Thursday, November 12, 2020

Mengalami Kerajaan Allah

 Banyak orang mempertanyakan kapan datangnya Kerajaan Allah. Lalu, orang mulai meramal datangnya Kerajaan Allah.Bahkan, berdasarkan ramalan tertentu dibuatkan sebuah film tentang akhir jaman,misalnya film 2012.Lalu,ada juga yang membuat ritual-ritual tertentu tentang akhir jaman, tragisnya lagi sampai terjadi bunuh diri massal.Ternyata,ramalan-ramalan mereka tidak menjadi kenyataan. Akhir jaman adalah hak kuasa Allah.Hanya Allah yang mengetahui kapan terjadinya akhir jaman. 

Sejak dulu masalah akhir jaman sudah menjadi pertanyaan banyak orang, teristimewa orang-orang Farisi.Orang-orang Farisi meminta kepada Yesus untuk memberikan tanda-tanda lahiriah tentang datangnya Kerajaan Allah. Sayangnya,Yesus tidak memberi jawaban yang sesuai dengan harapan orang-orang Farisi tersebut.Bagi Yesus,datangnya Kerajaan Allah sudah ada bersamaan dengan kehadiranNya.Dan tanda-tanda lahiriahnya adalah pelayanan dan pengorbanan yang telah diberikan oleh Yesus, misalnya Yesus menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati dan sebagainya.


Janganlah bersusah payah memikirkan kapan datangnya akhir jaman. Karena,akhir jaman  pasti akan terjadi.Tetapi,marilah kita menikmati Kerajaan Allah yang telah dan sedang berlangsung saat ini dalam kehidupan kita melalui berkat-berkat yang Tuhan berikan kepada kita dalam pengalaman pribadi atapun orang lain,sehingga kita selalu siap sedia menghadapi datangnya Kerajaan Allah itu.

(Lukas 17:20-25, 12 Nopember, Suhardi )

Wednesday, November 11, 2020

Bersyukur

Seluruh kehidupan kita adalah anugerah yang diberikan oleh Allah secara cuma-cuma. Kita diberi rahmat kesehatan dan rahmat kesembuhan,kita diberi rejeki,kita diberi pekerjaan,kita diberi nafas kehidupan,alam raya yang subur dan pemandangan yang indah dan masih banyak hal lain yang merupakan pemberian secara cuma-cuma dari Allah.Maka, pantaslah kita bersyukur kepadaNya.Mengapa kita bersyukur? Menunjukkan kesadaran diri kita bahwa seluruh kehidupan kita berada di tangan Sang Penyelenggara Kehidupan.Lalu, menunjukkan kwalitas iman kita.Semakin berkwalitas iman kita, kita makin mensyukuri bahwa hidup kita adalah anugerah Tuhan semata.

Bacaan Injil pada hari ini mengisahkan tentang 10 orang yang mendapat augerah penyembuhan dari Tuhan Yesus,tetapi hanya satu orang yang kembali untuk mengucapkan syukur.Makanya Yesus heran,"Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Dimanakah yang sembilan orang tadi? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memualiakan Allah selain orang asing ini ?" Satu orang tadi mempunyai kwalitas iman yang sangat luar biasa.Yesus bersabda, "Berdirilah dan pergilah,imanmu telah menyelamatkan dikau." 

Sudah menjadi sifat manusiawi kita mudah melupakan anugerah dari Tuhan Yesus. Kesibukan pribadi, kepentingan pribadi dan urusan pribadi menjadi alasan utama kita untuk mudah lupa mengucap syukur kepada Allah.Termasuk orang yang manakah kita? Yang satu atau yang sembilan?
(Inspirasi:Lukas 17:11-19, 11 Nopember, Suhardi)

Monday, November 9, 2020

Misionaris Sejati

 

Ketika menelusuri kembali kisah hidup Yosef Freinademetz, seakan saya menelusuri “aliran sungai” yang membawa kehidupan iman bagi orang-orang yang berada di hulu dan hilir sungai. Kehidupan Yosef Freinademetz sebagai imam dan misionaris pertama SVD (Societas Verbi Divini) menjadi sebuah tantangan sekaligus mengairahkan pola pewartaan kabar gembira tanpa mengenal lelah. Baginya, menjadi misionaris berarti pergi untuk tidak pulang kembali. Seorang misionaris harus beralih dan semangat untuk melepaskan diri dari hal-hal yang berkaitan dengan primordialisme. Karena itu tidak heran ketika Yosef Freinademetz diutus dari rumah misi Steyl, Belanda, Ia mendedikasikan dirinya di Cina sebagai misionari sejati.

