Tuesday, September 8, 2020

Mencontohi Semangat Rasul Paulus


Saya diminta untuk masuk dalam satu tim untuk menguji para calon pegawai negeri sipil yang baru terutama calon penyuluh agama Katolik di lingkungan Bimas Katolik,  kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi Banten. Tugas yang diberikan ini merupakan sebuah tanggung jawab yang bagi saya sangat berat karena berkaitan dengan proses penilaian dan pada akhirnya bisa menentukan nasib seseorang untuk masuk ke dalam lingkungan  pegawai negeri sipil dalam wilayah Kementerian Agama Provinsi Banten.  Mengapa saya katakan berat karena menilai masa depan sekaligus menentukan arah kehidupan seseorang ke depan tetapi menjadi pertanyaan penting pada saat proses penilaian adalah siapa yang saya nilai dan dari mana dia berasal.  Saya sendiri merasa tidak memiliki beban dalam proses penilaian  yaitu bahwa ketiga orang calon pegawai negeri sipil yang akan direkrut, sama sekali saya tidak mengenal.

Dengan ketidaktahuan ini  maka memberikan keringanan  beban pada saya pada saat mengambil penilaian dan pada akhirnya menentukan masa depan seseorang. Dengan menilai berarti saya mengedepankan sebuah beban akademik dan juga memberikan beban pengetahuan serta membuka memori mereka akan pengetahuan tentang hal-hal seputar agama Katolik. Dengan ikut terlibat dalam proses penjaringan ini maka seorang calon  pegawai negeri sipil yang dinilai berusaha untuk mengingat kembali apa yang menjadi memori yang tersimpan di dalam ingatannya untuk kemudian bisa berusaha menjawab secara baik apa yang ditanyakan oleh para penguji.  Memang berat bahwa dia  yang diuji seolah-olah berada pada situasi tapal batas,  situasi di mana ia tidak merasa nyaman karena seolah-olah merasa diri sebagai terdakwa dan seakan-akan mengalami proses peradilan akademik,  dengan demikian situasi yang serba mencemaskan ini membuat orang lupa atau terpaksa lupa apa yang telah dipelajari, baik pada hari-hari sebelumnya maupun pada saat ketika dia masih duduk di bangku kuliah.

Apa yang saya tanyakan nanti berkaitan dengan persoalan seputar kehidupan agama Katolik, persoalan mengenai kelompok dampingan yang akan dikelola sebagai seorang penyuluh agama Katolik dan juga bagaimana menerapkan nilai-nilai injili di dalam kehidupan sebagai seorang penyuluh agama Katolik.  Dalam proses penilaian itu kita bisa melihat sejauh mana penguasaan terhadap materi-materi tentang keagamaan dan juga berkaitan dengan undang-undang sebagai pegangan utama di dalam memberikan penyuluhan terutama di kelompok-kelompok Katolik.  Kemampuan akademik juga menjadi sangat penting terutama pengetahuan seputar agama Katolik karena pada akhirnya apa yang kita sampaikan kepada kelompok dampingan menjadi sebuah pewartaan tentang Kristus dan ajaran-Nya. Menjadi penyuluh dalam konteks Katolik berarti menghadirkan warta tentang Kerajaan Allah,  kita menghadirkan tentang nilai-nilai injili di dalam kehidupan sehari-hari terutama bagaimana kita berhadapan dengan kelompok-kelompok dampingan nanti.  Karena bagaimanapun juga apa yang kita katakan merupakan cerminan juga apa yang kita lakukan nanti dalam hidup sebagai seorang penyuluh. Karena itu apa  yang kita buat memiliki korelasi yang sangat kuat antara satu dengan yang lain.  Tindakan kita hanya mau menegaskan apa yang kita katakana dan  tindakan kita memperlihatkan apa yang selama ini kita tunjukkan,  terutama di dalam kelompok-kelompok dampingan karena itu dua hal ini berjalan secara seimbang karena jika salah satunya pincang maka dua-duanya menjadi tidak berjalan secara normatif. 

