Monday, April 4, 2016

KESABARAN MEMBAWA KEBERHASILAN

Tanggal 17 Agustus semakin dekat. Hari yang sungguh ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia. Banyak orang yang berlomba-lomba untuk memeriahkan hari 17 Agustus. Sama  dengan  masyarakat  Desa  Balingga. Masyarakat Desa Balingga sangat menginginkan untuk ikut memeriahkan hari kemerdekaan Indonesia tersebut namun sayang desa terpencil yang jarang dikenal orang itu memiliki perekonomian  yang buruk. Maka tak heran bila masyarakat di sana tak bisa ikut merayakan hari besar Indonesia tersebut. Dulunya desa tersebut mimiliki banyak sumber daya alam yang dapat membantu perekonomian di sana. Namun sayang, banyak masyarakat kota yang datang dan merusak sumber daya alam di sana.
            Sama juga dengan anak-anak di SMP Bangkit Jaya. Anak-anak di sana sudah berusaha untuk mengumpulkan uang agar dapat membuat masyarakat Desa Balingga merasakan kemeriahan HUT kemerdekaan Indonesia tersebut. Namun sayang, uang yang mereka kumpulkan selalu habis untuk biaya pembenahan sekolah mereka. Ya, memang sekolah mereka sudah berdiri sejak lama, sehingga tak heran bila banyak dinding-dinding yang rusak dan atap mereka juga sering kali bocor, sehingga anak-anak di sana sering libur ketika musim hujan.
            Fauzan, anak berusia 13 tahun itu sudah banyak membantu sekolah SMP Bangkit Jaya untuk mengumpulkan biaya yang dibutuhkan bagi sekolah. Ia sering jalan kaki untuk pergi ke kota yang jaraknya 6 km dari desanya  untuk menjual hasil karya warga Desa Balingga yang dapat membantu sedikit perekonomian mereka. Fauzan sendiri sudah lama membantu perekonomian di Desa Balingga. Sejak umur 5 tahun ia sudah membantu ibunya untuk pergi ke kota dan menjual hasil karya tangan masyarakat di sana.
            Fauzan sangat menginginkan bisa memeriahkan acara 17 Agustus tahun ini, namun masih banyak keperluan yang dibutuhkan oleh desanya. Fauzan tidak bisa berharap banyak. Ia tahu bahwa perekonomian desa mereka tidak terlalu baik. Fauzan memiliki 2 orang teman baik yang sering membantunya. Mereka adalah Nita dan Bagas. Mereka sering membantu Fauzan untuk menjual barang-barangnya ke kota.
            Hasil penjualan mereka tidak terlalu bagus, mereka sering dicaci maki oleh para pembeli karena barang mereka tidak berkualitas. Namun mereka tidak mementingkannya, mereka hanya menganggap bahwa hal tersebut merupakan suka-duka para pedagang. Bahkan kadang kala barang-barang mereka tidak terbeli satupun. Kepala desa di sana sungguh bangga pada kebaikan hati mereka. Mereka bersedia untuk membantu para warga dan tidak pernah mengharapkan imbalan.
            Suatu hari ketika mereka datang ke kota, tiba-tiba ada segerombolan motor yang datang menghampiri mereka. Fauzan menyambut segerombolan motor tersebut sambil tersenyum dan berharap mereka mau membeli barang-barang yang dijualnya. Namun tak disangka mereka malah mencaci maki Fauzan dan teman-temannya sambil menghancurkan barang dagangan mereka. Mereka mengatakan bahwa barang tersebut tidak berharga dan tidak bermutu, bahkan mereka katakan bahwa Fauzan dan teman-temannya hanyalah segerombolan tikus yang hanya mengusik warga kota.
            Fauzan sangat sakit hati. Ia tak bisa berkata-kata. Ia hanya mengelus dada untuk meredakan amarah mereka. Karena mereka tahu bahwa marah tidak akan bisa menyelesaikan masalah. Mereka sungguh terkejut dengan perilaku warga kota. Padahal menurut mereka warga kota lebih berpendidikan tetapi sama sekali tidak punya etika. Mereka sangat kaget, warga kota yang dikira ramah ternyata sangat berbeda dari bayangan mereka. Fauzan dan teman-temannya sangat kaget sekaligus sedih. Namun semua sudah terjadi dan tidak ada yang dapat mengubahnya.
            Ketika mereka kembali ke rumah, di perjalanan mereka menemukan salah seorang remaja yang tadi mengejek mereka sedang tergeletak pingsan di jalan. “Sepertinya ia sudah dirampok!” kata Fauzan. Sebenarnya mereka masih sakit hati atas perlakuan yang diterima mereka saat mereka ke kota. Namun mereka tidak mempedulikan ego mereka dan segera membawanya ke Desa Balingga. Wajahnya berlumuran darah dan bajunya sudah sobek. Remaja tersebut benar-benar dalam keadaan bahaya.
            Sesampainya di sana, warga Desa Balingga mendadak heboh. Banyak warga yang tidak terima ada warga kota yang ada di desa mereka. Mereka takut, desa mereka akan dirusak oleh orang-orang kota yang tidak bertanggung jawab. Ada juga yang menerimanya karena remaja tersebut dalam keadaan kritis. Remaja tersebut segera dibawa ke rumah kepada desa untuk mendapatkan pengobatan. Mereka juga membuat obat herbal untuk menolong remaja tersebut. Untungya remaja tersebut cepat bangun dari pingsannya dan berkata pada Fauzan yang kebetulan duduk di sampingnya. “Bukannya kamu yang tadi kami ejek?” katanya. “Sudah, lupakan saja hal itu, sekarang yang terpenting kamu sudah bangun  dan bisa istirahat yang cukup agar besok kamu dapat menelpon keluargamu untuk menjemputmu pulang, “jawab Fauzan.
           