Menjadi misionaris tidak hanya berkonsentrasi pada bagaimana mewartakan kabar gembira dan membumikan pesan-pesan cinta kasih tetapi juga harus mengenakan budaya-budaya lokal sebagai bentuk penyapaan seorang misionaris dengan orang-orang yang dilayaninya. Dengan mengenakan pakaian orang setempat, menggunakan bahasa setempat maka secara tidak langsung, seorang misionaris diterima untuk menjadi bagian dari anggota masyarakat. Dengan sikap terbuka dan berpihak pada kebudayaan setempat maka seorang misionaris bisa memahami secara tepat untuk mambangun strategi dalam mewartakan sabda Allah.

 

Dalam khotbahnya pada perayaan Ekaristi perpisahan dengan umatnya di paroki San Martino (11 Agustus 1878) memberikan sebuah pesan bermakna sebelum ia masuk ke rumah misi di Steyl, Belanda. Dalam kotbahnya ia menyatakan keyakinan dan tekadnya menjadi seorang misionaris. “Atas kebaikan-Nya yang tak terselami, Gembala Baik yang ilahi telah berkenan mengundang saya supaya pergi bersama dengan Dia ke padang gurun, dan membantu Dia mencari domba-domba yang tersesat. Apa yang harus saya buat selain dengan sukacita dan dengan rasa syukur saya mengecup tangan-Nya dan mengucapkan perkataan Kitab Suci, ‘Lihat, saya datang!’ Seperti Abraham, saya tinggalkan rumah dan orangtuaku, kampung halaman dan anda sekalian yang saya cintai, dan pergi ke tanah yang akan ditunjukkan Tuhan kepadaku. Saya merasa berat meninggalkan orangtuaku yang tercinta dan begitu banyak penderma dan sahabat. Tapi pada akhirnya, manusia itu ada bukan untuk dunia ini. Dia diciptakan untuk sesuatu yang lebih besar: bukan untuk menikmati hidup ini, melainkan untuk bekerja di tempat Tuhan yang memanggilnya.” Selepas perpisahan itu, ia pun berangkat ke Steyl, Belanda, dan diterima masuk ke dalam rumah misi yang baru ini dan selang beberapa bulan kemudian, yakni 2 Maret 1879, ia diutus menjadi misionaris perdana ke Cina, bersama dengan seorang misionaris lain, yakni Yohanes Baptis Anzer.

 

Isi Khotbahnya syarat makna dan menyeret pemahaman kita tentang makna sebuah panggilan hidup tidak untuk diri sendiri tetapi untuk orang lain.  Tempat misi yang menjadi sasaran perutusannya, juga belum diketahui secara pasti, karena itu Ia menganalogikan dirinya dengan Abraham, yang dipanggil oleh Allah, harus bersedia meninggalkan tanah kelahirannya. Namun tanah yang dijanjikan oleh Allah kepada Abraham, juga belum belum diketahui. Tetapi karena panggilan yang mendesak dan dalam iman yang pasrah, Abraham pada akhirnya menuruti panggilan Allah itu. Dalam ketidaktahuan tentang tanah terjanji itu, Allah memberikan petunjuk pasti bagi Abraham yang dipilih menjadi bapa segala bangsa.

Yosef  Freinademetz selalu membuka diri terhadap panggilan Allah dan bersedia ke tanah misi untuk membuka lahan baru bagi penyebaran benih Sabda Allah. Apakah tanah misi itu penuh susu dan madu seperti tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan oleh Allah? Tanah misi Cina adalah tanah penuh tantangan, karena  Yosef Freinademetz melihatnya sebagai padang gurun yang penuh dengan tantangan. Kalau tanah misi Cina dilihat sebagai padang gurun maka perlu persiapan yang matang untuk menggodok diri agar ketika tantangan itu muncul, sang misionaris sudah bisa bertahan. Konsep tempat misi sebagai  padang gurun, mengingatkan kita juga akan perjalanan bangsa pilihan Allah melewati padang gurun. Banyak tantangan yang dihadapi tetapi karena kesetiaan Allah yang mendampingi maka Bani Israel bisa masuk ke tanah yang dijanjikan oleh Allah. Padang gurun, juga mengingatkan kita akan Yesus, yang sebelum berkarya, Ia harus menjalani puasa selama 40 hari lamanya. Selama Ia berpuasa, ada godaan yang muncul tetapi karena   

