JOGJAKARTA - Resepsi
pernikahan mengharukan terjadi di Jogjakarta tadi malam. Putri Herlina,
gadis tanpa dua tangan, akhirnya mendapatkan suami pilihannya sendiri,
Reza Hilyard Somantri, putra mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI)
Maman Husein Somantri.
Bagi Putri Herlina, pernikahannya dengan
Reza seperti kisah dongeng yang berakhir bahagia (happy ending). Seperti
yang pernah dimuat di JPNN pada 9 Maret 2012, Lina -sapaan akrab Putri
Herlina- mengaku dirinya "dibuang" orang tuanya sejak baru lahir. "Aku
ditinggal di rumah sakit, mungkin karena tidak punya tangan dan mereka
malu," ungkapnya.
Karena tak ada yang bertanggung jawab,
Lina lantas dirawat Susiani Sunaryo. Saat itu Susiani masih berusia 25
tahun dan menjadi relawan di Yayasan Sayap Ibu. Kini Susiani menjadi ibu
panti di Kadirojo, Kalasan, Sleman.
Yayasan Sayap Ibu didirikan oleh Soelastri, istri Bung Tomo, pahlawan perang Surabaya 10 November, pada 1955. Yayasan ini memang menampung anak-anak yang "tak dikehendaki" ayah-ibunya. Rata-rata mereka mengalami cacat ganda. Yakni, cacat fisik dan mental karena aborsi yang gagal. Sehari-hari mereka hidup mengandalkan donatur tidak tetap dan dana pemerintah.
Radar Jogja (JPNN Group) melaporkan, pada
acara resepsi pernikahan di Gedung Mandala Bakti Wanitama, Jogjakarta,
tadi malam, Lina terlihat bahagia. Gadis yang pada 3 Oktober lalu
menginjak usia 25 tahun itu terlihat cantik dan ceria mendampingi sang
suami di pelaminan.
Dengan keterbatasan fisiknya, Putri tanpa
canggung menerima ucapan selamat dari keluarga besar serta undangan yang
hadir. Beberapa tamu tampak tak bisa menahan haru menyaksikan
kebahagiaan pasangan tersebut.
Keluarga besar Yayasan Sayap Ibu yang
diwakili Djoko Pramono mengakui, Lina merupakan sosok panutan bagi
adik-adiknya di Yayasan Sayap Ibu. Sejak kecil diasuh di yayasan
tersebut, Lina tidak ingin dimanjakan saat mengalami kesulitan. "Anaknya
benar-benar mandiri. Melakukan aktivitas apa pun dia tidak mau
bergantung pada orang lain," jelas Djoko, 62, di sela-sela pesta
pernikahan.
Saat digelar resepsi pernikahan, orang tua
Reza, Maman Husein Somantri dan Neneng Widaningsih, tampak tersenyum
saat putranya mendapatkan istri pilihannya. Sayang, keluarga Reza hingga
akhir resepsi mengaku belum bisa memberikan keterangan.
Seperti dimuat Jawa Pos, Lina memang tak
pernah menyerah dengan keterbatasannya sebagai difabel. Dia tak mau
kalah dengan anak lain. Dia berhasil lulus SD Muhammadiyah Sambisari,
Sleman, dengan nilai memuaskan. Kemudian, dia melanjutkan ke SMP RC di
Solo, setelah itu ke SMA Muhammadiyah 6 Surakarta. "Di sekolah aku
selalu ingin duduk di depan. Di samping meja aku taruh kursi lagi untuk
menulis," cerita Lina.
Jika menulis di atas meja, itu terlalu
tinggi untuk dijangkau kakinya. Karena tekun belajar, Lina pun lulus
dengan nilai bagus pada 2009. Setelah itu dia ikut kursus bahasa Inggris
intensif. Lalu ikut pelatihan di Yakkum Bethesda yang memang sering
mengadakan training untuk kalangan difabel. Lina lantas bekerja sebagai
resepsionis atau penerima tamu di kantor pusat Yayasan Sayap Ibu
Jogjakarta yang lokasinya di Pringwulung, Condongcatur, Sleman.
Di sana dia juga ikut menangani kegiatan
administrasi, seperti mengetik data donatur atau menulis undangan acara
penggalangan dana. Dua tahun sebagai staf di kantor pusat, Lina memilih
kembali ke rumah masa kecilnya. "Terus terang, aku lebih betah di sini.
Aku ingin berbakti pada Ibu dan ikut merawat adik-adikku," kata Lina.
Agenda harian Lina lengkap, mulai
memandikan, mengganti popok, memberikan susu, dan menyuapi balita yang
sudah bisa diberi makanan padat. Suatu ketika, ada donatur baik hati
yang ingin membuatkannya tangan palsu. Para pegawai yayasan pun antusias
meminta Lina untuk segera memilih yang pas.
"Ayo Lin, mumpung ada yang mau buatin
tangan. Suatu saat kamu kan menikah, punya suami," ujar Lina menirukan
komentar salah seorang pengurus yayasan.
Tapi, justru dengan alasan itu dia menolak
halus tawaran tangan palsu. "Aku ingin suami yang mencintaiku apa
adanya," katanya. "Lelaki sering memandang wanita dari kelebihannya
saja. Aku ingin suamiku tahu kekuranganku. Toh, kita bakal hidup bersama
sampai mati kan," ujar Lina.
Tadi malam Lina resmi menjadi istri Reza.
"Semoga kedua pasangan, Lina dan Reza, hidup bahagia sampai anak cucu,"
ujar Djoko Pramono yang sehari-hari dipanggil ayah oleh Lina. (tim radar jogja/c2/kim)
0 komentar:
Post a Comment