 

Kisah perekrutan ini mengingatkan kita bagaimana Yesus memilih ke-12 muridnya.  Kalau kita bandingkan dengan proses perekrutan para penyuluh agama Katolik untuk kemudian menjadi pewarta di tengah-tengah masyarakat. Menyandingkan dengan peristiwa di mana Yesus memilih ke-12 muridnya dan  proses perekrutan penyuluh agama Katolik untuk masuk ke dalam lingkungan pegawai negeri sipil memiliki begitu banyak tuntutan terutama tuntutan akademik dari proses pemberkasan,   proses wawancara dan juga tes secara tertulis.  Di sini mau menunjukkan bahwa ada beban tersendiri ketika perekrutan itu berjalan secara normatif tetapi itu satu standar yang harus dilalui oleh seorang caoln  penyuluh agama Katolik untuk masuk menjadi salah satu dalam jajaran pegawai negeri sipil.  Apa yang menjadi pembeda antara sistem perekrutan saat ini sebagai pewarta dan sistem perekrutan yang dilakukan oleh Yesus sangat berbeda. Memang, beda zaman, beda tuntutan.

 

Saya  melihat bahwa menjadi pewarta dan pengikut Yesus,  tidak hanya  menjadi imam atau biarawan / biarawati saja tetapi bagi penulis, dalam tataran perekrutan para penyuluh agama Katolik dalam lingkungan Bimas Katolik, saya lebih melihat ada upaya untuk memilih secara selektif orang-orang yang layak dan boleh mengambil bagian sebagai pewarta dalam dunia pemerintahan. Menjadi pewarta dalam dunia pemerintahan, memperlihatkan dorongan kerasulan yang kuat,karena menjadi penyuluh berarti terlibat  dengan kelompok-kelompok agama lain, suku lain dan hal ini benar –benar membutuhkan ketangguhan seorang penyuluh. Bagi penulis, menjadi penyuluh agama Katolik mengambil peran sebagai rasul Paulus yang berani mewartakan Kristus di luar kelompok-kelompok Yahudi. Hal ini berbeda dengan rasul Petrus yang hanya berani mewartakan Kristus pada kelompok orang-orang Yahudi saja. Semoga semangat Paulus menjiwai seluruh gerak pewartaan tentang Kristus dan karya-karya-Nya. ***(Valery Kopong)

Terlibat Dalam Karya Keselamatan Allah

Gereja Katolik sangat menghormati Bunda Maria karena keteladanan hidupnya yang setia dan mentaati Allah, yakni mengandung dan melahirkan Yesus, Sang Mesias.Berbagai bentuk penghormatan diberikan kepada Bunda Maria dan salah satunya adalah hari ini, setiap tanggal 8 September ditetapkan sebagai hari pesta kelahiran Santa Perawan Maria. 

Perayaan hari kelahiran Bunda Maria sendiri merupakan sebuah devosi populer yang dimulai sejak abad ke VI Masehi.Perayaan ini dimulai di Yerusalem, lalu menyebar ke seluruh dunia, sebagaimana dinyatakan oleh G. Mealo dalam tulisannya yang berjudul NATIVITA DI MARIA.Lalu pada abad ke 7 Masehi pesta ini dimasukkan dalam kalender liturgi.

Apa yang dapat kita refleksikan pada saat kita memperingati pesta Kelahiran Bunda Maria hari ini ? 


Tuhan mempunyai rencana dan karya keselamatan bagi umat manusia. Lalu, Tuhan memilih orang-orang yang bersedia terlibat dalam rencana dan karya keselamatanNya. Bunda Maria telah dipilih untuk mengandung dan melahirkan Yesus yang menyelamatkan umat manusia dari belenggu dosa.Dengan panggilan hidup kita masing-masing, Tuhan juga memanggil kita semua untuk ikut terlibat dalam keselamatan Allah.Dengan iman kita percaya bahwa Allah akan tetap bekerja demi kebaikan kita yang mau mengasihiNya dan mau dilibatkan dalam  karya keselamatan Allah.Bersediakan Anda dan saya ikut ambil dalam karya keselamatan Allah ?
(Inspirasi:Matius 1:1-16.18-23, 08 September, SUHARDI )

Monday, September 7, 2020

Berbuat Baik


Mencari titik kesalahan orang lain adalah salah satu kecenderungan sifat manusia.Hal itu dilakukan karena dilatarbelakangi oleh sikap iri hati atau kalau persaingan,kalah populatitas.Maka usaha yang ditempuh adalah menjatuhkan nama baiknya dan menyingkirkannya.Jika sikap iri hati telah menguasainya,maka apapun yang dibuat oleh orang lain itupun dianggap tidak baik.

Bacaan Injil pada hari ini menceritakan bagaimana sikap iri hati itu ditunjukkan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.Sikap iri hati muncul karena mereka mulai kalah persaingan,kalah popularitas dengan Yesus.Maka mereka berusaha menjatuhkan dan menyingkirkan Yesus dari tengah-tengah mereka.Mereka berusaha mencari kesalahan yang dilakukan oleh Yesus dengan alasan tidak mentaati hukum Sabat ataupun hukum Taurat.Sikap iri hati telah merasuk hati ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,maka apapun yag dilakukan oleh Yesus adalah tidak baik dan tidak benar,termasuk bagaimana Ia telah berbuat kebaikan dan menyelamatkan orang yang sakit mati tangan kananya.Tetapi Yesus tetap menunjukkan kebaikan dan cinta kasihNya.Yesus bersabda,"ULURKANLAH TANGANMU" Lalu orang itu mengulurkan tangannya dan dia telah sembuh.

Biarkanlah orang lain berbuat baik, membagi berkat bagi sesama dan demi kemuliaan dan keagungan Tuhan.Jangan iri hati atas kebaikan orang lain.Jangan berhenti berbuat baik,walau orang lain menilai hal yang tidak baik dalam diri kita.(Inspirasi:Lukas :6:6-11, 07September,Suhardi)

Patung Bunda Maria

 

Beberapa waktu lalu, ketika melihat salah satu grup di facebook yang menghimpun para facebooker dari latar belakang agama yang berbeda, dan herannya bahwa masing-masing orang dalam grup itu, berusaha memposting hal-hal yang berkaitan dengan persoalan tentang agama dan iman dari agama tertentu dan berusaha  menyerang orang-orang beragama lain. Perdebatan itu menurut saya menarik, tetapi saya sendiri yang masuk dalam grup itu sekedar menonton sambil menyimak arah perdebatan  tentang  persoalan iman.  Kalau dalam perdebatan itu, persoalan agama dan iman yang dimunculkan ke permukaan media social, didiskusikan bahkan diperdebatkan bersama oleh orang-orang seagama, maka akan muncul suatu hal baru, ada pemahaman baru bahkan semacam kuliah terbuka sehingga pada akhirnya bisa saling memahami.

 

Tetapi menjadi persoalan krusial bahwa orang beragama lain mempertanyakan hal-hal tentang iman dari orang beragama lain dan membuka ruang diskusi maka pada akhirnya memunculkan kegaduhan di media social karena masing-masing orang mempertahankan apa yang diyakini dalam wilayah keagamaannya. Salah satu pertanyaan penting dari datang dari orang yang bukan beragama Katolik, mempertanyakan tentang patung yang biasa digunakan dalam kegiatan keagamaan Katolik. Kalau sekedar bertanya tentang alasan, mengapa orang Katolik menggunakan pantung, entah Patung Bunda Maria ataupun patung Yesus dalam kegiatan doa, tidak menjadi masalah. Tetapi memunculkan masalah baru ketika yang bertanya sekaligus menilai bahwa penggunaan patung dalam lingkungan Agama Katolik merupakan bentuk penyembahan berhala.

