Friday, December 17, 2010

Padamu Negeri
Oleh Maria Mathildis Banda
pk/nia
Maria Mathildis Banda
Minggu, 12 Desember 2010 | 19:10 WIB

ADA-ADA saja cara orang merayakan hari anti korupsi dunia, yang jatuh pada tanggal 9 Desember lalu. Ada yang tulis puisi, baca puisi tulisan sendiri, diskusi, seminar, jumpa pers, dan lain-lain. Untuk menyuarakan pekan Anti Korupsi 2010, Kementerian Kelautan dan Perikanan mengadakan lomba puisi dan gambar karikatur dengan tema, "menumbuhkembangkan budaya anti korupsi untuk menjadikan Indonesia produsen ikan terbesar tahun 2015."

"Kreatif sekali ya cara merayakan hari anti korupsi!" komentar Nona Mia sambil membaca puisi Padamu Negeri tulisan Yudi yang di-download dari internet http://old.nabble.com/Hari-Anti-Korupsi-Dunia kemarin pagi. Nona Mia menyanyi dengan irama lagu Padamu Negeri:

Padamu negeri, aku mengabdi

Padamu negeri, aku menghabisi

Padamu negeri, aku korupsi

Padamu negeri, aku mengkhianati

Padamu negeri, aku lariiii

"Ada tambahan bait terakhir... Bagimu negeri, tiada arti lagi..." sambung Benza sambil tertawa.

***
Maunya sih seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengarahkan perhatian pada lomba. Tanpa sadar menanamkan dalam pikiran dan hati karyawannya untuk mengerti satu hal bahwa korupsi itu dalam bentuk apa pun memang enak, tetapi penuh dusta.

"Tetapi puisi yang satu ini terlalu keras diksi dan maknanya," sambung Nona Mia sambil menunjukkan puisi karangan Adi Massardi yang sudah pernah dibaca Adi di halaman kantor KPK sebagai bagian dari aksi keprihatinan nasional setahun lalu.

"Apa judulnya?" Tanya Rara dan Jaki bersamaan.

"Negeri para bedebah!"

"Aduh, mengerikan sekali! Bagaimana isinya?"

***
"Ini dia: Ada satu negeri yang dihuni para bedebah- Lautnya pernah dibelah tongkat Musa- Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah- Dari langit burung-burung kondor menjatuhkan bebatuan menyala-nyala - Tahukah kamu ciri-ciri negara para bedebah - Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah- Tapi rakyatnya makan dan mengais sampah- Atau menjadi kuli di negeri orang - Yang upahnya serapah dan bogem. Orang baik dan bersih dianggap salah- Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan - Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah- Karena hanya penguasa yang boleh marah- Sedangkan rakyatnya hanya bisa pasrah. Jangan tergesa-gesa-mengadu kepada Allah - Karena Tuhan tak akan mengubah apa suatu kaum- Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya - Maka bila melihat negeri dikuasai para bedebah. Usirlah mereka dengan revolusi - Bila tak mampu dengan revolusi, dengan demonstrasi - Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi - Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan..."

"Puisi karangan siapa ya? Berani benar! Apakah tidak takut ditangkap!" Rara mengerutkan kening. Jaki justru membelalak dan berkedip-kedip.

"Adhie Massardi Sekretaris Jenderal Komite Bangkit Indonesia..."

"Orang Indonesia ya?" Semua terheran-heran menyadari ada orang Indonesia yang berani seperti Adi. Bayangkan! Sampai berani mengucapkan "Negeri para bedebah., aduh maaak sudah separah inikah negeri tercinta kita? Tetapi, kalau tidak ada orang yang berani dan nekat untuk mengkritisi dengan akurat situasi bangsa, siapa lagi? Apakah bangsa kita akan dibiarkan terus terpuruk?

"Tetapi memang harus ada orang yang berani..." Nona Mia terpekur.

