Kurang lebih dua tahun lalu ketika menyelesaikan
paket C pada pendidikan sekolah menengah atas, keputusanmu untuk “memburuh”
panggilan menjadi calon imam semakin menggebu-gebu. Sebuah niat baik dan ini
direspons oleh keluarga. Tanggal 27 Agustus 2017, bersama bu Yuni, kami
mengantarmu ke Tunas Xaverian di Pandega Asih Yogyakarta. Ketika mengantarmu
masuk ke kamar pribadi, rasanya bahwa Tuhan pasti memanggilmu dengan cara yang
unik. Dikatakan unik karena Helson pernah dikeluarkan dari Seminari San Dominggo
– Hokeng. Walaupun tidak selesai menyelesaikan pendidikan di panti imam yang
penuh aroma kopi itu, engkau hadir di ibu kota – Jakarta dengan bermodalkan
nekad.
foto ketika masuk KPA di Wisma Tunas Xaverian-Yogyakarta |
Setelah menyelesaikan pendidikan di
KPA Xaverian Yogyakarta dan menyelesaikan masa novisiat tahun pertama, kami
sangat mendukung segala usahamu agar cita-citamu menjadi imam bisa tercapai. Namun
pergulatanmu barangkali harus berakhir di Novisiat Xaverian Bintaro. Refleksi-refleksi
harianmu seakan tidak bermakna lagi ketika lamaranmu untuk menerima jubah,
pakaian kebiaraan itu ditolak. Tanggal 3 Juni 2019, pkl.21.24, lewat SMSmu
dengan menggunakan Hp biara, engkau mengabarkan bahwa anda ditolak dan harus
keluar dari biara. Memang, mendengar berita ini sungguh tidak mengenakan,
apalagi saat kami masih menghabiskan waktu liburan lebaran di Yogyakarta.
Sepulang dari liburan lebaran di
Yogyakarta, kami ingin menjemputnya di biara Xaverian Bintaro. Namun karena
begitu cape setelah menempuh perjalanan panjang maka pada akhirnya saya
memutuskan agar Helson bisa pulang ke
rumahku di Kota Bumi dengan menumpang grab car. Tanggal 9 Juni malam itu, saya
berkomunikasi dengan romo pembimbingnya melalui WA bahwa Helson bisa dijemput
tanggal 10 Juni pagi setelah jam 08.00 pagi. Karena pertimbangan bahwa mereka
semua pada libur dan sekalian mereka makan pagi bersama, setelahnya baru pamit. Saya meminta bantuan Bu Angel,
seorang Penyuluh Agama Hononer yang saya kenal. Saya memintanya ke biara karena
kebetulan rumahnya dekat dengan biara sehingga bisa ke biara dan memesankan
grab car.
Terhadap keputusan ini, apakah Tuhan
menolak panggilan tulus seorang anak atau memang Tuhan punya rencana lain dalam
mendesain kehidupan Helson selanjutnya? Hanya Tuhan yang tahu tentang jalan
hidupnya ke depan. Tuhan adalah pegangan hidup dan penentu masa depan. Manusia boleh
merencanakan tetapi Tuhan berhak penuh dalam menentukan nasib hidup
seseorang.***
0 komentar:
Post a Comment