Tuesday, July 10, 2018

"Duniaku adalah Parokiku"


 (Catatan pesta emas Pater Jessing, SVD di Witihama, 9 Juli 2018)

Seorang imam yang telah ditahbiskan bukan untuk keluarganya tetapi untuk umat. Karena itu seorang imam adalah milik umat dan terutama umat yang dilayaninya. Imamat yang diterima oleh seorang imam adalah sebuah rahmat Allah dan rahmat yang diterima itu diperlihatkan oleh imam dalam keseharian hidupnya. Menjadi imam tidak hanya mengurus “altar” tetapi melalui “altar,” seorang imam bisa menimbah kekuatan untuk membangun kehidupan rohani dan juga kehidupan sosial. Kehidupan imamat itu menjadi hidup ketika seorang imam sanggup menerjemahkannya dalam praksis kehidupan.

          
Pater Jessing, SVD sudah membuktika bahwa imamat adalah sebuah pelayanan dan pengorbanan  di dalam menggeluti ziarah hidup imamatnya. Kurang lebih 18 tahun Pater Jessing, SVD bekerja di Paroki Witihama – Adonara Timur. Rentang waktu bekerja dalam 18 tahun sungguh diperlihatkan ke hadapan umat yang dilayaninya. Bisa dibayangkan waktu itu, tahun 1970-an, masyarakat Adonara masih terkebelakang dan minim fasilitas, seperti air bersih, dan juga jauh dari pelayanan kesehatan. Melihat kondisi yang memprihatinkan ini maka Pater Jessing berbuat sesuatu untuk warga Witihama. Ada upaya untuk menyediakan air bersih yang dipasang dari beberapa wilayah di sekitarnya, salah satunya pemasangan air bersih dari Wai Lawe (mata air ini milik warga Puhu). Selain itu juga Pater Jessing mendirikan balai pengobatan “Puli Toben – Witihama” dan juga banyak hasil karya lain.

          18 tahun berkarya dalam  meletakkan basis iman yang kuat  dan membangun persaudaraan, menjadikan Pater Jessing, SVD terlibat dalam kehidupan orang-orang Witihama. Orang Witihama menyapanya dengan “Ama Yessing,” mau menunjukkan kedekatan dan menjadikan pastor kelahiran Jerman itu bagian dari Witihama. Rasa kedekatan dan menjadi bagian  hidup dari “tokan witihama” sungguh nampak dalam pesta emas imamat (50 tahun) Pater Jessing, SVD. Pater yang tidak berkarya lagi di Witihama tetapi memilih untuk merayakan pesta emas imamatnya di Witihama tentu menunjukkan betapa cinta akan masyarakat Witihama yang dilayaninya selama 18 tahun.
          Sebelum acara puncak 50 tahun  imamat, digelar juga acara “talin,” sebuah tradisi di mana masyarakat Witihama mengantar bahan makanan lokal untuk digunakan pada acara puncak nanti. Masing-masing desa mengantar bahan makanan lokal dan melibatkan semua  warga, baik yang beragama Katolik maupun Islam. Kebersamaan umat Katolik dan Islam ini menunjukkan solidaritas yang mengungkapkan rasa syukur atas pesta emas imamat Pater Jessing. Imamat dalam konteks tertentu, menjelma menjadi rahmat bersama dan merangkul semua orang menembus batas  perbedaan. Imamat dalam nuansa pesta rakyat telah memperlihatkan Allah bersama umat-Nya sedang terlibat dalam kegembiraan dan raya syukur yang mendalam atas kesetiaan Pater Jessing dalam menapaki panggilan imamatnya.

Walaupun saat ini Pater Jessing membantu paroki di Texas, Amerika Serikat, namun beliau memilih untuk merayakan emas imamatnya di Witihama, jauh dari Amerika, jauh dari kehidupan yang glamour. “Duniaku adalah parokiku” merupakan ungkapan khas Arnold Janssen, pendiri Societas Verbi Divini (SVD) yang memandang dunia ini terlalu kecil (seperti sebuah paroki) sebagai ladang pewartaan sabda. Pater Jessing juga memandang dunia ini adalah sebuah paroki, tempat ia bekerja dan memuliakan nama Tuhan. Proficiat Pater Jessing, SVD atas pesta emas imamat.*** (Valery Kopong)


Tulisan Eman Ola

PATER LUDGER JOSEF JESSING, SVD

Ludger Josef Jessing, dilahirkan pada tanggal 3 Agustus 1935 di kota Horstmar, Jerman.
Orang tua Bapak Wilhelmus dan Mama Maria Jessing.
Anak keenam dari 11 bersaudara (5 saudara dan 5 saudari).

RIWAYAT PENDIDIKAN:

Pendidikan Dasar dan Menengah: Gradeschool dan Highschool: Agustus 1941 - Maret 1950.
Pendidikan dan Pekerjaan di Sekolah Teknik: 1950 - 1955.
Pendidikan di Seminari SVD (Gymnasium/College): 1955 - 1960.
Studi Filsafat di Austria: 1960 - 1964.
Studi Teologi di Seminari di Chicago, Amerika Serikat: 1964 - 1968.

TAHBISAN IMAM DAN KARYA MISI :

Pater Ludger Jessing ditahbiskan di Chicago pada tahun 1968.
Setelah itu, ia membantu di paroki di St. Peterburg, Florida pada tahun 1968 - 1970.
Pada pertengahan tahun 1970, dari Florida Pater Jessing diutus sebagai misionaris di Indonesia.
Ia tiba di Ende, Flores bulan Agustus 1970. Selama di Ende ia belajar bahasa Indonesia.

Tahun 1971, Pater Jessing diutus dan ditugaskan menjadi Pastor Paroki Witihama, menggantikan P. Franz Laug, SVD (1967 – 1971).
Pater Jessing berkarya di Witihama hingga tahun 1989 (± selama 18 tahun).

Setelah dari Witihama, ia menjadi Pastor Paroki Watublapi, Sikka, Flores tahun 1989 - 1999.

Selanjutnya ia berkarya di beberapa daerah di Pulau Jawa dan di Amerika Serikat, yakni :
 
Pastor paroki St. Yohanes Pemandi, Surabaya, Jawa Timur: 1999 - 2004.

Pastor pembantu di Malang, Jawa Timur: 2004 - 2005.

Pindah ke Propinsi Selatan Amerika Serikat: Agustus 2005.

Pastor pembantu di Little Rock, Arkansas: 2005 - 2006.

Pastor paroki di Vicksburg, Mississippi: 2006 - 2008.

Pastor paroki di Liberty, Texas: 2008 - 2010.

Studi bahasa Spanyol di Mexico: 2011.

Membantu di paroki-paroki SVD dari tahun 2012 sampai sekarang dan menetap di Cleveland, Texas.

KARYANYA DI WITIHAMA.
 
Selama berkarya di Witihama, Adonara, Pater Jessing banyak membuat perubahan dalam merubah dan menata wajah Witihama bahkan Adonara.

Karya-karyanya selama di Witihama antara lain :
Merenovasi Gereja Paroki Witihama.

Membangun jaringan air minum, masuk ke Desa-desa :
Wai Bele, di Loga Desa Lewopulo, untuk wilayah Witihama kompleks dalam.

Wai Lawe, di Desa Puhu – Tapobali, untuk Desa Watololong, Lamaleka, Balaweling, Sandosi, Tobitika, Riangduli, Tuwagoetobi.

Wai Doko, di Desa Koli Lanan untuk Wilayah Witihama kompleks dalam. (karena jaringan air minum melewati beberapa desa di Kecamatan Kelubagolit maka beberapa titik air untuk Desa Lamabunga dan Adobala).

Membangun jembatan mini di Desa Waiwurig, (sekarang sudah tidak berfungsi) untuk berlabuhnya kapal yang mengangkut material.

Litrik Desa, yang digunakan oleh beberapa desa dalam kompleks Witihama.

Membangun kapela-kapela di stasi-stasi se- Paroki Witihama.
 
Membangun sekolah-sekolah mulai dari TK, SD dan SMA.

Membangun fasilitas kesehatan Pulitoben Witihama.

Selain karya-karyanya dalam membangun fisik Witihama (mungkin masih ada karyanya yang lain yang tidak sempat kami catat), Pater Jessing juga sangat dekat dan akrab serta selalu menjalin komunikasi dengan tokoh-tokoh adat, tokoh agama baik Islam maupun Katolik, tokoh-tokoh masyarakat, serta seluruh warga masyarakat Witihama maupun diluar Witihama.

Sebagai misionaris Pater Jessing telah meletakan dasar iman umat Katolik di Paroki Witihama. Bersama Agen Pastoral Tidak Tertabis (Guru Agama Kampung), ia berjalan dari stasi ke stasi siang maupun malam, melayani Umat Katolik di Stasi-stasi.
 
18 tahun berada di Witihama dan seluruh karyanya, membuat umat/masyarakat Witihama sudah mengangap bahwa Pater Jessing sudah menjadi bagian dari Witihama, beliau sudah dianggap menjadi anak Lewotanah, sehingga ia selalu disapa AMA JESSING.

Di usia Emas Imamatnya, ia memilih merayakannya di Witihama, mungkin ia memiliki alasan tersendiri mengapa dirayakan di Witihama, mungkin baginya Witihama sudah menjadi bagian dari hidupnya.

Namun bagi orang Witihama, momen ini merupakan kesempatan emas bagi untuk bernostalgia dengan Pater Jessing.
Jasanya untuk Witihama, memang tidak akan terlupakan dan tidak bisa terbalas, umat/masyarakat hanya berpartisipasi dalam merayakan pesta emasnya.

Proficiat Pater Jessing, selamat merayakan Pesta Emas Imamatmu. Semoga Tuhan selalu menyertai perjalanan dan karya panggilanmu.
Foto Eman Ola Masan Lamablawa.
Foto Eman Ola Masan Lamablawa.

No comments: