy M. Tong, seorang alumni sekolah Maryknoll di Hong Kong membuat  film tentang karya suster Maryknoll  sejak mulai berdiri hingga kini dengan tujuan untuk memperkenalkan kepada umat.
“Saya menyadari bahwa saya ingin memperkenalkan karya para suster  dalam bidang keadilan sosial dan karya mereka bersama orang miskin di seluruh dunia,” kata Tong dalam sebuah wawancara.
Karya para suster itu menginspirasi dia dengan membuat film berjudul ‘Trailblazers in Habits.”
Film dokumenter berdurasi 65 menit itu diisi dengan cuplikan, foto dan wawancara tentang “karya yang luar biasa yang dilakukan oleh para suster itu,” yang dimulai dengan yayasan yang didirikan tahun 1912, hanya beberapa bulan setelah dibentuk Meryknoll Fathers and Brothers.
Para misionaris itu ke Cina awalnya dianggap menjadi “wanita yang baik dengan pakaian aneh,” dan apapun yang mereka lakukan untuk orang miskin dinilai melakukan tindakan subversif, terutama karya mereka untuk menyelamatkan bayi perempuan yang ditinggalkan dan  membantu kaum perempuan.
Di tahun-tahun awal, para suster ini dijeblos ke penjara, tahanan rumah dan dibunuh karena perbuatan baik mereka, namun mereka terus melayani.
Tarekat ini didirikan di abad ke-20 di Amerika Serikat oleh Suster Maria Joseph Rogers (1882-1955), dan film itu diambil mulai tahun-tahun awal di biara induk mereka di Ossining, New York, dan misi pertama mereka di Hong Kong, yang dibaca oleh narator dan aktris peraih Oscar Susan Sarandon.
Awalnya, para imam dan suster Maryknoll menyadari bahwa salah satu spiritualitas mereka adalah kontemplasi dalam aksi dan cara menginjili di Cina adalah melalui kaum perempuan.
Para suster itu pergi ke luar biara dan berdua-dua menuju desa-desa yang jauh untuk mengunjungi keluarga-keluarga, menilai kebutuhan mereka dan memberikan bantuan.
Trailblazers in Habits  adalah sebuah karya kasih Nancy Tong dan alumni sekolah Maryknoll di Hong Kong (yang pertama dari dua sekolah untuk anak perempuan yang dibuka di sana tahun 1925 – keduanya berlanjut hingga kini).
Ketika tarekat itu memasuki abad kedua dalam misi, mereka berjanji akan terus menanggapi kebutuhan masyarakat saat ini untuk perdamaian, keadilan, dan kesetaraan.
Film ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah panggilan di AS menurun, di seluruh dunia, jumlahnya terus meningkat.
Film itu adalah kisah harapan, iman, dan kasih Allah yang hidup di tengah masyarakat.
Sumber: New film highlights heroic work of Maryknoll Sisters

Kisah biarawati Katolik latih Taekwondo untuk anak-anak penderita kanker


                                                           14/10/2013
Kisah biarawati Katolik latih Taekwondo untuk anak-anak penderita kanker thumbnail

Suster Linda Lim sudah lama meninggalkan bela diri taekwondo, saat ia memutuskan untuk menjadi seorang biarawati. Namun, bertahun-tahun kemudian, ia kembali mengenakan sabuk hitamnya di sebuah rumah sakit di Singapura untuk melatih anak-anak yang pulih dari kanker.
Dulu, saat masih muda, Suster Linda bercita-cita jadi tentara. Tapi, tubuhnya terlalu mungil. “Lalu, aku ingin jadi polwan, untuk melindungi masyarakat,” kata dia seperti dimuat BBC. Lagi-lagi tinggi badannya tak sesuai.

Bisakah Paus Fransiskus angkat kardinal perempuan?