***
"Apakah kamu juga sudah siapkan puisinya?" Tanya Benza. Cepat-cepat Jaki dan Rara beraksi. Cara yang paling gampang untuk kedua orang muda ini adalah demo. Biar masuk koran biar kelihatan hebat sama orang-orang. Biar kelihatan agak menakutkan meskipun keroposan juga alias tidak kreatif.

"Aku akan baca puisi juga, judulnya Doa Seorang Koruptor karya Asmari Rahman," Jaki tidak mau kalah dengan Nona Mia dan Benza. "Puisi ini pasti terinspirasi dari kasus Gayus nonton tenis di Nusa Dua Bali.

"Bagaimana isinya?"

"Ini dia! Tuhan ... jadikanlah penegak hukum negeri ini sebagai budak harta - agar gampang kusuap dan kuatur putusannya - jadikanlah polisi negeri ini, polisi yang silau matanya melihat kekayaanku - jadikanlah jaksa negeri ini, jaksa yang bisa kuajak kompromi - jadikanlah hakim negeri ini, hakim yang bisa mengatur dan meringankan hukumanku - Jika aku diputuskan bersalah - jadikanlah sipir penjara itu sebagai teman yang baik hati pada ku - agar gampang kuatur ruang tahanku seperti kamar hotel mewah - agar aku bisa pulang mereguk kehangatan tubuh istriku - agar malamku tak sesepi kaum terpidana maling ayam - agar bisa kujalani hukuman ini dengan kepura-puraan - Ya Tuhan ku..."

"Cukup, Jaki! Puisi yang kamu kutip dari siapa? Asmari Rahman? Sudahlah tidak perlu kata-kata yang menyakitkan lagi. Entah puisi entah apa pun. Lebih baik cukup satu puisi saja!" Protes Nona Mia.

***
"Bagaimana menurutmu Benza?"

"Ya, cukup satu puisi saja. Padamu Negeri!"

"Sesuai aslinya atau sesuai dengan Padamu Negeri tulisan Yudi?"

"Yang asli saja. Sesakit-sakitnya hati kita mesti kembali kepada yang asli. Bagimu negeri jiwa raga kami..."

"Bukan padamu negeri aku lari?"

"Bukan!" **

Maria Matildis Banda
Antara Lembata dan Adonara
Minggu, 14 Maret 2010 | 20:24 WIB

Jika Rara berperahu motor dari Larantuka ke Lembata, motor Rara selalu singgah di Adonara. Demikian pula ketika pulang dari Lembata, Rara pun singgah di sebuah pulau ternama, Adonara demi Jaki temannya. Antara Lembata dan Adonara, selayaknya pulau kenangan tak terlupakan, karena masyarakatnya yang ramah tama.
"Itu sebenarnya Lembata," Rara putra asli Lembata bangga bukan main.
"Itu juga sebenarnya Adonara," Jaki tidak mau kalah sebagai putra asli Adonara. Meskipun sudah bertahun-tahun merantau jauh di tanah orang, keduanya tetaplah putra asli daerah yang prihatin dengan berbagai kisah duka dari tanah nenek moyang.
***
Semestinya ada cinta di sana. Tetapi mengapa, Lembata bergelimang air mata duka Langodai dan tambang emas? Adonara tenggelam dalam sengketa saudara? Pemuda Lembata dikenal jujur dan setia. Pahit atau pun manis, biasanya pemuda Lembata siap bertanggung jawab. Pemberani adalah ciri pemuda Adonara. Membela kebenaran itulah Adonara. Namun mengapa mesti dengan parang dan darah?

"Pasti ada sesuatu yang sudah terjadi Lembata," kata Rara dengan wajah murung. "Apakah Lembata sudah kehilangan cinta antarsesama?"

"Ya, mungkin saja karena ada oknum di kampung halaman yang langgar janji setia sesama saudara. Mungkin saja ada oknum di kampungmu yang mau jual perut bumi Lembata yang akan dibongkar. Wah, kasihan dia..." Jaki menduga-duga.