 

Penggunaan patung dalam kegiatan doa dan devosi pada agama Katolik, merupakan sarana untuk membantu umat agar lebih memahami, siapa sebenarnya dibalik patung itu. Ketika pada bulan Mei dan Oktober misalnya, saat umat Katolik melaksanakan bulan Maria dan Rosario, tentu sarana utama,  selain rosario adalah patung Bunda Maria. Patung merupakan ikon untuk mendekatkan kehadiran sosok Maria dalam kehidupan doa-doa orang Katolik. Keberadaan patung Maria dan orang-orang yang sedang berdoa Rosario, bukanlah bentuk penyembahan berhala karena umat lebih memahami Bunda Maria sebagai penerima tawaran untuk ibu dari  penyelamat umat manusia, yakni Yesus Kristus. Kehadiran patung menjadi sarana bagi orang-orang Katolik untuk memahami lebih mendalam akan sosok Maria yang sebenarnya dibalik patung itu.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak hal kita jumpai yang dilakukan oleh kebanyakan orang untuk menghadirkan seseorang. Ketika mendoakan seseorang yang sudah meninggal, biasanya kita menyediakan foto orang yang sudah meninggal dalam  ukuran besar. Kehadiran orang yang sudah meninggal dunia yang terlihat dalam foto yang dipajang, memberi banyak informasi dan membuka memori orang-orang yang sedang mendoakan kepergiannya. Kita berdoa pada Tuhan, memohon agar orang yang sudah meninggal bisa diterima di sisi-Nya. Itu berarti kehadiran foto bukanlah media untuk kita menyembah orang yang sudah meninggal tetapi kehadiran foto membuka kenangan tersendiri bagi umat yang hadir, sekaligus mendoakan keselamatan.

Atau masih ingatkah tentang kehidupan orang-orang pada masa lampau yang kita pelajari dari sejarah? Sebelum mengenal agama resmi, mereka biasanya melakukan ritual dan memberikan sesajian di batu-batu besar atau juga di pohon-pohon besar. Mereka meyakini bahwa ada kekuatan lain (wujud tertinggi) yang menyelenggarakan alam semesta ini. Bukan batu besar yang disembah atau pohon besar disembah tetapi siapa sosok penguasa alam semesta itu yang disembah. Memang, ketika kita telusuri kehidupan masyarakat pada lampau, banyak sarana yang digunakan untuk mendekatkan diri dengan Sang Ilahi.

Apa pun sarana yang digunakan dalam doa-doa kepada Tuhan merupakan sesuatu yang baik. Sarana yang mempermudah bagi kita untuk membangun relasi dengan Tuhan melalui doa-doa.***(Valery Kopong)

 

Saturday, September 5, 2020

Melaksanakan Aturan Secara Bijaksana

 Peraturan merupakan sesuatu yang  penting dalam kehidupan manusia.Coba, bayangkan jika kehidupan kita itu tanpa aturan.Pasti akan tercipta kehidupan"bar-bar". Siapa yang kuat,dia yang akan bertahan hidup.   Aturan dibuat dengan tujuan supaya manusia hidup lebih baik, aman dan teratur.Peraturan dibuat untuk memanusiakan manusia, bukan membelenggu dan membebaninya.Tidak ada di dunia ini yang tidak memiliki hukum/aturan.Dan aturan/hukum dibuat bukan untuk dilanggar. 

Bacaan Injil pada hari ini bukan mengajarkan kepada kita untuk melanggar peraturan/hukum.Yesus mau menegaskan bahwa kita hendaknya mentaati hukum/aturan secara bijaksana. Ketika Yesus diserang oleh orang Farisi yang melihat murid-muridNya melanggar aturan hari Sabat, Yesus mengambil contoh apa yang dilakukan Daud dan para pengikutnya ketika mereka sedang lapar. Mereka mengambil roti dan memakannya, padahal sebenarnya tidak dijinkan untuk memakan roti yang sudah dipersembahkan untuk imam. Yesus mau menegaskan bahwa kita hendaknya melakukan aturan secara bijaksana. Kita melakukan aturan untuk memanusiakan manusia, untuk menyelamatkan hidup manusia.    