                                                                                                    22/10/2013
Bisakah Paus Fransiskus angkat kardinal perempuan? thumbnail

Paus Fransiskus mengatakan berulang kali bahwa ia ingin melihat peran yang lebih besar bagi kaum perempuan dalam Gereja Katolik, dan beberapa orang berpendapat bahwa ia bisa mengambil langkah besar dengan mengangkat perempuan menjadi kardinal.
Ide ini terus dibicarakan, yang dipicu oleh sebuah artikel bulan lalu di sebuah surat kabar Spanyol dimana Juan Arias, seorang mantan imam menulis dari Brasil, bahwa “ide itu bukan sebuah lelucon. Ini adalah sesuatu yang dipikirkan oleh Paus Fransiskus sebelumnya: pengangkatan kardinal wanita”.
Arias mengutip seorang imam Yesuit yang tidak menyebut namanya -  mengatakan: “Paus ini tidak akan ragu mengangkat seorang kardinal wanita.  Dan dia bisa menjadi Paus pertama yang memungkinkan perempuan untuk berpartisipasi dalam pemilihan Paus baru.”

Wednesday, October 23, 2013

BUNDA MARIA DALAM INKULTURASI





Misa inkulturasi Flobamorata (20/10/2013)
Bulan Oktober, di kalangan Gereja Katolik dikenal sebagai bulan rosario. Pada bulan ini seluruh perhatian dan doa diarahkan kepada Maria sebagai perantara yang membawa kita pada Yesus Putera-Nya. Umat Katolik selalu melaksanakan devosi kepada Bunda Maria. Sejak lama, tradisi ini dilakukan oleh Gereja dan umat terlibat penuh dalam peristiwa rosario itu. Figur Maria sangat bersahaja dan penuh pengertian, karenanya doa-doa yang dipanjatkan kepada Yesus selalu lewat Bunda Maria. Ada pelbagai cara untuk menghormati Maria. Ada devosi pribadi, kelompok maupun perayaan-perayaan meriah lain yang dilakukan oleh umat untuk menghormati Maria.
Masyarakat  Flores dikenal sebagai “Masyarakat Marianis” karena selalu menempatkan Maria sebagai figur sentral dalam seluruh kehidupan religius. Maria  menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Flores,  Sumba dan Timor. Pengaruh devosi dan penghormatan terhadap Maria diperkenalkan oleh Gereja dan misi kekatolikan yang dibawa oleh orang-orang Portugis. Peristiwa yang dialami dalam Gereja di daratan Flores, Sumba dan Timor tidak hanya berhenti di Flores tetapi tetap melekat dalam kehidupan orang-orang Flores, Sumba dan Timor ketika mereka berada di perantauan.