"Ya, dan Adonaramu itu. Sudah kehilangan apakah? Sampai tega dua pihak bersaudara sejak jaman nenek moyang mesti angkat senjata?" Tanya Rara.
***
Ah, Lembata! Seandainya perut bumimu sanggup bicara betapa kaya kandungannya. Namun kekayaan itu bukan untuk diobrak-abrik dan dibongkar, tetapi untuk utuh selamanya memberi tempat hidup anak cucu. Seandainya lautan yang mengelilingimu dan desis ikan dapat menyanyikan lagu kekayaanmu. Tidak perlu ada kepahitan di Lembata. Kekayaan tidak perlu dengan membelah perutmu, tetapi biarlah nyanyian ikan sepanjang waktumu tumbuh dan berkembang turun-temurun. Tidak perlu ada air mata Langodai tuk membuatmu terkenal dimana-mana. Bukankah nyanyian paus dan berbagai jenis satwa laut sudah lama berdendang? Ah, Lembata!

Ah, Adonara! Tidak perlu ada sengketa. Bukankah Desa Lamahala dan Harowura bersaudara sejak jaman dulu. Mengapa kini persaudaraan dan kebijakan yang diturunkan nenek moyang dilanggar sendiri. Mungkinkah karena putra-putri kedua desa sudah terlalu lama memikirkan diri sendiri sehingga lupa menyapa leluhurnya?
***
"Hanya cinta keluarga yang sesungguhnya ada di Lembata dan Adonara," demikian kata Nona Mia sahabat Jaki dan Rara. Namun mengapa persaudaraan mesti ternoda.

"Ketika kekuasaan dan kepentingan pribadi dan kelompok digenggam secara membabi buta, jangan heran kalau sengketa yang terjadi," sambung Benza.

Seharusnya ada kisah kasih di sana. Tetapi mengapa, Lembata terus dijadikan sengketa oleh orang-orang Lembata sendiri? Ketika sesama saudara rela membunuh dan menghancurkan. Ada apa dengan Lembata? Satu dua kasus saja, sesungguhnya menjadi pertanyaan besar bagi penghuni pulau yang konon berperutkan emas permata- di pulau terbesar yang paling dekat dengan Flores itu? Ada apa pula dengan Adonara, yang sedang berjuang untuk menjadi Kabupaten sendiri. Bagaimana bisa berjalan mulus kalau belum-apa-apa sudah baku hantam?
***
"Jangan tambah panas!" Potong Nona Mia dengan perlahan. "Bumi sudah begini panas, persoalan sudah begitu panas, perang tanding dan vonis pengadilan sudah membakar bumi. Jangan bikin tambah panas lagi!"
"Tetapi aku mesti pulang!" Jaki dan Rara hampir bersamaan.
"Pulanglah membawa damai," kata Benza.

"Pulanglah membawa cinta untuk Adonara," kata Nona Mia. "Syukurlah, tokoh adat kedua belah pihak sudah siap berdamai demi anak cucu," sambung Nona Mia lagi.

"Pulanglah... dan hembuslah angin surga untuk Adonara dan Lembata," kata Benza.
"Angin surga?" Tanya Jaki.
"Dari mana kubawa angin surga?"

"Dari hati orang Lembata dan Adonara yang aslinya suka damai..."
"Ooooh aku suka damai?" Tanya Rara.
"Apakah benar aku juga suka damai?" Tanya Jaki.
Tanyalah pada Lembata dan Adonara. *

Thursday, December 9, 2010

Anak senaren,,,,,,,,,,,
Hari ini hujan.
Hatiku tiba2 rindu pada kaki kecilmu yg telanjang menapaki lorong2 smbil berlari ke arah Ile Boleng.
Kuingat jg senyummu selepas bermain hujan,,sama hangatnya dgn tubuhmu yg dibaluti KEWATEK tenunan ibumu.Hangat,,,tapi engkau lebih suka berdiang dekat perapian tmpt ibumu GAE WATA.Kau nikmati kalor yg beradiasi lgsung k kulitmu.
Dan ktka mlm mengusir senja........,,kau rebahkan tubuh mungilmu di bale bambu buatan tangan ayahmu,smbil m'dgr cerita klasik "KELAKE ADO PEHAN-KEWAE SEDO BOLENG' pengantar tidur faforitmu.

Aku bangga padamu.........
Kakimu yg kecil tak bisa diam,dan tanganmu yg mungil tp kekar mengayun parang dan tombak seirama dgn gong gendang yg ditabu.TARIAN HEDUNG kau tarikan dgn perkasa.

Onek peteno anak senaren......
tapi kini kau tak di sini.Langkahmu kini tak kecil lagi.Kau kejar mampimu DOAN LAU SINA JAWA.Terhimpit kau di antara arus globalisasi dan modernisasi yg laju..,,smpai terengah-engah napasmu mempertahankan nilai2 budaya yg tertanam di nadimu.
Aku takut kau terseret...Aku takut kau lupa pada hangatx KEWATEK tenunan ibumu,,jg guri renyah WATA KENAE ibumu,bale bambu buatan tangan terampil ayahmu,,serta alunan gong gendang yg m'ajkmu menari HEDUNG.

Tapi akhirnya aku sedikit lega,,,,melihat ank2ku berkumpul menikmati WATA KENAE smbil brcakap-cakap ttg pentingx budaya leluhur sebagai filter utk pengaru2 luar.,berdiskusi ttg LEWOTANA hari ini,Aku lega melihat ank2ku mempersiapkn diri utk Lewotana di msa mendatang.

Tapi jgn puas dlu anakku....
masih byk tugasmu.msh byk y hrus kau persiapkn utk ADONARAmu.tak cukp hanya dgn bercakap-cakap.Tak ckup dgn berdiskusi sja.Kau harus lebih byk bljar lg...berjnjilah pdku.
Ktika kau kembali ke pertiwimu,,tanganmu yg dulu kcil harus mampu m'bwa sdkt sj perubahan utk Lewotana.perubhan k arah yg lbh baik tntunya.Sedikit sja,,,aku tak menuntutmu byk.

Generasiku...........
Kau anak zaman...bukan budak zaman.
Budak zaman m'jd hamba perubahan dan terseret dlm lingkaran yg kdg tak sejalan dgn nilai2luhur budayanya.
Tapi anak zaman...kritis memilah-milah mana yg baik utk dirinya dan bangsanya,,dan mana yg tak baik.


BERITA

Megawati Didampingi Miranda Goeltom ke Buleleng

Megawati Didampingi Miranda Goeltom ke Buleleng

Singaraja, 9/12 (ANTARA) - Mantan Presiden RI Megawati Soekarnoputri yang belum lama mengunjungi keluarga besarnya di Bale Agung Singaraja, kembali hadir ke wilayah Kabupaten Buleleng tersebut didampingi Miranda S Goeltom.

Kontributor ANTARA dari wilayah utara Bali itu, Kamis melaporkan, kunjungan Megawati yang juga Ketua Umum DPP PDIP, bertepatan umat Hindu menyambut Hari Raya Galungan dengan masa libur fakultatif bagi instansi pemerintah maupun swasta selama tiga hari, 7-9 Desember ini.

Namun sama seperti kunjungan sebelumnya, pihak Megawati menyatakan bahwa misi kunjungan tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan politik, termasuk kaitan menyongsong Pilkada Buleleng tahun 2012.

Disebutkan bahwa Megawati Soekarnoputri bersama Miranda Swaray Goeltom dan rombongan menyempatkan melihat-lihat sejumlah obyek wisata di Kabupaten Buleleng.

Meski tidak ada misi politik, Megawati dijamu makan malam oleh Bupati Buleleng Putu Bagiada yang didampingi Ny Sayang Bagiada, Wakil Bupati Made Arga Pynatih, Sekab Ketut Gelgel Ariadi dan pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD), termasuk para camat setempat di Hotel Puri Bagus.

