Wednesday, January 2, 2019

Cerita dari Pangkuan Merapi


           “Sekali mendayung, dua atau tiga pulau terlampaui.” Ungkapan ini rupanya mengena dengan perjalanan wisata kami ke Cangkringan-Sleman, Yogyakarta. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah “Stonehenge Yogyakarta”yang letaknya di atas pangkuan Merapi. Tempat ini terbilang sederhana karena hanya merupakan tancapan batu-batu buatan dari semen namun kelihatan natural dan memiliki daya tarik terhadap wisatawan. Banyak pengunjung berusaha untuk berfoto dengan latar belakang batu-batu buatan itu.
Gambar mungkin berisi: Valery Kopong, tersenyum, berdiri dan luar ruangan
Penulis dan ular piton di Jogya Exotarium
Liburan ke Yogyakarta tanpa mengunjungi tempat-tempat wisata, rasanya perjalanan untuk berlibur terasa hambar. Tanggal 22 Desember 2018 kami berlibur ke Yogyakarta dan tidak hanya berdiam diri di rumah yang terletak di Jatimulyo, kota Yogyakarta tetapi hampir setiap hari kami mengisi kegiatan dengan mengunjungi tempat-tempat wisata yang sedang dikembangkan. Tempat wisata pertama yang kami kunjungi adalah daerah Cangkringan – Sleman- Yogyakarta. Tempat wisata yang berada di ketinggian Merapi itu tidak hanya menawarkan suasana seram saat Merapi mulai mengamuk tetapi pada saat-saat teduh, tempat wisata menjadi ramai dikunjungi.
          
  Selesai mengunjungi “Stonehenge Yogyakarta, “ kami lalu bergerak dengan mobil estilo yang kecil namun lincah menuju tempat wisata baru, yakni “The Lost World Castle.” Tempat wisata ini terbilang unik karena berada di tepi jurang yang sudah tertata rapih. Ada beberapa tempat yang disediakan terutama untuk pengambilan foto dengan pemandangan alam yang  indah. Ada dinosaurus buatan dan ada juga  kapal buatan yang besar menghiasi arena wisata itu.  Setelah menikmati dua tempat wisata di atas lereng Merapi itu, kami beranjak pulang dan mencari warung makan. Kami mampir di salah satu warung  soto yang sederhana, terletak di tepi sawah. Suasananya cukup asri dan memikat bagi siapa saja yang mengunjungi warung soto itu. Setelah makan, kami ngobrol sebentar bersama pemilik warung yang kebetulan sama-sama Katolik. Obrolan kami cukup cair karena mungkin dipengaruhi oleh kesamaan agama. Kami juga membicarakan persoalan politik nasional yang semakin hangat bahkan semakin panas.
            Pemilik warung meyakinkan kami agar memilih calon presiden yang sudah terbukti bekerja. Namun untuk menuju kemenangan, perlu ada perjuangan, dan kita punya kewajiban untuk mempromosikan hal-hal baik yang sudah dilakukan oleh Jokowi kepada orang-orang yang kita jumpai. Pesan pemilik warung ini sederhana tetapi memiliki nilai lebih karena baginya memilih seorang pemimpin berarti membiarkan pemimpin itu bekerja dan rakyat yang menilai hasil kerjanya. Wisata kami tidak hanya memandangi alam tetapi wisata kami berubah menjadi wisata polilik yang mengasikkan.  
            Cerita wisata kami tidak berhenti di sini. Hari berikutnya, kami mengunjungi tempat wisata “Jogya Exotarium.”Tempat ini tidak terlalu jauh dari Kota Yogyakarta, tepatnya berada tidak jauh dari jalan Magelang. Keunikan tempat ini adalah menyediakan hewan-hewan langka, seperti ular, tokek, landak dan jenis hewan lainnya. Disediakan juga tempat untuk outbond dan berenang untuk anak-anak. Saya melihat Edmund Narardy Lewo Werang (anak saya yang bungsu) sangat antusias menikmati permainan yang disediakan dalam wahana bermain itu. Wisata kami terakhir, yakni mengunjungi “Tebing Breksi” yang berada di ketinggian dan juga mengunjungi “Candi Ijo.”Memaknai liburan  berarti berusaha untuk mencari tempat-tempat yang eksotik yang berada di lerang Merapi dan tebing-tebing yang berdiri kokoh.*** (Valery Kopong)  

No comments: