(Catatan pesta emas Pater Jessing, SVD di Witihama, 9 Juli 2018)
Seorang imam yang
telah ditahbiskan bukan untuk keluarganya tetapi untuk umat. Karena itu seorang
imam adalah milik umat dan terutama umat yang dilayaninya. Imamat yang diterima
oleh seorang imam adalah sebuah rahmat Allah dan rahmat yang diterima itu
diperlihatkan oleh imam dalam keseharian hidupnya. Menjadi imam tidak hanya
mengurus “altar” tetapi melalui “altar,” seorang imam bisa menimbah kekuatan
untuk membangun kehidupan rohani dan juga kehidupan sosial. Kehidupan imamat
itu menjadi hidup ketika seorang imam sanggup menerjemahkannya dalam praksis kehidupan.
Pater Jessing, SVD sudah membuktika bahwa imamat adalah sebuah pelayanan dan pengorbanan di dalam menggeluti ziarah hidup imamatnya. Kurang lebih 18 tahun Pater Jessing, SVD bekerja di Paroki Witihama – Adonara Timur. Rentang waktu bekerja dalam 18 tahun sungguh diperlihatkan ke hadapan umat yang dilayaninya. Bisa dibayangkan waktu itu, tahun 1970-an, masyarakat Adonara masih terkebelakang dan minim fasilitas, seperti air bersih, dan juga jauh dari pelayanan kesehatan. Melihat kondisi yang memprihatinkan ini maka Pater Jessing berbuat sesuatu untuk warga Witihama. Ada upaya untuk menyediakan air bersih yang dipasang dari beberapa wilayah di sekitarnya, salah satunya pemasangan air bersih dari Wai Lawe (mata air ini milik warga Puhu). Selain itu juga Pater Jessing mendirikan balai pengobatan “Puli Toben – Witihama” dan juga banyak hasil karya lain.
18
tahun berkarya dalam meletakkan basis
iman yang kuat dan membangun
persaudaraan, menjadikan Pater Jessing, SVD terlibat dalam kehidupan
orang-orang Witihama. Orang Witihama menyapanya dengan “Ama Yessing,” mau
menunjukkan kedekatan dan menjadikan pastor kelahiran Jerman itu bagian dari
Witihama. Rasa kedekatan dan menjadi bagian hidup dari “tokan witihama” sungguh nampak
dalam pesta emas imamat (50 tahun) Pater Jessing, SVD. Pater yang tidak
berkarya lagi di Witihama tetapi memilih untuk merayakan pesta emas imamatnya
di Witihama tentu menunjukkan betapa cinta akan masyarakat Witihama yang
dilayaninya selama 18 tahun.
Sebelum
acara puncak 50 tahun imamat, digelar
juga acara “talin,” sebuah tradisi di mana masyarakat Witihama mengantar bahan makanan
lokal untuk digunakan pada acara puncak nanti. Masing-masing desa mengantar bahan
makanan lokal dan melibatkan semua warga, baik yang beragama Katolik maupun
Islam. Kebersamaan umat Katolik dan Islam ini menunjukkan solidaritas yang
mengungkapkan rasa syukur atas pesta emas imamat Pater Jessing. Imamat dalam
konteks tertentu, menjelma menjadi rahmat bersama dan merangkul semua orang
menembus batas perbedaan. Imamat dalam
nuansa pesta rakyat telah memperlihatkan Allah bersama umat-Nya sedang terlibat
dalam kegembiraan dan raya syukur yang mendalam atas kesetiaan Pater Jessing
dalam menapaki panggilan imamatnya.
Walaupun saat ini
Pater Jessing membantu paroki di Texas, Amerika Serikat, namun beliau memilih
untuk merayakan emas imamatnya di Witihama, jauh dari Amerika, jauh dari kehidupan
yang glamour. “Duniaku adalah parokiku” merupakan ungkapan khas Arnold Janssen,
pendiri Societas Verbi Divini (SVD) yang memandang dunia ini terlalu kecil (seperti
sebuah paroki) sebagai ladang pewartaan sabda. Pater Jessing juga memandang
dunia ini adalah sebuah paroki, tempat ia bekerja dan memuliakan nama Tuhan. Proficiat
Pater Jessing, SVD atas pesta emas imamat.*** (Valery Kopong)
Tulisan
Eman Ola
PATER LUDGER JOSEF JESSING, SVD
Ludger Josef Jessing, dilahirkan pada
tanggal 3 Agustus 1935 di kota Horstmar, Jerman.
Anak keenam dari 11 bersaudara (5
saudara dan 5 saudari).
RIWAYAT PENDIDIKAN:
Pendidikan Dasar dan Menengah:
Gradeschool dan Highschool: Agustus 1941 - Maret 1950.
Pendidikan dan Pekerjaan di Sekolah
Teknik: 1950 - 1955.
Pendidikan di Seminari SVD (Gymnasium/College):
1955 - 1960.
Studi Filsafat di Austria: 1960 -
1964.
Studi Teologi di Seminari di Chicago,
Amerika Serikat: 1964 - 1968.
