Kurang lebih dua tahun lalu ketika menyelesaikan
paket C pada pendidikan sekolah menengah atas, keputusanmu untuk “memburuh”
panggilan menjadi calon imam semakin menggebu-gebu. Sebuah niat baik dan ini
direspons oleh keluarga. Tanggal 27 Agustus 2017, bersama bu Yuni, kami
mengantarmu ke Tunas Xaverian di Pandega Asih Yogyakarta. Ketika mengantarmu
masuk ke kamar pribadi, rasanya bahwa Tuhan pasti memanggilmu dengan cara yang
unik. Dikatakan unik karena Helson pernah dikeluarkan dari Seminari San Dominggo
– Hokeng. Walaupun tidak selesai menyelesaikan pendidikan di panti imam yang
penuh aroma kopi itu, engkau hadir di ibu kota – Jakarta dengan bermodalkan
nekad.
|
foto ketika masuk KPA di Wisma Tunas Xaverian-Yogyakarta |
Aku menjemputmu di sebuah panti
asuhan milik suster-suster PRR di Depok. Di sana engkau begitu akrab dengan
anak-anak yang tidak pernah mengenyam rasa kasih saya dari orang tua mereka.
Setelah menghadap suster pimpinan panti asuhan itu, saya pada akhirnya
membawamu pulang ke rumah di Tangerang. Sore harinya kami membawamu untuk
daftar di lembaga yang menyediakan paket C.
Hampir setahun, engkau mengenyam pendidikan dan berhasil mengantongi
ijazah SMA paket C. Setelah dinyatakan lulus, sepertinya ada nuansa baru
mewarnperjalanan hidupmu. Niatmu untuk menjadi imam terbongkar kembali.
Setelah menyelesaikan pendidikan di
KPA Xaverian Yogyakarta dan menyelesaikan masa novisiat tahun pertama, kami
sangat mendukung segala usahamu agar cita-citamu menjadi imam bisa tercapai. Namun
pergulatanmu barangkali harus berakhir di Novisiat Xaverian Bintaro. Refleksi-refleksi
harianmu seakan tidak bermakna lagi ketika lamaranmu untuk menerima jubah,
pakaian kebiaraan itu ditolak. Tanggal 3 Juni 2019, pkl.21.24, lewat SMSmu
dengan menggunakan Hp biara, engkau mengabarkan bahwa anda ditolak dan harus
keluar dari biara. Memang, mendengar berita ini sungguh tidak mengenakan,
apalagi saat kami masih menghabiskan waktu liburan lebaran di Yogyakarta.