Saturday, October 19, 2013

LEKTOR-LEKTRIS, PENYULUH SABDA BAGI UMAT




Kemampuan seorang lektor dan lektris, dari waktu ke waktu terus dikembangkan. Menyadari betapa pentingnya keberadaan dan peranan lektor dan lektris dalam mewartakan sabda maka Bimas Katolik pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten menyelenggarakan kegiatan pembinaan terhadap para lektor dan lektris sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuannya. Acara ini diselenggarakan di Hotel  Regal Raya Resort Jl. Raya Karang – Bolong Km 134 Anyer, pada 28-30 Juni 2013. Acara ini berlangsung selama tiga hari.  Acara ini semestinya dibuka oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Banten tetapi beliau berhalangan hadir. Beliau mendelegasikan tugas ini ke Pembimas Katolik Banten yaitu Bapak Stanislaus Lewotoby. Himbauan Kepala Kanwil melalui Pembimas Katolik Banten, agar  kegiatan yang diadakan, dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar tepat sasaran dan akuntabel.
Kegiatan pembinaan ini mengusung tema “ Melalui Pembinaan Penyuluh, kita Tingkatkan Pelayanan Prima Kepada Umat Katolik.” Bimas Katolik menghadirkan dua narasumber yang mengisi seluruh rangkaian kegiatan, yakni Romo Adi, Pastor Kepala Paroki Kristus Raja Serang dan Ibu Maria Magdalena Abdi,.M.M, dari seksi pewartaan KWI, Romo Adi memberikan materi tentang Kitab Suci, sedangkan Ibu Lena lebih menyoroti teknik yang baik dalam membaca Kitab Suci ketika berperan sebagai lektor dan lektris.
Seluruh peserta pembinaan merupakan utusan dari berbagai lingkungan yang ada di Paroki Kristus Raja Serang – Banten. Mereka diutus untuk mendalami Kitab Suci dan mewartakannya kepada orang melalui cara membaca yang baik, terutama sebagai lektor dan lektris ( Petugas yang membaca Kitab Suci). Gereja Katolik memakai tahun liturgi untuk mengenangkan dan menyatakan pengalaman akan karya penyelamatan Tuhan Yesus dan Kehadiran Yesus Kristus yang menyelamatkan dalam tujuh sakramen (tanda dan sarana keselamatan), karena Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia, maka barang siapa melihat Dia, maka melihat Allah.
Untuk menghidupkan suasana liturgi dalam perayaan Ekaristi maka perlu adanya persiapan yang matang terutama peran seorang lektor dan lektris, yang tidak hanya membaca tetapi juga mewartakan Sabda melalui mimbar. Ketika membaca Kitab Suci, seorang lektor dan lektris membawa pesan yang akan disampaikan melalui Kitab Suci yang dibacakan. Setiap umat Katolik yang sudah dibaptis memiliki tanggung jawab dan perutusan, mengambil bagian dari tugas Gereja, salah satunya adalah menjadi lektor-lektris.
Sebagai manusia lemah, seorang lektor dan lektris terkadang membacakan Sabda Tuhan kurang mengena di hati pembaca. Karena itu, sebelum membaca Kitab Suci, memohon bantuan dari Roh Kudus agar bisa membimbing dalam upaya mewartakan Sabda Tuhan. Sebagai seorang pewarta sabda, perlu mengembangkan sikap rendah hati, percaya, jujur, kesanggupan hati, tekun dan selalu mengajak peserta untuk menjadi suluh atau obor di tengah masyarakat dengan mewartakan kabar gembira ke seluruh lingkungan, di mana kita tinggal.***(Valery Kopong, tulisan ini sudah dimuat di TABLOIT SABDA)

MEMBANGUN KARAKTER KAUM MUDA



Rabu, 26 Juni 2013 bertempat di aula Alexander, Gereja Kristus Raja Serang. diadakan rekoleksi sehari. Acara rekoleksi ini mengusung tema: “Melalui Kegiatan Rekoleksi Mahasiswa Katolik, Kita Tingkatkan Kualitas Kerohanian dan Pelayanan.“  Kegiatan dimulai pada pukul 08.00 s.d pukul 16.00 wib dan dihadiri oleh 40 peserta mahasiswa Katolik dari berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta di Banten, antara lain Mahasiswa  dari Universitas Tirtayasa, Universitas Bina Bangsa, Universitas Unsera dan LP3I serta Universitas Umbaja.
            Romo Agustinus Adi Indianto, Pr, Pastor Paroki Kristus Raja Serang, hadir sebagai narasumber utama dalam acara rekoleksi itu. Selain Pastor Kepala Paroki Kristus Raja Serang, turut hadir pula Pembimas Katolik Provinsi Banten, Bapak Drs. Stanislaus Lewotoby. Rekoleksi, berarti menyisihkan waktu untuk mengumpulkan kembali tenaga rohani untuk melihat seluruh proses dan pengalaman hidup yang telah dilalui. Kegiatan rekoleksi ini dengan membidik kelompok sasaran kaum muda (Mahasiswa), sebab di pundak kaum mudalah negara ini akan menjadi kuat dan tangguh. Tentunya pemuda yang diharapkan adalah pemuda yang berkualitas,  yang dapat menerjemahkan kebutuhan akan masa depan bangsa. Di sela-sela rutinitas yang padat dengan menunaikan kewajiban sebagai mahasiswa, sudah selayaknya mereka perlu penyegaran, baik jasmani maupun rohani dengan mengikuti acara rekoleksi yang difasilitasi oleh Bimas Katolik Banten. Para peserta terlihat begitu antusias mengikuti proses dan dinamika rekoleksi yang diselenggarakan. Dalam rekoleksi itu, diselingi juga

Lifebuoy Help a Child reach 5