Bacaan Injil pada hari ini menceritakan tentang reaksi orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang melihat murid-murid Yesus tidak berpuasa dan sembahhyang. Itu berarti, seoah-olah mereka tidak melaksanakan hukum Taurat dan mengikuti tradisi murid murid Yohanes. Mendapat reaksi ini Yesus bersabda, "Dapatkah sahabat mempelai disuruh berpuasa , selagi mempelai itu bersama mereka? Dengan demikian, Yesus memberi perubahan baru makna puasa dan sembahyang.Yesus lebih menekankan bahwa pelaksanaan puasa dan doa bukan menjadi kewajiban lahiriah saja, tetapi semakin mendekatkan relasi mereka kepada Allah dan sesama. Perubahan baru tentang pelaksanaan puasa dan sembahyang yang dipahami oleh Yesus ini tentu berbeda dengan apa yang selama ini dipahami oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.Makanya, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat protes terhadap Yesus.
Sembahyang, puasa, matiaraga dan derma merupakan kewajiban bagi kita sebagai umat beriman. Sembahyang, puasa, matiraga dan derma yang kita laksanakan hendaknya semakin mendekatkan diri kita kepada Allah dan sesama serta menjadi wujud cinta kasih kita kepada Allah dan sesama.Sembahyang, puasa, matiraga dan derma bukan menjadi sarana bagi kita supaya mendapatkan pujian dan rasa hormat dari sesama kita dan bukan menjadi sarana hanya untuk melaksanakan kewajiban lahiriah saja yang seolah-olah ingin menunjukkan kesucian hidup kita.
(Inspirasi:Lukas 5:33-39, 04 September, Suhardi)
0 komentar:
Post a Comment