Monday, June 10, 2019

Aku Menulis Tentangmu



Kurang lebih dua tahun lalu ketika menyelesaikan paket C pada pendidikan sekolah menengah atas, keputusanmu untuk “memburuh” panggilan menjadi calon imam semakin menggebu-gebu. Sebuah niat baik dan ini direspons oleh keluarga. Tanggal 27 Agustus 2017, bersama bu Yuni, kami mengantarmu ke Tunas Xaverian di Pandega Asih Yogyakarta. Ketika mengantarmu masuk ke kamar pribadi, rasanya bahwa Tuhan pasti memanggilmu dengan cara yang unik. Dikatakan unik karena Helson pernah dikeluarkan dari Seminari San Dominggo – Hokeng. Walaupun tidak selesai menyelesaikan pendidikan di panti imam yang penuh aroma kopi itu, engkau hadir di ibu kota – Jakarta dengan bermodalkan nekad.
foto ketika masuk  KPA di Wisma Tunas Xaverian-Yogyakarta
            Aku menjemputmu di sebuah panti asuhan milik suster-suster PRR di Depok. Di sana engkau begitu akrab dengan anak-anak yang tidak pernah mengenyam rasa kasih saya dari orang tua mereka. Setelah menghadap suster pimpinan panti asuhan itu, saya pada akhirnya membawamu pulang ke rumah di Tangerang. Sore harinya kami membawamu untuk daftar di lembaga yang menyediakan paket C.  Hampir setahun, engkau mengenyam pendidikan dan berhasil mengantongi ijazah SMA paket C. Setelah dinyatakan lulus, sepertinya ada nuansa baru mewarnperjalanan hidupmu. Niatmu untuk menjadi imam terbongkar kembali.
            Setelah menyelesaikan pendidikan di KPA Xaverian Yogyakarta dan menyelesaikan masa novisiat tahun pertama, kami sangat mendukung segala usahamu agar cita-citamu menjadi imam bisa tercapai. Namun pergulatanmu barangkali harus berakhir di Novisiat Xaverian Bintaro. Refleksi-refleksi harianmu seakan tidak bermakna lagi ketika lamaranmu untuk menerima jubah, pakaian kebiaraan itu ditolak. Tanggal 3 Juni 2019, pkl.21.24, lewat SMSmu dengan menggunakan Hp biara, engkau mengabarkan bahwa anda ditolak dan harus keluar dari biara. Memang, mendengar berita ini sungguh tidak mengenakan, apalagi saat kami masih menghabiskan waktu liburan lebaran di Yogyakarta.
           
Hidup terus berlanjut. Keputusan untuk ditolak dan tidak melanjutkan pilihanmu menjadi calon imam adalah keputusan final dari para imam yang selama ini membimbingmu. Kami sempat berkomunikasi dengan salah seorang imam di novisiat Xaverian, bahwa keputusan yang diambil dalam doa itu telah menentukan nasib hidup seorang Hendrikus Tube Belido (Helson). Kami menghormati keputusan itu dan dibalik keputusan itu, kami yakin bahwa Tuhan memiliki rencana lain untuk perjalanan hidup Helson di luar biara.
            Sepulang dari liburan lebaran di Yogyakarta, kami ingin menjemputnya di biara Xaverian Bintaro. Namun karena begitu cape setelah menempuh perjalanan panjang maka pada akhirnya saya memutuskan  agar Helson bisa pulang ke rumahku di Kota Bumi dengan menumpang grab car. Tanggal 9 Juni malam itu, saya berkomunikasi dengan romo pembimbingnya melalui WA bahwa Helson bisa dijemput tanggal 10 Juni pagi setelah jam 08.00 pagi. Karena pertimbangan bahwa mereka semua pada libur dan sekalian mereka makan pagi bersama, setelahnya  baru pamit. Saya meminta bantuan Bu Angel, seorang Penyuluh Agama Hononer yang saya kenal. Saya memintanya ke biara karena kebetulan rumahnya dekat dengan biara sehingga bisa ke biara dan memesankan grab car.
            Terhadap keputusan ini, apakah Tuhan menolak panggilan tulus seorang anak atau memang Tuhan punya rencana lain dalam mendesain kehidupan Helson selanjutnya? Hanya Tuhan yang tahu tentang jalan hidupnya ke depan. Tuhan adalah pegangan hidup dan penentu masa depan. Manusia boleh merencanakan tetapi Tuhan berhak penuh dalam menentukan nasib hidup seseorang.***

No comments: