Thursday, June 4, 2020

Cinta Kasih Allah dan Sesama

Mahatma Gandhi adalah salah satu tokoh nasional agama Hindhu dari negara India. Walau dia beragama Hindhu, beliau mengagumi orang-orang kristiani. Mengapa ? Karena orang-orang kristiani mempunyai ajaran cinta kasih yang diajarkan oleh Kristus. " Seandainya orang kristiani sungguh-sungguh menjadi orang kristiani, maka dunia akan terasa damai," kata Mahatma Gandhi.

    Hari ini kita diingatkan kembali ajaran Kristus  kepada kita, yaitu tentang cinta kasih. Yesus bersabda, "Kasihanilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah :Kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.Tidak ada hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini."

    Dua hukum itu menyatu seperti dua sisi dalam sekeping uang. Mengasihi Tuhan harus mewujud dalam kasih kepada sesama.Kasih kepada sesama berdasarkan kasih Allah yang lebih dahulu mencintai kita.                      Bunda Theresia pernah berkata, "Bagaimana kita bisa bilang mengasihi  Tuhan yang tidak tampak, sedangkan kita tidak mampu mengasihi manusia yang kelihatan ada di sekitar kita?"

     Bisakah kita sungguh-sungguh menjadi orang kristiani? Marilah kita mempraktekkan cinta kasih Allah dan sesama serta alam lingkungan kita dalam realitas kehidupan kita, sehingga kelak kita bisa masuk surga.

( inspirasi : Iniil Markus 12: 28b-34,   04 Juni, Suhardi )

Wednesday, June 3, 2020

Mengapa Putus Asa?

"Tuhan tidak menghadiahkan kepada kita Roh keputusasaan, tetapi Roh kekuatan, cinta dan kebij

aksanaan,", kutipan bacaan suci hari ini (2 Tim 1,1–3.6–12), menyentuh saya secara pribadi. Saya teringat pada nasihat Bapak Rohaniku semasa masih seminari kecil.” Bacalah sebanyak mungkin buku-buku rohani tentang contoh hidup para Santo-Santa, para Martir, yang mengorbankan nyawa mereka untuk iman akan Yesus. Dengan kutipan bacaan di atas, hari ini, kata-kata Bapak rohaniku itu memiliki makna khusus dan menjadi lebih aktual. Sungguh, dengan kuasa Roh Cinta, mereka- (para Santo- Santa- Para Martir) telah mengorbankan segala-galanya bagi Kristus sampai mati, walaupun mereka dapat melakukan sebaliknya.

Friday, May 29, 2020

Corona dan Alienasi Diri

Ketika dunia dilanda pandemi  Covid 19, setiap orang mengalami kepanikan. Hari-hari hidup manusia di bawah kolong langit dilanda oleh kepanikan berkepanjangan. Dalam rentang kepanikan itu, manusia bertanya dengan mulut komat-kamit. Sampai kapan Corona ini berlalu dan manusia kembali ke kehidupan semula? Ini pertanyaan yang tidak menemukan titik terang jawaban. Karena ketika manusia melemparkan pertanyaan ke “langit harap,” sepertinya pertanyaan itu menguap di udara sekaligus m

emberikan sebuah jawaban yang absurd.

Corona “mengurung” setiap manusia untuk tetap berada dalam rumah. Memang, “stay at home” merupakan cara sederhana untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona ini. Namun seraya itu pula,  kegelisahan panjang terus membentang. Mau hidup di dalam rumah untuk memutus mata rantai penyebaran virus atau harus keluar rumah untuk bekerja  untuk menyambung hidup? Ini merupakan pilihan dilematis yang sama-sama penting. Kehidupan manusia diperparah oleh hantaman virus yang tak kenal status sosial. Namun yang lebih parah mengalami situasi ini adalah masyarakat kota yang tengah mengais rejeki untuk mempertahankan hidup. Cukup banyak pabrik yang terpaksa merumahkan karyawannya karena pabrik tidak berproduksi lagi. Ke mana orang-orang kota pergi? Ke kampung halaman juga belum bisa diijinkan bahkan ditolak karena berasal dari kota, dari zona merah.