Dengan izin uskupnya, Joseph memasuki rumah misi di Steyl, Belanda, pada bulan Agustus 1878. Pada tanggal 2 Maret 1879, dia menerima salib misinya dan berangkat ke China bersama Fr. John Baptist Anzer, misionaris Sabda Allah lainnya. Lima minggu kemudian mereka tiba di Hong Kong, di mana mereka tinggal selama dua tahun, mempersiapkan diri untuk langkah selanjutnya. Pada tahun 1881 mereka melakukan perjalanan misi baru mereka di Shantung Selatan, sebuah provinsi dengan 12 juta penduduk dan hanya 158 orang Katolik.

Yosef  Freinademetz bekerja sebagai misionaris sejati dan membumikan benih-benih Sabda Allah kepada umat yang dilayaninya. Ketika pertama kali datang ke China dan melihat tanah misinya sebagai tantangan, namun Ia percaya kasih Tuhan mampu mengalahkan segala keterbatasan. Ia sanggup untuk membangun komunikasi dengan orang-orang yang dilayaninya. Baginya, "Satu-satunya bahasa yang bisa dimengerti oleh semua orang ialah Bahasa Cinta." (Valery Kopong)

GEREJA: TEMPAT BERJUMPA DENGAN SANG JURU SELAMAT

Hari ini Gereja Katolik memperingati Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran, yang didirikan oleh Kaisar Konstantinus Agung, putera santa Helena pada tahun 324.Tujuan kita memperingati pesta pemberkatan Gereja Basilik Lateran adalah untuk mengungkapkan cinta kasih dan kesatuan kita dengan uskup Roma yang mempersatukan seluruh gereja dalam cinta kasih. 

Bacaan Injil hari ini mengisahkan tentang cinta kasih Yesus terhadap Bait Allah.Ia marah terhadap para pedagang yang telah menyalahgunakan tempat suci Allah untuk transaksi perdagangan.Pasti,Yesus juga marah terhadap para imam dan ahli-ahli Taurat yang membiarkan Bait Suci Allah sebagai tempat pasar.Mungkin para imam dan ahli- ahli Taurat mendapat keuntungan ekonomis,sehingga mereka membiarkan Bait Suci Allah sebagai tempat perdagangan.Bait Suci Allah harus dikembalikan pada fungsinya untuk menjadi sumber air kehidupan dan mencari keselamatan hidup, berjumpa dengan Allah. 


Dalam bacaan Injil tadi Yesus menggambarkan DiriNya sebagai Bait Allah, yang dapat diruntuhkan tapi dalam tiga hari dapat dibangun kembali.Yesus adalah sumber air kehidupan, yang akan memberikan kelegaan hidup kekal.Yesus adalah Sang Sumber keselamatan kekal.Maka, kita hendaknya selalu datang dan bersujud kepadaNya, agar kita tidak haus lagi dan merasakan sukacita dan bahagia sejati bersama Yesus di Bait SuciNya yang Kudus di dalam Kerajaan Allah.
(Inspirasi:Yohanes 2:13-22, 09 Nopember, Suhardi)

Setia Pada Perkara Kecil

Pada suatu hari sang big bos di berbagai macam perusahaan meminta kepada para manager untuk membersihkan ruangannya. Sebagian besar para manager melakukan tugas itu,tetapi  melakukannya asal-asalan.Ada salah satu manager yang tampil beda.Walaupun sang big bos ngak melihatnya, ia membersihkan ruangan bosnya dengan sepenuh hati dan penuh sukacita.Mereka diminta melakukan tugas itu selama satu bulan.Bulan berikutnya, sang big bos memanggil para manager ke ruanganya.Dia berkata, "Saya akan pensiun dan saya akan menunjuk pengganti saya." Suasana terdiam.Para anaknya, menantunya dan para sarjana kelas tinggi mulai berpikir dalam hati, pasti dirinya yang akan diangkat sebagai penggantinya.Lalu ia berkata,"Setelah saya pertimbangkan dengan matang-matang,saya memilih Mr.Setia sebagai pengganti saya. 

