Friday, March 9, 2018

Kerinduan Seorang Narapidana




“Sebuah jubin lantai rumahku terpecah. Terlihat, seekor jangkrik  keluar dari retakan jubin sambil mengibas sayap, pratanda ada kebebasan baru yang dialami.”
                                                                 

   
Langit kota Tangerang-Banten  semakin cerah. Sinar mentari pagi perlahan menyusup menembusi  dedauan yang masih melekat rapih di pohonnya. Kecerahan langit tak secerah langit jiwa  sang kelana yang kini mendekap di hotel prodeo. Langkahku semakin merapat pada pintu besi di Lembaga Pemasyarakatan Tangerang. Deru mesing-mesin kota dan semburan asap dari knalpot, sepertinya tidak mengganggu kehidupan mereka yang sangat terbatas. Kerinduan untuk bebas selalu menggema setiap saat tetapi itu hanya kerinduan. Waktulah yang menentukan dan memungkinkannya untuk keluar dari arena tak bebas itu.
            Di depan pintu besi Lapas yang sulit didobrak itu, saya menitipkan HP, KTP dan tas ranselku juga digeledah. Di ruang itu saya menyuruh petugas Lapas untuk memanggil Didik, (bukan nama sebenarnya) dan beberapa rekannya untuk kami ngobrol bersama di ruang tunggu. Cukup lama saya menunggu dan tiba-tiba ia dan beberapa temannya yang Katolik datang dari arah kapel. Di tangan Didik, tergenggam Injil dan didahinya diberi tanda salib dengan abu. Ketika masuk di ruangan, beberapa temannya menanyakan soal arti pemberian diri dengan abu di dahi. Dengan penuh keyakinan, Didik menjelaskan  pada teman-teman narapidana yang muslim, bahwa tanda abu yang dikenakan pada dahi mengingatkan kita sebagai manusia lemah yang diciptakan dari tanah, suatu saat akan kembali ke tanah. Mendengar penjelasan itu, saya hanya manggut sebagai cara untuk mengapresiasi terhadap apa yang dikatakan sebagai kebenaran dari ajaran yang diterimanya. 
             Ruang tunggu itu tak beda jauh dengan “ romantic room.” Semua nara pidana  yang saya jumpai sedang memeluk isteri atau anaknya dengan penuh kasih sayang. Kerinduan itu tersembul dari sorotan mata yang tak bisa menipu realita. Sambil menikmati coca-cola, saya mengobrol bersama beberapa napi yang katolik. Ketika saya tanya, apakah banyak napi katolik? Dengan penuh kepastian, ia menjawab, sekitar 30-an orang napi katolik. Mereka masuk atau dipaksa masuk ke situ dengan beragam masalah. Ada yang dihukum karena melakukan tindakan kriminal, ada yang terjerat masalah narkoba dan banyak lagi kasus yang menimpah mereka yang pada akhirnya menyeret mereka ke Lembaga Pemasyarakatan itu.  
            Socrates pernah berujar, “apabila banyak sekolah didirikan maka suatu saat, penjara-penjara bisa ditutup.” Ungkapan Socrates ini membahasakan bahwa keberadaan sekolah menjadi jaminan bahwa pola perilaku manusia bisa tertata rapih dan kejahatan perlahan lenyap dari bumi ini. Tetapi apa realita yang muncul saat ini? Pendirian sekolah hampir bersamaan dengan pendirian penjara atau sekarang disebut sebagai Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Di depan papan pengumuman itu aku melihat data-data terutama jumlah orang yang ada dalam penjara sekitar 1000 lebih orang. Ini belum terhitung dengan jumlah nara pidana di Lapas wanita dan anak-anak.  Sebuah angka yang menggila dan fantastis. Tetapi apakah mereka adalah orang-orang terbuang dari pergaulan umum karena ulah tingkah dan salah mereka? Melihat jumlah napi yang semakin menanjak, menjadi sebuah sindiran bagi lembaga keluarga, sekolah dan agama yang selalu mendengungkan moralitas dan nilai cinta kasih. Masing-masing institusi mempertanyakan diri. Seberapa jauh nilai cinta kasih dan moralitas ditanamkan dalam diri anak-anaknya?
            Dalam rentang waktu yang tidak mengenal titik habis, kita terus bertanya, mengapa mereka terhempas dan dihempas dalam penjara? Sampai kapan mereka mengalami pertobatan yang berarti? Inilah pertanyaan yang sederhana terus menggeliat dalam lika-liku waktu. Didik, walau dianggap sebagai pembunuh kelas kakap, tetapi beberapa tahun terakhir menunjukkan diri ke arah perubahan yang lebih baik.  Menurut penuturannya dengan saya, dengan berbekal pengalaman yang tidak bebas di Lapas, ia selalu menasihati keluarganya agar menghindari hal-hal yang bersentuhan dengan tindakan kriminal. Pengalaman di Lapas adalah pengalaman yang tidak mengenakkan dan ruang gerak kebebasan selalu dipantau.
            Apa yang harus dilakukan sebagai upaya dalam mengatasi pelbagai persoalan? Baginya, hanya satu cara yang ditempuh yaitu mengikuti proses hukum dan menjalaninya secara normatif. Cara ini memperlihatkan   sebuah upaya untuk bersahabat dengan keputusan hakim yang telah mengetuk palu. Menghitung  hari-hari hidup dibalik jeruji adalah menghitung sebuah kesia-siaan. Mengapa kesia-siaan? Karena setelah menghitung, berapa lama lagi saya mendekap dalam penjara, saya tetap menjalani hidup sebagai napi dan masih menunggu waktu untuk suatu saat keluar dari penjara. Memang, penjara (Lapas) hanya memenjarakan saya secara fisik tetapi kerinduan saya tak bisa terpenjara. Kebanyakan napi hidup dalam kerinduan, rindu untuk pulang rumah, untuk ada bersama dengan anggota keluarga.
            Semangat dan kerinduan menjadi spirit yang menggerakkan kesadaran mereka untuk bertahan dalam penjara. Tanpa harapan dan kerinduan maka pupus sudah makna hidup yang dijalaninya. Memang penjara, di mata kebanyakan orang adalah tempat pembuangan bagi mereka yang menyalahi aturan normatif. Namun penjara juga dilihat sebagai wadah yang membentuk atau mendaur kembali kehidupan orang-orang yang sudah jauh dari sentuhan moralitas. Di ujung pertemuan itu, Didik semakin menguatkan diri dengan melihat figur Paulus, yang dulu dikenal sebagai penjahat dan membunuh orang-orang yang menamakan diri sebagai pengikut Yesus, tetapi setelah mengalami pertobatan, ia menjadi rasul terbesar dalam Gereja Katolik. Ia tidak hanya mewartakan Yesus di kalangan orang Yahudi tetapi melampaui kelompoknya sendiri.
            Penjara (Lapas) bisa dikatakan sebagai tempat untuk memurnikan kembali nurani agar setelahnya para mantan napi dapat bertindak secara baik. Seperti emas yang disepuh dalam tanur api, di sanalah kita temukan kemurnian emasnya. Demikian juga penjara, telah menyepuh para napi dalam tanur peradaban agar kelak, para mantan napi menjadi manusia yang utuh kembali.***(Valery Kopong)



Thursday, March 8, 2018

Belajar Dari Sang Guru



KETIKA mengunjungi teman yang sakit, ia selalu mengeluh sakit terutama setelah operasi. Pada operasi pertama yang dianggap gagal, ia kemudian dipindahkan ke rumah sakit lain dan dianjurkan oleh dokter untuk dioperasi lagi karena kondisinya semakin parah. Tindakan dalam pengoperasian ulang dilakukan karena dokter bedah pada rumah sakit sebelumnya salah meletakkan posisi usus yang sebenarnya dalam tubuh si pasien. Awalnya ia menolak saat diminta untuk dioperasi ulang tetapi setelah diberi penguatan oleh teman-teman, ia pada akhirnya meyakinkan diri untuk dioperasi.
           

Friday, March 2, 2018

"Orang-Orang Kalah"



Related imageBeberapa waktu yang lalu, saya menerima sebuah pesan singkat dari seorang teman yang memberitakan  pada saya mengenai judul bukunya yang mau diterbitkan di Yogyakarta. Judul bukunya  “Orang-orang Kalah.”  Saya lalu bertanya, kira-kira apa isi dari  buku yang diberi judul orang-orang kalah? Dia lalu memberikan jawaban bahwa bukunya itu menceritakan tentang  seluruh pewartaan dan pengorbanan Yesus yang selalu  mengendepankan diri sebagai orang  yang mengalah pada situasi, demi sebuah nilai yang lebih tinggi. Ketika kehadiran Yesus sebagai  Mesias (penyelamat dunia)  di dunia, Ia ditolak oleh orang-orang Israel  karena  konsep kemesiasan orang Israel adalah  seorang pemimpin yang tampil dengan gagah perkasa dan bisa menumpas  para penjajah agar  mereka terhindar dari tekanan kolonial.
                 

Thursday, March 1, 2018

"Bapa Kami Yang Ada di Bumi"



“Bapak kami yang ada di surga.” Itulah penggalan awal doa Bapak Kami, sebuah doa yang diajarkan oleh Yesus sendiri kepada kita. Ketika mendaraskan doa ini, terasa Bapa itu masih jauh dari hadapan manusia, Allah yang transenden. Sepertinya ada paradox antara pemahaman Katolik tentang Allah yang imanen, yang menetap di hati kita tetapi pada saat yang sama ketika doa Bapa Kami itu didaraskan, orang merasa bahwa Allah itu masih jauh, kurang terlibat dengan kehidupan manusia.  
            Doa menjadi titik simpul setiap manusia yang memohon keberpihakkan Allah dalam hidupnya. Permohonan konkret yang dibuat manusia melalui doa Bapa Kami adalah memohon kerajaan Allah yang berpihak dan rejeki yang berlimpah. Kerajaan Allah bukanlah kerajaan utopia, tetapi Allah sedang hadir dan ada dalam kehidupan manusia ketika pesan pewartaan Yesus yang berpihak pada yang lemah, miskin dan tersingkir.
           

Wednesday, February 28, 2018

Lelaki "Menopause"



Langit kota Tangerang masih sedikit kabut, walau jam yang terpampang pada dinding tembok Lapas Pemuda Tangerang  itu menunjukkan pukul  08.30. Jarum jam berdetak dalam keheningan, seakan bersolider dengan para penghuni  Lapas  yang sering berontak dalam keheningan batin.   Hari itu, hari Rabu di bulan Januari 2016, kami berjumpa lagi setelah ia bebas dari kurungan penjara.  Ketika bertemu denganku,  ingatannya akan masa lalu seakan muncul kembali. Dahulu kami mengunjungi dia sebagai salah satu anggota Lapas Pemuda Tangerang. Tetapi kali ini lain. Ia bersama team pengunjung dari kelompok Legio Maria,  Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda-Tangerang, mengunjungi para narapidana.  

Tuesday, February 27, 2018

TV: Sebuah Tabernakel?



Beberapa tahun yang lalu, di kalangan umat katolik beredar tulisan-tulisan yang menyoroti kehidupan doa keluarga. Sorotan terhadap kehidupan keluarga  karena sampai saat ini masih terdapat pemilahan yang tidak proporsional antara ranah hiburan dan doa. Dua hal ini menampilkan kesenjangan yang berarti. Terhadap persoalan yang mengemuka ini menggiring kita untuk bertanya lebih jauh. Mengapa umat kristiani saat ini sulit  meluangkan waktu untuk bertemu Tuhan lewat untaian doa? Atau mengapa doa yang dilakukan kurang intensif bahkan porsi waktu yang disediakan sangat sedikit?
            Melihat pengalaman hidup harian, kecenderungan yang kuat dan selalu menggoda yakni setiap orang sepertinya “terpanggil” menjadi penonton yang pasif terhadap acara-acara yang ditayangkan di TV. Suguhan acara tentu menarik dan memiliki daya magnetis sehingga mudah memberi ruang tontonan daripada masuk ke dalam ruang sunyi. Ruang sunyi yang menawarkan keheningan seakan kalah di hadapan ranah hiburan bahkan sunyi itu sendiri menawarkan rasa takut bila berada dalam kesunyian doa. Doa dalam konteks tertentu “tidak bernyawa” lagi karena dipengaruhi oleh kecenderungan untuk terlibat dalam gebiyarnya kehidupan metropolitan.
           

Monday, February 19, 2018

PANGGILANKU TERHAMBAT



Setiap kali bertemu dengan Romo Dan di ruang sakristi, sepertinya naluri panggilanku untuk menjadi calon imam semakin terasa.  Khotbah Romo Dan  yang  selalu berapi-api memberikan semangat bagiku dan ingin mengikuti  jejak Kristus menjadi calon imam. Apakah benih panggilan yang mulai terpupuk sejak aku terlibat dalam kegiatan sebagai putera altar bisa terwujud? Pertanyaan sederhana ini sepertinya sedang membenturkan dinding  cita-citaku.
           