Sedangkan dari kader partai, tampak hadir anggota DPR RI Wayan Koster, Ketua DPC PDI Perjuangan Dewa Nyoman Sukrawan yang juga Ketua DPRD Buleleng, serta anggota legislatif lainnya dari Fraksi PDI Prjuangan.

Baik Wayan Koster, Dewa Nyoman Sukrawan maupun Dewa Mahayana yang juga kader PDIP dari Buleleng, menjelaskan bahwa kunjungan Megawati ke "Bumi Panji Sakti" itu sebagai kegiatan biasa guna melihat lebih dekat perkembangan daerah tersebut.

"Kendati Buleleng tahun 2012 menggelar pemilihan bupati-wakil bupati, namun kunjungan Ibu Mega kali ini tak terkait hal itu," kata Wayan Koster menandaskan.

Hal itu juga dibenarkan oleh Ketua DPC PDIP Buleleng Dewa Nyoman Sukrawan.

Dari informasi sejumlah informasi, Megawati juga dijadwalkan mengunjungi keluarganya di Bale Agung Kelurahan Paketan, sekaligus menyaksikan upacara "Piodalan Agung" (peringatan tahunan) di Pura Desa Buleleng.

Dari Pura Desa Buleleng yang lokasinya berdekatan rumah keluarga besar Megawati, mantan Presiden RO itu bersama keluara selanjutnya dijadwalkan menuju kawasan Pantai Lovina, salah satu obyek wisata yang terkenal dengan kemunculan koloni ikan lumba lumba berwarna hitam-putih saat pagi buta.

Sementara itu saat jamuan makam malam, Megawati beserta keluarga dihibur oleh penampilan seniman muda dari kalangan pelajar SMA di Buleleng, yang membawakan tari taruna jaya, sekar jagat, cenderawasih, termasuk paduan suara Pemkab Buleleng.

Menambah keakraban suasana, Megawati dan Miranda juga tampil, masing-masing membawakan sebuah lagu, kemudian diikuti penampilan Wakil Bupati Made Arga Pynatih, para pimpinan SKPD serta Camat.

Bola Kini Ada di DPR

Bola Kini Ada di DPR

Liputan6.com, Jakarta: Pro dan kontra terkait pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang Rancangan Undang-undang Keistimewaan Yogyakarta yang akan segera diajukan ke DPR terus berlanjut. Sebagian menilai pernyataan Presiden soal monarki dan beberapa pasal dalam draft RUU tersebut telah mengabaikan jasa Keraton Jogja pada Republik Indonesia.

Hal itu terlihat dari Pasal 11 RUU yang menempatkan Sultan Hamengkubuwono dan Paku Alam hanya sebagai simbol dan penjaga budaya serta pemersatu warga Jogja. Sedangkan kepala pemerintahan yaitu gubernur dan wakil gubernur dipilih sesuai dengan perundang-undangan.

Namun, tak sedikit pula yang sepakat dengan gagasan pemerintah. Kendati demikian, perjalanan RUU ini menuju sebuah undang undang masih panjang. Sebelum disahkan, RUU tersebut akan dibahas para wakil rakyat di Komisi Pemerintahan DPR.(ADO)

BERITA

Adik Sri Sultan Hengkang dari Demokrat

Liputan6.com, Yogyakarta: Gusti Bendoro Pangeran Haryo Prabukusumo, adik Sri Sultan Hamengku Buwono X, Rabu (8/12) malam, secara resmi mengundurkan diri dari jabatan selaku Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia sekaligus keluar dari keanggotaan partai tersebut.

"Alasan pengunduran diri saya ini karena ada perbedaan pemahaman tentang Rancangan Undang-undang Keistimewaan (RUUK) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), antara sikap politik saya dengan kebijakan DPP Partai Demokrat," kata Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Prabukusumo.

Menurut dia, sikap politiknya selama ini sudah jelas, yakni sejalan dengan amanah ayahandanya yaitu mendiang Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan mendiang Sri Paduka Paku Alam VIII serta almarhum Presiden Pertama RI Soekarno. Mereka pernah mengamanatkan penentuan Gubernur DIY melalui penetapan, bukan pemilihan.

"Saya harus menjaga harga diri almarhum ayahanda, dan Sri Paduka Paku Alam VIII, sebagaimana yang tertuang dalam Amanat 5 September 1945, yakni menyerahkan kekuasaan nagari dalem ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sehingga tidak mungkin saya mengkhianati ayahanda," katanya.

Ia mengatakan arti dari amanah tersebut adalah adanya pengorbanan harga diri dari Sultan HB IX dan Paku Alam VIII yang dulunya merupakan penguasa penuh, dan hanya menjadi gubernur dan wakil gubernur," katanya. "Dengan jadi gubernur dan wakil gubernur, yang tadinya kekuasaan penuh menjadi terbatas, karena harus taat pada UUD 1945, keppres dan undang-undang lainnya. Ini merupakan pengorbanan harga diri, apa iya sekarang masih mau dipotong lagi," katanya.

Prabukusumo mengatakan dalam amanat tersebut terjadi posisi tawar, yakni tetap menjadi orang yang berkuasa penuh di wilayahnya. "Jika hal ini menjadi tolok ukur pemerintah, maka sebenarnya masalah ini akan selesai, namun jika itu dikurangi lagi maka ini sudah melenceng dari amanat," katanya.

Lebih jauh ia mengatakan, tawaran pemerintah untuk menjadikan Sultan dan Paku Alam sebagai orang yang dihormati di atas gubernur dan wakil gubernur adalah hanya rekayasa dan menjadikan mereka seperti macan ompong. "Dengan konsep seperti itu, maka membatasi Sultan dan Paku Alam dengan rakyatnya," katanya.

Rencananya pengunduran diri tersebut juga akan diikuti dengan penyerahan kartu tanda anggota (KTA) Partai Demokrat yang akan diserahkan di Kantor DPD Partai Demokrat pada Kamis pagi. "KTA saya akan saya serahkan kepada orang yang paling saya percaya dan menjadi panutan kami selama ini di jajaran DPD Partai Demokrat DIY, dan nanti pengurus daerah yang akan mengembalikan KTA saya ke pusat," katanya.

Menurut dia, selain alasan tersebut dirinya juga merasa sakit hati atas ucapan salah satu pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Ruhut Sitompul dan pengurus lainnya terkait dengan istilah darah biru serta dari Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi yang cenderung berubah-ubah.(ANS/Ant)

HUMOR

KARANGAN
Redaksi VERBUM, sebuah majalah milik guru-guru Agama Katolik Provinsi Banten, pada beberapa waktu lalu dikirimi email oleh Bimo, salah seorang pembaca. Ia menawarkan tentang karangan yang akan dikirimnya. Kebetulan emailnya aktif bersamaan dengan aktifnya email redaksi, maka kami coba chatting bersama.
Bimo: “Boleh engga, aku kirim karangan?” kata Bimo pada redaksi VERBUM lewat chatting
Redaksi: “Boleh. Karangan dalam bentuk cerpen, opini atau?
Bimo: “Tidak, berbentuk karangan bunga. Aku mau ucapkan turut berduka cita atas meninggalnya nenek saya.”
Redaksi: ???????

HUMOR

HORMAT BENDERA

Bapak Markus adalah seorang guru di SD Suka Jadi. Dalam bekerja, ia selalu tidak senang terhadap rekan gurunya bernama Totok. Suatu ketika di hari Senin pagi, kebetulan ada apel bendera, mereka semua, baik guru maupun siswa-siswi ramai-ramai mengadakan upacara bendera. Ketika bendera sedang digerek naik, Bapak Markus yang bertindak sebagai pemimpin upacara harus mengarahkan peserta untuk menghormati bendera.

Bapak Markus: “Kepada bendera merah putih, hormaaaatttttt, kecuali Bapak Totok, grak….!

Totok: “Kok, kecuali saya yaaaaaaaaaa?”

Monday, December 6, 2010

BERITA

Wah, Palestina Bantu Israel Memadamkan Api


REPUBLIKA.CO.ID, HAIFA--Regu pemadam kebakaran Palestina membantu Israel memerangi kebakaran hutan besar di Perbukitan Carmel, Israel utara. Demikian dikatakan Presiden Palestina, Mahmud Abbas Sabtu waktu setempat (4/12).

Abbas dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saling menghubungi lewat telepon, berbicara tentang kebakaran. Menurut Netanyahu negara tetangga harus saling membantu. Ia selanjutnya mengatakan pembicaraan berlangsung damai.

Kebakaran terjadi Kamis pagi (2/12) dan telah menelan sedikitnya empat puluh jiwa. Kebanyakan korban adalah penjaga penjara, yang sedang dalam perjalanan pulang naik bus. Kebakaran juga telah menghancurkan lahan seluas 34 kilometer persegi dan empat juta pohon.

Akibat kekurangan material, Netanyahu Jumat (3/12) meminta bantuan luar negeri. Masyarakat internasional secara massal menangapi permohonan itu dan mengirim lebih dari sepuluh pesawat pemadam kebakaran. Yunani, Rusia, Bulgaria, Amerika Serikat, Yordania, Siprus, dan Azerbaijan memberikan bantuan. Belanda mengirim helikopter pemadam kebakaran ke kawasan bencana yang kemungkinan tiba di sana Senin (6/12).

Kendati semua bantuan datang, Israel memperkirakan masih membutuhkan waktu satu pekan sebelum bisa mengendalikan api.

BERITA

Pemerintah Rumuskan Kewenangan Sri Sultan



Pemerintah Rumuskan Kewenangan Sri Sultan

Liputan6.com, Jakarta: Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan, pemerintah sedang merumuskan pembagian kewenangan antara Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dalam draf sementara Rancangan Undang-Undang Keistimewaan. "Nanti kita akan bagi, itu yang akan kita rumuskan sampai hari Senin, apa saja kewenangan Sultan. Yang pasti, Sultan tidak hanya sekadar menjadi simbol seperti di beberapa negara lain," katanya, di Jakarta, Jumat (3/12).

Pemerintah dalam draf sementara RUUK, menegaskan pada prinsipnya Sultan dan Paku Alam tetap memegang posisi orang tertinggi yang memiliki kewenangan khusus sesuai keistimewaan Yogyakarta. Namun, untuk posisi Gubernur DIY sebagai penyelenggara pemerintahan, dipilih secara demokratis sesuai undang-undang, dengan kewenangan tertentu.

"Sultan dan Paku Alam memegang posisi orang nomor satu di DIY dan memiliki kewenangan khusus. Sementara gubernur sebagai penyelenggara pemerintahan, itu harus dipilih karena dalam UUD ditegaskan agar dipilih secara demokratis," katanya.

Mendagri menjelaskan, tidak menutup kemungkinan bagi Sultan untuk mengajukan diri sebagai calon kepala daerah. Jika Sultan mendaftarkan diri sebagai calon kepala daerah, lanjut Mendagri, maka ada kekhususan yang diterapkan. Menurut dia, kekhususan yang diterapkan di DIY terkait dengan pemilihan gubernur tetap disesuaikan dengan prinsip-prinsip demokrasi.

Namun, kekhususan ini hanya diberikan untuk Sultan. "Ia (Sultan) tidak perlu memenuhi syarat mencalonkan diri yang ada, seperti tidak perlu mendapatkan 15 persen suara," katanya. Apabila Sultan hanya satu-satunya calon gubernur untuk DIY, maka DPRD dapat langsung menetapkannya sebagai kepala daerah.

"Ini yang kita tawarkan ke DPR. Jadi di situ demokrasi terakomodir, Pasal 18 UUD terakomodir dan keistimewaan Yogyakarta. Dalam tata cara pemilihan pun diberikan keistimewaan," katanya.(ADO/Ant)