Saya melihat bahwa selama saya beri tugas untuk membersihkan ruangan saya, ia melakukan tugasnya dengan sepenuh hati dan penuh sukacita.Saya yakin bahwa ia mampu melanjutkan perusahaan ini dengan baik dan maju.Ia telah setia terhadap perkara yang kecil, maka ia pasti mampu melakukan tugasnya yang lebih besar lagi." Santa Theresia kanak-kanak Yesus diangkat menjadi seorang santa, karena ia setia terhadap tugas-tugas kecil yang diberikan kepadanya dengan sepenuh hati dan penuh sukacita.     
  Yesus bersabda, " ...Barangsiapa setia dalam perkara-perkara yang kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar.."


(Inspirasi:Lukas 16:9-15, 07 Nopember, Suhardi)

Friday, November 6, 2020

Berani Bertanggung Jawab

Saya pernah  mendengar ungkapan bahwa orang jahat lebih pinter daripada orang baik.Orang jahat sering merencanakan dan melaksanakan kejahatannya dengan stategi yang jitu dan perhitungan yang matang serta melakukannya dengan segala tipu daya.Orang baik biasanya melakukan perbuatan baiknya secara spontan.Walaupun demikian, pada suatu saat nanti orang jahat akan menyesali perbuatannya dan mengalami ratap tangis dan kertak gigi.Orang baik akan merasakan sukacita dan bahagia.   

Pada suatu saatnya nanti, kita diminta pertanggungjawaban atas kehidupan kita, seperti seorang bendahara, yang diminta pertanggungjawaban oleh tuannya.Sejauh kita selalu berpegang teguh pada iman, harap dan kasih kita pada Yesus, maka kita akan mampu mempertanggungjawabkan hidup kita, sehingga kita akan merasakan sukacita dan bahagia yang sejati. Memang, tidak ada manusia yang sempurna selama hidupnya di dunia. Pasti,  kita pernah jatuh dalam kelemahan dan dosa.Tetapi itu semua bukanlah menjadi tujuan dalam kehidupan kita dan kita berusaha untuk menyesalinya serta punya niat untuk memperbaharui atas kelemahan dan dosa yang telah kita perbuat yang tidak pantas di hadapan sesama dan Tuhan. Dalam hidup di dunia kita hendaknya berjuang untuk menjadi anak-anak Allah yang cerdik, bukan cerdik dalam kejahatan, tetapi cerdik dalam sikap dan tindakan yang baik,sehingga kelak kita mampu mempertanggungjawabkan hidup kita.


(Inspirasi: Lukas 16:1-8, 06 Nopember, Suhardi )

Demonstrasi Iman

 

Ketika beberapa hari terakhir ini gelombang demonstrasi terus bergelora di Jakarta dan juga beberapa wilayah lain di luar Jawa. Demonstrasi yang ditunjukkan ini lebih pada ekspresi sikap ketidak-setujuan mereka terhadap DPR yang telah mengesahkan undang-undang cipta kerja (Omnibus law).Setelah DPR mengesahkan undang-undang cipta kerja itu banyak tuntutan terutama dari kaum buruh agar undang-undang itu dibatalkan.  Menurut mereka (kaum demonstrans) bahwa undang-undang itu tidak berpihak dan merugikan masyarakat maupun buruk khususnya. Demonstrasi itu melibatkan banyak elemen dan bahkan anak-anak sekolah juga dilibatkan dalam aksi itu. Ketika para demonstran diwawancarai oleh media tentang tujuan berdemonstrasi dan apa esensi dari tuntutan itu, umumnya mereka memberikan jawaban “tidak tahu.”

Mereka melakukan demonstrasi tetapi tidak terlebih dahulu mengetahui secara pasti isi dari undang-undang cipta kerja itu. Cara paling sederhana untuk mengetahui isi undang-undang cipta kerja adalah dengan membaca. Membaca isi undang-uang itu menjadi cara terbaik untuk menilai di mana letak kekuatan dan kelemahan jika undang-undang cipta kerja itu diberlakukan nanti. Hanya sayang bahwa daya baca masyakarat kita masih sangat lemah dan ini menjadi peluang bagi orang-orang tertentu untuk menggiring opini terhadap mereka yang tidak pernah membaca ini. Demonstrasi ini muncul juga karena dipengaruhi oleh penyebaran informasi yang salah terhadap beberapa hal krusial terkait hak-hak buruh. Masyarakat kita adalah masyarakat yang gampang terprovokasi karena minim pengetahuan tentang undang-undang dan lebih mengarah pada sentimen negatif terhadap pemerintahan yang sedang berjalan ini.