Hari-hari belakangan ini Corona tidak hanya sebagai  virus yang mengancam keselamatan jiwa manusia tetapi lebih dari itu mengancam “pola pikir dan pola tingkah laku” seluruh masyarakat. Karena Corona, mengubah cara pandang kita tentang orang lain. Ketika bertemu dengan teman-teman, tak diijinkan untuk berjabat tangan bahkan saling curiga, “jangan-jangan” teman kita ini membawa virus corona ini. Penolakan demi penolakan terjadi dalam masyarakat sebagai cara terbaik untuk mempertahankan eksistensi diri manusia yang bebas dari ancaman virus corona. Beberapa hari belakangan ini berita dari ujung timur sempat menjadi viral oleh tindakan seorang kepala desa di Sikka-Maumere, yang memblokir jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Sikka dengan Kabupatan Flores Timur. Atas peristiwa pemblokiran ini  menyebabkan sebuah ambulans yang mengantar seorang ibu hamil dari arah Larantuka menuju RSUD Tc. Hillers – Maumere tertahan di perbatasan antara Kabupatan Sikka dan Flores Timur. Karena terlambat mendapat pertolongan ini maka bayi yang dilahirkan itu harus meregang nyawa.

Siapa yang harus disalahkan atas peristiwa ini? Penulis tidak mempersalahkan siapa-siapa tetapi melihat peristiwa ini sebagai dampak corona yang mengubah setiap pola pikir manusia. Pemblokiran jalan sebagai upaya untuk menyekat diri dan komunitas dari ancaman virus yang dibawa oleh orang lain. Menjelajah pemikiran para pemblokir jalan maka tampaklah betapa orang-orang membentengi diri dalam ruang kegelisahan” sambil  melihat orang lain sebagai musuh pembawa virus yang bersarang di dalam dirinya. Virus corona sedang membongkar kemapanan diri dan memporak-porandakan konsep manusia sebagai  makhluk sosial dan sedang menggiring kesadaran baru manusia untuk hidup “seperti sebuah pulau” yang mengalienasi diri dari ruang perjumpaan. Kita sedang membangun “pulau pengecualian” untuk diri dan komunitas kita sambil menjaga jarak sebagai cara pembebasan diri dari corona. Corona, sampai kapan lenyap dari bumi ini?***(Valery Kopong)

 

 

Tuesday, April 7, 2020

"Air Tuba"



Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kita temukan peristiwa di mana kebaikan dibalas dengan kejahatan. Dua kekuatan ini menjadi hal yang relavan dan tetap menghantui kehidupan manusia. Kebaikan dan kejahatan, dua hal saling tarik menarik dengan kehidupan  manusia. Namun dua kutub ini selalu memberi warna pada kehidupan manusia. Kebaikan tanpa kejahatan maka kebaikan itu sendiri kehilangan pembeda. Demikian juga sebaliknya bahwa ada kejahatan berarti ada sisi baik sebagai titik pembeda.

Untuk mengungkapkan dua hal ini, kebaikan dan kejahatan yang terkadang didominasi oleh kejahatan, melahirkan ungkapan yang relevan. “Air susu dibalas dengan air tuba.” Ungkapan ini membahasakan situasi di mana kebaikan yang sudah diberikan oleh seseorang dibalas dengan kejahatan yang dilukiskan dengan “air tuba,” yang mematikan. Kita masih ingat sebuah peristiwa bahwa ada anak yang menyusahkan orang tuanya ketika memperebutkan harta warisan. Anak, yang sudah dilahirkan dengan susah payah dan dibesarkan oleh orang tuanya, ternyata pada akhirnya merampas harta warisan bersama orang tuanya. Persoalan  warisan yang diperebutkan ini pada akhirnya dibawa ke meja hijau dan dimenangkan oleh anak. Orang tua yang sudah sepuh hanya meratapi nasib hidupnya dan mulai pengadilan mengetuk palu untuk memenangkan anaknya, maka orang tua terusir dari rumah yang dibangun dengan keringat dan susah payah.

Monday, April 6, 2020

Di Bawah Kaki Yesus


Senin, 6 April 2020 (Dalam pekan suci )
                         
Hari-hari belakangan ini banyak orang mencari maskar untuk menutup mulut dan hidung agar bisa terhindar dari serangan virus corona. Pada saat virus merebak di Jakarta, orang-orang berduit memborong masker itu dan menimbunnya sehingga seolah-olah menjadi barang langka dan kemudian dijual dengan harga mahal. Hanya ada seorang ibu di Jakarta Utara yang menjual masker dengan harga murah dan dikhususkan untuk mereka yang miskin.

Atas peristiwa pemborongan masker ini mengundang seorang artis (Aming) memberikan komentar yang cukup pedas. "Pada akhirnya bukan corona yang membunuh kita tapi saudara sendiri yang punya duit,  berbondong bondong ngeborong sampe stock kosong!" kata Aming. "Sobat miskin cuma bengong, dimatiin sodara sendiri dalam keadaan kelaparan. Siapa lebih jahat? Corona apa manusia?" sambungnya..

Saturday, April 4, 2020

Belajar Berkorban


Sabtu, 4 April 2020 (Menjelang Minggu Palma)
Yeh. 37:21-28
Yoh. 11: 45-56

Persatuan sebuah bangsa menjadi  harapan setiap warga karena dengan persatuan, sebuah bangsa bisa menata dan membangun bangsanya dengan baik. Semboyan  “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh” mengingatkan kita tentang pentingnya persatuan dan pada saat yang sama kita belajar dari bangsa yang tercerai berai. Dengan bersatu, membuat kita semakin teguh untuk memikirkan bagaimana mengembangkan kehidupan berbangsa untuk menjadi lebih baik dan menghantarkan bangsanya untuk boleh menikmati kesejahteraan hidup. Sebaliknya kita juga belajar dari pengalaman negara-negara yang gagal dalam mengelola keutuhan bangsanya di mana tidak ada pemimpin yang mampu mengendalikan negara. Negara yang gagal hanya bisa dikuasai oleh kelompok-kelompok tertentu.      

Friday, April 3, 2020

Resiko Menjadi Seorang Pewarta


Hari Biasa Pekan V Prapaskah (Jumat, 3 April 2020 )


Tugas seorang nabi adalah mewartakan tentang kebenaran. Namun tugas kenabian ini memang berat karena ketika seorang nabi memainkan peran profetisnya dalam mengeritik suatu situasi maka nabi yang mewartakan kebenaran itu berhadapan dengan penolakan dan bahkan ancaman terhadap dirinya. Kitab suci hari ini berbicara tentang tantangan seorang nabi ketika memberikan kritik untuk menegakkan sebuah kebenaran.  Nabi Yeremia ketika menyampaikan warta tentang kebenaran pun ditangkap dan dipenjara. Demikian juga Yesus mau dilempari dengan batu karena berbicara tentang kebenaran.

Mengapa sulit sekali kebanyakan  orang tidak menerima kritik dari orang lain? Kalau kita melihat fungsi kritik,  memberikan manfaat bagi kita terutama teguran dan sekaligus menjadi moment penting dalam merefleksikan tentang hidup. Di sini kita melihat bahwa keberadaan “tukang kritik” memberikan dampak positif dan menjadi bentuk penyadaran bagi kita dalam membangun kehidupan bersama yang lebih baik.

Wednesday, April 1, 2020

Soal


                         
Mata Pelajaran     : Agama Katolik            Nama: ...............................
Hari / tanggal       : .................                       Kelas: IV



I.     Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang tepat!
1.      Allah telah menurunkan sepuluh perintah-Nya untuk mengatur kehidupan bangsa Israel. Di antara sepuluh perintah itu, salah satunya mengatur tentang hubungan anak dengan orang tua,
 yakni. . . .
A.    Kuduskanlah hari Tuhan
B.     Jangan membunuh  
C.     Jangan berdusta
D.    Hormatilah ibu-bapakmu  

2.      Pesan yang disampaikan dalam ceritera rakyat tentang  Malin Kundang kepada kita adalah…
A.    jangan berdusta terhadap teman  
B.     seorang anak tidak boleh durhaka terhadap ibu
C.     durhaka terhadap teman
D.    nasihat untuk selalu berjaga

3.      Berita tentang pertentangan antara seorang anak dan orang tua dalam memperebutkan warisan, pada akhirnya berujung pada pengadilan setelah anak melaporkan orang tuanya untuk diproses secara hukum.  Tindakan seorang anak terhadap orang tua ini merupakan pelanggaran terhadap perintah Allah ke. . . .
A.    1
B.     2
C.     3
D.    4