INTAN, sinetron fenomenal yang pernah ditayangkan
oleh RCTI menghadirkan sebuah kebohongan publik yang terpendam rapi oleh Rosa,
isteri Rado, yang telah diubah paksa namanya menjadi Aditya. Rado, dalam sebuah
peristiwa kecelakaan, mengalami kebutaan total pada matanya. Kebutaannya
bertahan untuk beberapa lama. Dalam peristiwa lain yaitu kebakaran di salah
satu kafe, ia (Rado) yang ada dalam peristiwa itu diselamatkan oleh Rosa dan
matanya yang buta digantikan dengan mata Aditya, tunangan Rosa
yang lebih dahulu meninggal.
Moment pengalihan mata di atas, menunjukkan
sebuah perhatian intensif dan keterlibatan penuh dalam memaknai keberadaan mata
bagi seseorang. Rado, seperti yang tercuplik dalam sinetron, mengalami “kegelapan
sesaat” dalam peristiwa kecelakaan yang membutakan matanya. Kebutaan matanya
menjadi praisyarat bahwa ruang gerak penglihatannya terkondisi oleh “tembok
kebutaannya.” Dunia bagi Rado setelah buta, berada dalam situasi gelap. Ia
hanya membayangkan dunia sekitarnya berdasarkan rekaman masa lalu saat kedua
matanya melihat secara normal.
Rado dapat menuai keberuntungan baru
dibalik kisah kecelakaan berikutnya. Ia diselamatkan dan kedua matanya
digantikan dengan mata orang lain. Peristiwa penggantian mata ini hanya
diketahui oleh Rosa sendiri karena Rado
sendiri kehilangan daya ingat karena benturan yang menyebabkan kepalanya
terluka dan gegar. Saat amnesia ini menjadi kesempatan emas bagi Rosa untuk membungkus rapi segala kebohongan atas
perenggutan diri Rado dari keluarga dan Intan, tunangannya. Hampir semua orang
yang mengenal pribadi Rado, selalu memanggil Aditya sebagai Rado. Tetapi yang
menjadi alasan mendasar bagi Rosa untuk
membenarkan diri yaitu Rado yang dikenal adalah Rado yang buta. Sekarang ia
sudah dapat melihat, ia bukan lagi Rado melainkan Aditya.
Banyak ungkapan yang mengatakan bahwa “mata
adalah jiwa dari tubuh”. Ungkapan ini menunjukkan bahwa mata dapat memberikan
spirit bagi indera-indera lain. Dengan melihat mata, orang dapat memberikan
penilaian bagi indera-indera yang lain dan terutama kondisi riil kepribadian
seseorang. Lewat mata, seluruh kondisi tubuh diarahkan untuk menelesuri jalan
yang benar. Dalam arti tertentu mata dapat diibaratkan dengan “tongkat” yang
setia menggembala untuk kawanan anggota tubuh lain yang tengah menelusuri
peziarahan hidup ini. Dia (mata) memberi petunjuk dan memberi peluang bagi
anggota tubuh yang lain untuk melangkah. Sebagai anggota tubuh lain yang selalu
ditopang oleh tatapan mata, seharusnya menyadari bahwa kehadiran mata menjadi “motor primum”,
penggerak utama bagi yang lain. Kehadiran mata di tengah anggota tubuh yang
lain, adalah sebuah kehadiran yang istimewa karena melalui mata, ia telah
memperkenalkan pada anggota tubuh lain tentang dunia di luar dirinya.
Apabila melihat sambil tidak merendahkan
anggota tubuh yang lain, mata memegang peranan dan tanggung jawab yang sangat
besar. Dia (mata) adalah koridor utama yang dapat memberikan stimuli bagi
indera yang lain. Ia seakan mengajak anggota tubuh lain untuk terus terlibat
dengan bercermin pokok pada mata. Karena itu, dalam kisah Rado yang kebutaan
mata akibat kecelakaan, menjadi momentum pahit untuk menyadari kisah kehilangan
secara kolektif. Kehilangan mata Rado seakan dapat membunuh masa depannya sendiri.
Ia kehilangan orientasi hidup dan bersikap pasrah pada kenyataan, sambil
menunggu sebuah mujizat yang bakal mendistorsi hidupnya yang terpuruk.
Hidup seorang Rado dalam sebuah episode
sinetron itu memperlihatkan keprihatinan yang mendalam. Ia dibutakan matanya
dalam peristiwa kecelakaan dan dalam musibah lain, ia hadir sebagai Rado yang
sebenarnya. Di sini, dapat terbaca secara jeli akan peta perjalanan hidup Rado
yang begitu getir. Ia disanggupkan untuk kehilangan mata oleh situasi rawan dan
melalui pengalaman lain, ia menerima mata dalam kondisi ignoran. Ia
menderita amnesia, suatu moment yang dimanfaatkan oleh Rosa
untuk mengkondisikan ia sebagai Aditya.
Walaupun belum sadar secara menyeluruh,
Rado yang kini menjadi Aditya, menunjukkan sebuah kelegaan karena menemukan
kembali mata sebagai “mutiara yang telah hilang.” Menemukan mutiara itu adalah
sebuah alasan bagi Rado untuk berbahagia. Menemukan sesuatu dapat dijadikan
tujuan hidup dan perlu mewartakan pada publik tentang apa artinya mengalami dan
menjadi sadar bahwa dirinya telah terselamatkan oleh mata orang lain dan
membuka dunia baru baginya untuk mengenal realitas. Perubahan secara
fundamental menjadi kesempatan baik untuk bertanya diri. Sudah sejauh mana mata
memberikan peranan terhadap kehidupan setiap orang?***
0 komentar:
Post a Comment