Realitas di atas  mau menunjukkan kepada kita bahwa kita berada pada posisi ketidaktahuan tentang apa yang kita tuntut,  apa  yang kita perjuangkan lewat gelombang demonstrasi itu.  Ketidaktahuan tentang undang-undang cipta kerja karena tidak pernah membaca isi dari undang-undang itu, Hal ini   mau menunjukkan kepada kita juga bahwa kita lemah di dalam budaya membaca yang pada akhirnya membawa,  atau menyeret kita pada persoalan  krusial yaitu kita dibohongi.

Kaum buruh saat ini menjadi ujung tombak dari perjuangan demonstrasi itu tetapi sayang bahwa apa yang diperjuangkan itu semestinya tidak harus dilakukan pada puncak pengesahan undang-udang cipta kerja. Demonstrasi dan cara-cara lain dalam  memberikan aspirasi sebaiknya terjadi pada awal pembahasan undang-undang, supaya segala kepentingan tentang kaum buruh dan juga pengusaha bisa terakomodir. Tetapi ingat bahwa setiap undang-undang pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya dan hal ini harus disikap secara bijak oleh para pemangku kepentingan.

Tulisan sederhana ini tidak berfokus pada persoalan demonstrasi semata-mata, tetapi lebih menekankan pada budaya membaca sebagai bagian penting dalam memahami esensi sebuah persoalan. Dengan membaca berarti cakrawala berpikir kita semakin terbuka dan daya analisis terhadap sebuah persoalan semakin tajam. Tanpa membaca maka kehidupan akademik menjadi kering kerontang karena tidak bisa diberi asupan  yang baik melalui bacaan-bacaan yang berbobot. Demikian juga dalam kehidupan rohani, mesti ditopang oleh daya baca kita. Dengan membaca kitab suci dan buku-buku rohani lainnya maka kehidupan rohani selalu dipugar agar kita tidak mengalami desolasi diri. Banyak orang mengalami kekeringan rohani karena mereka tidak melakukan kegiatan rohani seperti berdoa, membaca kitab suci dan buku-buku bacaan lainnya.   

Dari mana kita bisa mengetahui tentang Kristus? Jawabannya sederhana, yaitu dari kitab suci. Kitab suci, baik Perjanjian Lama yang berisi tentang pengalaman iman umat Israel serta ramalan akan datangnya Mesias, dan dalam kitab suci Perjanjian Baru kita mengetahui puncak revelasi Allah dalam diri Yesus. Kehadiran Yesus di dunia untuk mewartakan kabar suka cita dan menyelamatkan manusia melalui pengorbanan diri-Nya di kayu salib. Kisah-kisah biblis penuh makna ini hanya bisa diketahui dengan cara membaca. Dengan membaca kitab suci berarti kita semakin mengetahui Yesus dan beriman kepada-Nya. Cara beriman kita adalah cara yang terarah dan bukan tanpa tujuan. Dalam rentang keheningan di saat membaca kitab suci, sepertinya kita sedang menghadirkan pengalaman iman masa lampau. Iman menggerakan kita untuk mengetahui lebih dalam akan Yesus dan dalam iman pula kita wartakan Kritus di tengah-tengah masyarakat. Kita perlu mendemonstrasikan iman yang hidup agar dunia semakin tahu tentang Kristus.***(Valery Kopong)     

 

 

Thursday, November 5, 2020

BUAH PERTOBATAN

Pertobatan merupakan salah satu karya pewartaan Yesus.Yesus sering mengajak umatNya untuk bertobat,agar layak masuk ke dalam Kerajaan Surga dan Allah sangat bersukacita ketika melihat anak-anakNya menyatakan pertobatannya. Apa arti pertobatan? Pertobatan berarti menyadari bahwa kita adalah manusia yang rapuh,yang mudah jatuh dalam kelemahan dan dosa.Lalu kita mohon rahmat belas kasih dan pengampunan dari Alllah serta kita menyesalinya dan memperbaharui kehidupan kita untuk selanjutnya. 

Apakah setiap umat beriman menyatakan pertobatannya? Ya.Setiap kali kita menghadiri perayaan liturgi,baik ibadat sabda maupun perayaan ekaristi,kita diajak untuk menyatakan pertobatan,agar kita layak datang di hadapan Tuhan.Kita ibarat anak yang hilang,yang merasa tidak pantas datang kepada BapaNya, maka anak hilang itu menyatakan pertobatannya, sehingga Sang Bapa dengan penuh sukacita menyambut kedatangannya. Lalu,di saat kita menerima sakramen pertobatan.Kita datang di hadapan Tuhan melalui hambaNya:Imam/Uskup/Paus.Kita menyatakan kelemahan dan dosa-dosa kita,kita menyesali dan kita mohon silih atas kelemahan dan dosa -dosa kita serta bertekad untuk memperbaharui kehidupan kita. Lalu,melalui pertobatan pribadi untuk memperbaharui hidupnya. Dalam bacaan Injil pada hari ini Yesus menegaskan bahwa Allah Bapa merasa bersukacita terhadap anak-anakNya yang menyatakan pertobatannya. Sudah bertobatkah kita?
(Inspirasi:Lukas 15:1-10, 05 Nopember, Suhardi)

Jalan Sunyi Pengorbanan Diri

 

Beberapa hari terakhir ini dunia sedang digemparkan oleh isu-isu keretakan ketika ucapan Presiden Prancis yang meremehkan kelompok tertentu. Ucapan Presiden Prancis ini terkait dengan karikatur yang memperlihatkan seorang tokoh iman. Rentetan peristiwa ini menimbulkan gejolak bahkan keretakan yang kini menyebar ke pelbagai daerah. Memang sangat sensitif bahwa dengan kehadiran karikatur yang menggambarkan sosok yang diimani, kelompok-kelompok tertentu merasa dilecehkan, tersinggung dan bahkan memperlihatkan kekerasan dengan cara yang paling tragis.  

Hari-hari ini negara Perancis sepertinya  menjadi bulan-bulanan oleh negara-negara lain dan juga terutama pemeluk agama lain yang merasa dihinakan agamanya untuk memberikan protes.  Ada banyak yang sedang yang berdemonstrasi dan menyerukan pemboikotan produk-produk Prancis. Produk  Perancis yang tersebar di seluruh dunia seperti  produk makanan,  tas dan juga barang-barang bermerk lain yang diproduksi dengan label perusahaan-perusahaan Prancis.  Banyak ibu yang memperlihatkan tas-tas mewah bermerk Prancis dan pada akhirnya menggores tas dan bahkan membuang tas itu hanya ingin menunjukkan bahwa dia bersolider dengan dunia untuk mau supaya presiden Prancis berhenti untuk melecehkan kelompok tertentu.

Tas yang dibeli dengan uang sendiri terpaksa harus dikorbankan demi sebuah tuntutan kolektif dan memberikan efek jerah terhadap negara Prancis. Apakah dengan mencampakkan tas itu ke tanah, dengan itu harga diri Perancis menjadi turun? Apakah dengan memboikot barang-barang yang bermerk Prancis maka  negara Perancis mengalami kebangkrutan? Saya kira tidak!  Ketika dunia sedang mengepung dan  memboikot seluruh produk yang berlabel Prancis, mereka sama sekali tidak mengalami satu kesulitan pun bahkan kitalah yang merasa rugi. Mengapa?  Karena ketika  kita membeli tas yang bermerk Prancis, kita tidak pernah meminta uang dari orang Prancis untuk membeli tas itu.  Kita membeli tas itu dengan uang kita sendiri maka ketika kita mencampakan tas itu ke dalam tong tong sampah sebagai bentuk kekesalan,  tetapi kita yang mengalami kerugian sendiri karena tas itu hanya berlabel produk Perancis tetapi kita beli tas itu dengan uang kita sendiri.

Kepekaan  terhadap hidup keagamaan kita masih terlalu jauh dari yang diharapkan. Ketika bersinggungan tentang hal-hal yang menyepelekan agama kita, pada saat yang sama kita akan mengeluarkan kemarahan kita sebagai ekspresi ketidakpuasan kita.  Kalau kita membandingkan beberapa hal berkaitan dengan pelecehan agama terutama berkaitan dengan karikatur yang dibuat oleh majalah “Charlie Hebdo” di Prancis, hampir semua karikatur itu melecehkan beberapa agama. Majalah “Charlie Hebdo” pernah memuat karikatur yang beredar, melukiskan tentang Kristus yang disalibkan. Di samping kedua tangan Yesus yang tersalib dan di atas kepala serta kaki Yesus,  di pasang CCTV (Closed Circuit Television). Ini merupakan bentuk penghinaan yang dilakukan oleh majalah “Charlie Hebdo.”  Apakah dengan peristiwa ini umat Katolik atau umat Kristiani secara keseluruhan memberikan reaksi dan kemarahan pada media yang berlaku tidak baik terhadap Yesus Kristus dengan membuat karikatur yang tidak pantas itu?  Dalam beriman, kita harus berlaku dewasa dan  juga berlaku pasrah dalam kondisi apapun.  Beriman dewasa berarti kita membiarkan iman kita itu dituntun oleh Allah dan pada akhirnya dalam kepasrahan yang total,  kita juga terus “mengada”  dalam sejarah.