Wednesday, February 14, 2018

MULAILAH MENULIS (Catatan pengalaman)



Menulis adalah sebuah habit, sebuah kebiasaan yang perlu dihidupkan dalam setiap waktu. Ketika memberikan pelatihan di beberapa tempat, banyak pertanyaan yang dimunculkan oleh peserta. Bagaimana caranya untuk menjadi seorang penulis? Dengan santai saya menjawab, bahwa tidak ada cara lain untuk mencapai titik sukses sebagai penulis, selain mulai menulis. Artinya bahwa jika ingin menjadi penulis terkenal maka langkah pertama yang harus dilakoni adalah mulailah  menulis. Seorang penulis yang baik, adalah dia yang selalu menulis setiap waktu dan tidak ada alasan sibuk dan mengabaikan kegiatan menulis itu. Menulis di sini, bisa dilihat sebagai habitus baru dan sekaligus merupakan perayaan kebebasan batin sang penulis yang menyebarkan virus-virus berupa ide atau gagasan yang tertuang dalam bentuk tulisan.
Sejak kapan saya mulai menulis? Kebiasaan menulisku mulai tumbuh ketika mengenyam pendidikan di SMP Lembah Kelapa-Kiwangona – Adonara Timur. Ketika itu bersama beberapa teman dipercayakan untuk mengisi kolom pada majalah dinding yang waktu itu dibaptis dengan nama “QUO VADIS.” Nama majalah dinding “QUO VADIS” tetapi arti dari kata Latin ini kutahu setelah saya mengenyam pendidikan di Seminari San Dominggo, yang kebetulan juga kita belajar bahasa Latin. QUO VADIS, ke mana engkau pergi? Pertanyaan ini menarik sekaligus menantang seseorang untuk melihat diri dan selalu bergerak keluar dari diri untuk menjumpai yang lain. Sejak berkenalan dengan majalah dinding, naluriku untuk menulis terus bergerak tumbuh dan apalagi didukung dengan iklim di Seminari Hokeng yang menggiatkan pola hidup membaca dan menulis, baik di majalah sekolah maupun majalah dinding.

Thursday, January 11, 2018

"MARIN KAAN KOI LO'O, TUTU KAAN DI KELEPO KURAN"


LEWO TO MO LODO PANA, OLA MAI MO GELEKAT ATA LEWO ATA TANAH, LAU SOLOR WATAN LEMA, PAI HIPUKA PIA LOBA LAMA LEWA, LEWA LIWU RAYA. OLA DORE MOON BELEN ATA PULO KAE MAAN SOGA LEWO NARANEN, LEWO GELONG LAMA LUAT.
TANAH NADON MO GAWE DORE. HERE MAI MO GEWAYAN ATA RIAN ATA WETAN. LAU EKAN LIWU RAYA. HERE TEDO MOON ROGAN ATA LEMA KAE, MAAN IKIT MAKEN RIAN WETAN, TANAH LUAT LAMA LEDAN.
OLA DORE SAMPE MAARO TUN PULO HAKA GETAN, MAAN RAYAHKO RO KEPALA. HERE TEDO SINGGAH MAAN WULAN LEMA HAKA NATAN, MAAN YOUKO RO PEGAWE. MAAN RAYAHKO RO KEPALA, GERE TOBORO WELI KEROSI MATAN PITO, TOBO TI GELIKI LEIM. PUKEN PATI MATAN AKU AMA, MAAN YOUKO RO PEGAWE, LODO PAE WELI KEDERA LIMAN LEMA, PAI TE GELIKI BADAN, TUA TURUN HELO ARE, AMA. ONEK MARIN LEWO NOLO MO DORE, LEWO MO HUNGEN TETI KOTEM, YONEK MIPIN, TANAH NOLO MO TEDO, TANAH MO DATA LALI JALEN. AMA, TETI TAURO KAE, KAI MARINO KABE AKU. LALI NABE NATEN NONIN, KAI MIPINO KALA NOGA, KAKA. Bahagia bersama anakmu, Sr. Renalda / Erna.

Monday, December 4, 2017

SOAL UJIAN SEMESTER AGAMA KATOLIK (SD)

UJIAN SEMESTER – SD KHARISMA BANGSA – PONDOK CABE – TANGERANG SELATAN
PELAJARAN  AGAMA  KATOLIK
KELAS: V

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!


1.      Ketika dipilih menjadi raja untuk menggantikan ayahnya, Raja Salomo berdoa kepada Tuhan. Dalam doanya Raja Salomo meminta….
a.      Kekuasaan
b.      Kekuatan panglima
c.       Kesejahteraan
d.      Kebijaksanaan
2.      Walaupun bangsa Israel memiliki raja-raja yang memerintah mereka tetapi raja sesungguhnya untuk orang Israel adalah….
a.      Daud
b.      Saul
c.       Salomo
d.      Allah
3.      Jika Anda dipilih untuk menjadi ketua kelas dan menghadapi masalah yang menimpah salah seorang anggota kelasmu maka sikap yang harus Anda tunjukkan sebagai ketua kelas adalah….
a.      Berlaku adil dan bijaksana
b.      Berlaku tidak adil dan bijaksana
c.       Melaporkan ke polisi
d.      Memihak pada pelaku
4.