Ketaatan terhadap aturan/hukum tidak salah.Dan memangnya hendaklah demikian.Tetapi kita hendaknya mentaati hukum/aturan secara bijaksana.Hukum cinta kasih lebih utama dari hukum /aturan yang lain. Marilah kita belajar untuk makin bijaksana dalam menerapkan hukum/aturan yang ada.
(Inspirasi : Lukas 6: 1-5, 05 September,  Suhardi )

Friday, September 4, 2020

Makna Puasa, Doa, Matiraga dan Derma

Bacaan Injil pada hari ini menceritakan tentang reaksi orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang melihat murid-murid Yesus tidak berpuasa dan sembahhyang. Itu berarti, seoah-olah  mereka tidak melaksanakan hukum Taurat dan mengikuti tradisi murid murid Yohanes. Mendapat reaksi ini Yesus bersabda, "Dapatkah sahabat mempelai disuruh berpuasa , selagi mempelai itu bersama mereka? Dengan demikian, Yesus memberi perubahan baru makna puasa dan sembahyang.Yesus lebih menekankan bahwa pelaksanaan puasa dan doa bukan menjadi kewajiban lahiriah saja, tetapi semakin mendekatkan relasi mereka kepada Allah dan sesama. Perubahan baru tentang pelaksanaan puasa dan sembahyang yang dipahami oleh Yesus ini tentu berbeda dengan apa yang selama ini dipahami oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.Makanya, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat protes terhadap Yesus.


Sembahyang, puasa, matiaraga dan derma merupakan kewajiban bagi kita sebagai umat beriman. Sembahyang, puasa, matiraga dan derma yang kita laksanakan hendaknya semakin mendekatkan diri kita kepada Allah dan sesama serta menjadi wujud cinta kasih kita kepada Allah dan sesama.Sembahyang, puasa, matiraga dan derma bukan menjadi sarana bagi kita supaya mendapatkan pujian dan rasa hormat dari sesama kita dan bukan menjadi sarana hanya untuk melaksanakan kewajiban lahiriah saja yang seolah-olah ingin menunjukkan kesucian hidup kita.
(Inspirasi:Lukas 5:33-39, 04 September, Suhardi)

Kasih Melampaui Batas


 

Dalam kehidupan ini kita mengenal salah satu  hukum yang tidak tertulis tetapi memiliki dampak yang sangat luas baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain di sekitar kita.  Hukum yang dimaksudkan adalah hukum “tabur dan tuai.”  Mengapa hukum tabur dan tua ini menjadi penting di dalam menjalani kehidupan ini? Karena kita hidup sebagai makhluk sosial yang memiliki ketergantungan antara satu dengan yang lain.  Kita dituntut bahwa di dalam melakukan segala sesuatu mestinya kita menanamkan nilai-nilai kebaikan,  baik di dalam lingkup keluarga kita maupun kepada ada orang lain.  Dengan menanamkan nilai-nilai kebaikan itu maka  kita berbagi kebaikan kepada orang lain karena itu pada saat ketika kita membutuhkan orang lain, mereka  memberikan respon kebaikan yang sama kepada kita. Mengapa mereka memberikan respon kebaikan kepada kita?  Karena kita terlebih dahulu menanamkan nilai-nilai kebaikan itu tetapi jika sebaliknya di dalam hidup ini Ketika seseorang selalu menaburkan nilai-nilai keburukan,  baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain maka suatu waktu nanti orang yang bersangkutan bisa menuai nilai-nilai kejelekan atau keburukan seperti yang ditanamkan di dalam kehidupan sehari-hari.

Hukum tabur dan tuai merupakan hukum alam di mana mau memberikan pelajaran berharga bagi kita untuk tetap berada pada koridor kebaikan dan kebaikan yang dimaksudkan adalah kebaikan yang bisa memberikan pengaruh kepada orang lain terutama pengaruh yang positif. Ada pengalaman ketika seorang menamakan diri Katolik tetapi selama belasan tahun, tidak pernah aktif. tidak pernah terlibat di dalam kegiatan-kegiatan lingkungan doa secara  bersama maupun kegiatan-kegiatan rohani lainnya dan apa yang di lakukan ini ketika dia berada pada posisi sehat. Dalam keadaan yang sehat ia sepertinya tidak membutuhkan orang lain dan  tidak membutuhkan lingkungan doa sebagai satu komunitas iman namun apa yang terjadi bahwa ketika sakit yang menimpa dirinya dan yang bersangkutan hidup sendirian di dalam rumah maka pada saat yang sama dia membutuhkan orang lain untuk menolong dirinya sendiri.

Ketika mengunjunginya pada saat ketika ia jatuh sakit, ia  meneteskan air mata sambil berharap bahwa orang-orang lingkungan bisa menjenguknya karena yang bersangkutan dalam kondisi sakit. Dia memerlukan orang lain untuk  penghiburan yang datang dari orang-orang seiman,  orang-orang dalam komunitas tetapi tangisan dan harapan yang datang dari orang yang bersangkutan tidak membuahkan hasil. Mengapa harapan untuk dikunjungi adalah harapan hampa? Karena di dalam keseharian hidupnya terutama ketika sehat,   ia tidak dikenal oleh warga dan selama ini ia menjauh dari komunitas iman dan pada akhirnya menuai sebuah resiko bahwa ia hidup dalam kesendirian hidup,  dalam kesepian dan  mengalami penderitaan yang cukup hebat

Pengalaman ini mau menunjukkan kepada kita bahwa setiap manusia menyadari ketergantungannya terhadap orang lain.  Setiap orang menyadari kekurangan yang dimilikinya dan pada saat yang sama dia harus membuka diri bagi pertolongan yang datang dari orang lain.  Sehebat apapun orang,  sekaya apapun orang tetapi pada saat yang sama dalam suatu waktu tertentu,  dia sangat membutuhkan orang lain sebagai penolong, yang  bisa memberikan jawaban tentang bagaimana hidup itu sendiri,  tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain.  Ada ungkapan yang mengatakan bahwa “No men is an Island,” yang berarti tak seorang pun hidup sendirian seperti sebuah pulau.  Tidak seorangpun hidup sendirian jauh dari keramaian tetapi sebagai manusia dan juga sekaligus makhluk sosial kita membutuhkan orang lain untuk ada bersama kita,  untuk boleh membangun kebersamaan dan pada akhirnya kita merasakan bahwa pertolongan orang lain adalah pertolongan yang membawa suatu keselamatan.

Dalam konteks kehidupan Kristiani dan secara khusus dalam kehidupan Katolik,  kehidupan dalam lingkungan doa sebagai  kelompok basis paling kecil,   kita bisa melihat bagaimana kelompok yang bersangkutan bahu-membahu,  tolong menolong dengan rekan-rekan seiman untuk bisa menumbuhkan kepekaan sosial dan juga menumbuhkan iman secara kolektif  di dalam kebersamaan karena apapun yang terjadi bahwa iman yang kita hidupi tidak hanya iman untuk kepentingan diri sendiri tetapi beriman dalam konteks kebersamaan. Kehidupan Jemaat Perdana menjadi contoh bagi kehidupan Gereja saat ini di mana kebersamaan menjadi kunci utama dalam berbagi suka cita. Dalam kehidupan menggereja, kita tidak pernah membanguan “pulau kesendirian” tetapi kebersamaan dalam iman akan Kristus. Kristus menjadi “motor primum” dalam membangun kebersamaan dengan memperlihatkan kasih yang melampaui batas. ***(Valery Kopong)