Dalam peristiwa pelecehan yang dilakukan oleh majalah di atas, memungkinkan kita sebagai pengikut Yesus untuk tetap memandang-Nya sebagai Tuhan yang menderita.  Peristiwa pelecehan ini tidak lalu merendahkan ke-Allah-an Yesus tetapi justeru dalam kehinaan itu, Allah memuliakan-Nya. Beriman secara dewasa berarti kita tidak perlu mencampuri urusan-urusan yang sepihak yang justru meruntuhkan iman.  Kedewasaan iman juga harus kita tunjukan dengan cara-cara yang elegan dalam menanggapi setiap pelecehan yang terjadi dengan nilai-nilai keagamaan ataupun simbol-simbol yang ada di dalam Gereja.  Apa yang perlu kita contohi melalui kedewasaan iman? Mengapa orang-orang Katolik tidak memberikan reaksi berlebihan ketika Kristus yang mereka imani diolok  bahkan dibuat karikatur yang tidak sepantasnya sebagai seorang yang kita hormati?

Banyak umat lain mempertanyakan tentang sikap diam yang diperlihatkan oleh orang-orang Katolik ketika berhadapan dengan situasi di mana ruang pelecehan itu muncul terhadap agama Katolik. Pada saat yang sama, kita seolah membiarkan tindak pelecehan simbol-simbol keagamaan berlarut dan pada akhirnya menghilang dengan sendirinya. Banyak orang mempertanyakan itu tetapi di sini saya lebih melihat bahwa ada kedewasaan yang tegas antara iman yang berbobot. Bentuk-bentuk pelecehan murahan yang kita jumpai di dalam kehidupan sehari-hari, tidak mengurangi iman tetapi bahkan melalui peristiwa itu dilihat sebagai cara Allah untuk mempertegas keimanan kita akan Yesus Putera-Nya.   

Kristus telah memberikan jalan dan memperlihatkan gambaran diri-Nya yang dilecehkan, disiksa bahkan dibunuh secara tragis oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.  Yesus tidak pernah lari dari peristiwa itu.  Yesus juga tidak pernah mempersalahkan orang-orang yang menganiaya Dia. Dengan sikap diam dan kepasrahan secara total, Yesus tahu bahwa nilai di balik peristiwa tragis yang menimpa diri-Nya pada akhirnya bisa berbuah kebaikan dan bisa berbuah keselamatan bagi orang-orang yang ditebus-Nya.  Kita bersyukur bahwa kita punya Yesus,  kita  punya Tuhan yang kita Imani.  Kita bersyukur bahwa Yesus yang kita imani dan menjadi tokoh penyelamat kita,  tidak memberikan satu hujatan berarti kepada mereka yang menganiaya-Nya.  Yesus tidak memberikan pembalasan terhadap mereka yang dengan caranya tersendiri memperlihatkan kekerasan terhadap diri-Nya.  Di balik ketegaran  hidupnya,  ada rencana Allah dibalik semua peristiwa yang menimpah-Nya.  

Menelusuri jejak Kristus berarti harus berada di jalan sunyi. Kita  sedang merenungkan diri dari arti sebuah pengorbanan dan di jalan tragedi itu Dia menyadari bahwa Dia harus bertahan dan setia dalam penderita itu.  Karena dibalik kesetiaan itu  ada keselamatan baru yang datang dari-Nya,  dari Allah yang telah mengutus-Nya. Misi perutusan-Nya digenapi lewat jalan kesengsaraan itu.  Di sini Yesus telah menunjukkan kepada kita nilai terdalam dari pengorbanan diri dan kita belajar darinya untuk berkorban untuk orang-orang yang ada di sekitar kita.***(Valery Kopong)