Pater Ludger Jessing ditahbiskan di
Chicago pada tahun 1968.
Setelah itu, ia membantu di paroki di
St. Peterburg, Florida pada tahun 1968 - 1970.
Pada pertengahan tahun 1970, dari
Florida Pater Jessing diutus sebagai misionaris di Indonesia.
Ia tiba di Ende, Flores bulan Agustus
1970. Selama di Ende ia belajar bahasa Indonesia.
Tahun 1971, Pater Jessing diutus dan
ditugaskan menjadi Pastor Paroki Witihama, menggantikan P. Franz Laug, SVD
(1967 – 1971).
Pater Jessing berkarya di Witihama
hingga tahun 1989 (± selama 18 tahun).
Setelah dari Witihama, ia menjadi
Pastor Paroki Watublapi, Sikka, Flores tahun 1989 - 1999.
Selanjutnya ia berkarya di beberapa
daerah di Pulau Jawa dan di Amerika Serikat, yakni :
Pastor paroki St. Yohanes Pemandi,
Surabaya, Jawa Timur: 1999 - 2004.
Pastor pembantu di Malang, Jawa Timur:
2004 - 2005.
Pindah ke Propinsi Selatan Amerika
Serikat: Agustus 2005.
Pastor pembantu di Little Rock,
Arkansas: 2005 - 2006.
Pastor paroki di Vicksburg,
Mississippi: 2006 - 2008.
Pastor paroki di Liberty, Texas: 2008
- 2010.
Studi bahasa Spanyol di Mexico: 2011.
Membantu di paroki-paroki SVD dari
tahun 2012 sampai sekarang dan menetap di Cleveland, Texas.
KARYANYA DI WITIHAMA.
Selama berkarya di Witihama, Adonara,
Pater Jessing banyak membuat perubahan dalam merubah dan menata wajah Witihama
bahkan Adonara.
Karya-karyanya selama di Witihama
antara lain :
Merenovasi Gereja Paroki Witihama.
Membangun jaringan air minum, masuk ke
Desa-desa :
Wai Bele, di Loga Desa Lewopulo, untuk
wilayah Witihama kompleks dalam.
Wai Lawe, di Desa Puhu – Tapobali,
untuk Desa Watololong, Lamaleka, Balaweling, Sandosi, Tobitika, Riangduli,
Tuwagoetobi.
Wai Doko, di Desa Koli Lanan untuk
Wilayah Witihama kompleks dalam. (karena jaringan air minum melewati beberapa
desa di Kecamatan Kelubagolit maka beberapa titik air untuk Desa Lamabunga dan
Adobala).
Membangun jembatan mini di Desa
Waiwurig, (sekarang sudah tidak berfungsi) untuk berlabuhnya kapal yang
mengangkut material.
Litrik Desa, yang digunakan oleh
beberapa desa dalam kompleks Witihama.
Membangun kapela-kapela di stasi-stasi
se- Paroki Witihama.
Membangun sekolah-sekolah mulai dari
TK, SD dan SMA.
Membangun fasilitas kesehatan
Pulitoben Witihama.
Selain karya-karyanya dalam membangun
fisik Witihama (mungkin masih ada karyanya yang lain yang tidak sempat kami
catat), Pater Jessing juga sangat dekat dan akrab serta selalu menjalin
komunikasi dengan tokoh-tokoh adat, tokoh agama baik Islam maupun Katolik,
tokoh-tokoh masyarakat, serta seluruh warga masyarakat Witihama maupun diluar
Witihama.
Sebagai misionaris Pater Jessing telah
meletakan dasar iman umat Katolik di Paroki Witihama. Bersama Agen Pastoral
Tidak Tertabis (Guru Agama Kampung), ia berjalan dari stasi ke stasi siang
maupun malam, melayani Umat Katolik di Stasi-stasi.
18 tahun berada di Witihama dan
seluruh karyanya, membuat umat/masyarakat Witihama sudah mengangap bahwa Pater
Jessing sudah menjadi bagian dari Witihama, beliau sudah dianggap menjadi anak
Lewotanah, sehingga ia selalu disapa AMA JESSING.
Di usia Emas Imamatnya, ia memilih
merayakannya di Witihama, mungkin ia memiliki alasan tersendiri mengapa
dirayakan di Witihama, mungkin baginya Witihama sudah menjadi bagian dari
hidupnya.
Namun bagi orang Witihama, momen ini
merupakan kesempatan emas bagi untuk bernostalgia dengan Pater Jessing.
Jasanya untuk Witihama, memang tidak
akan terlupakan dan tidak bisa terbalas, umat/masyarakat hanya berpartisipasi
dalam merayakan pesta emasnya.
Proficiat Pater Jessing, selamat
merayakan Pesta Emas Imamatmu. Semoga Tuhan selalu menyertai perjalanan dan
karya panggilanmu.
Foto Eman Ola Masan Lamablawa.
Foto Eman Ola Masan Lamablawa.
No comments:
Post a Comment