Friday, April 1, 2016

POLITIK ITU….

Socrates, bapak pencetus ilmu politik  di negara pendekar demokrasi, Yunani memiliki konsep yang jernih tentang politik. Menurutnya politik merupakan sebuah seni untuk menata kehidupan bersama. Kalau politik merupakan sebuah seni maka para politisi juga merupakan para seniman yang memiliki keahlian dalam menata dan mengatur kehidupan bersama itu agar terlihat rapih dan berjalan secara harmonis. Sebuah kelompok masyarakat yang hidup bersama sangat membutuhkan pelbagai perangkat yang bernama aturan untuk menata pola tingkah laku hidup manusia yang berujung pada satu harapan yakni masyarakat bisa tentram dan aman.
Para politisi yang terjun dalam dunia politik mestinya tahu tentang perangkat aturan yang akan dipakai sebagai cara sederhana dalam menata kehidupan bersama itu. Apakah para politisi yang telah lolos masuk ruang dewan terhormat memiliki kapasitas untuk memikirkan dan melahirkan aturan-aturan yang bisa dipakai untuk menata kehidupan bersama itu? Memang kita tahu ada banyak perangkat yang telah dihasilkan tetapi perlu juga adanya monitoring dari pelaksanaan aturan itu dan seberapa jauh membuat evaluasi terhadap aturan yang berlaku, apakah aturan itu memenuhi rasa aman dan adil, ataukah kehadiran aturan itu masih jauh dari harapan dan perlu adanya pembenahan sesuai tuntutan zaman?
   Dengan perkembangan teknologi yang berpengaruh pada pola kehidupan masyarakat saat ini maka perangkat aturan yang bisa digunakan untuk mengelola kehidupan bersama akan mengalami pergeseran. Contoh sederhana masalah kebebasan berpendapat. Kalau sebelum adanya media-media sosial, kebebasan berpendapat untuk mengkritik orang lain terkesan masih terbatas dan bersifat lokal. Tetapi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menjamur, kebebasan berpendapat bahkan kebebasan mencela orang lain jauh lebih terbuka dan menyerang siapa aja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Sebut aja ciutan orang-orang penting di twitter yang memberikan kritik terhadap lawan politiknya bisa dibaca oleh siapa saja dan lebih terbuka. Dengan kehadiran media sosial ini,  masyarakat umum bisa menilai karakter dan kepribadian orang lewat bahasa yang digunakan saat menyampaikan ide atau gagasan yang digunakan lewat media sosial.  

Thursday, March 31, 2016

“API UNGGUN” ITU TERUS MENYALA

Membaca tiga buku, yakni Api Unggun, Be a Leader (Sang Pemimpin) dan Surau Kecil Berdinding Bilik, pikiran pembaca terus tertuju pada penulisnya, Drs.H.Teteng Jumara, MM.  Memang sudah lama beliau menggeluti dunia sastra dan sastrawan yang mengilhami dan menginspirasinya adalah Pramoedya Ananta Toer, Sutardji Calzoum Bachri dan Ernest Hemingway. Tiga sastrawan kawakan ini memang memberikan spirit tulisan yang berbeda. Pramoedya Ananta Toer, sastrawan yang pernah dibuang di pulang Buru itu sangat kritis terhadap pemerintah melalui novel-novel yang dihasilkannya. Sedangkan Sutardji Calzoum Bachri adalah penyair kontemporer yang mendobrak kemapanan dalam berkreasi. Karena itu di tangan Sutardi, ada kreasi baru dalam berpuisi.

Wednesday, March 30, 2016

DEWASA DALAM COBAAN HIDUP


                Kisah perjanjian Lama, melukiskan pengalaman iman umat Israel tentang Yahwe (Allah orang Israel) yang senantiasa menyertai mereka dalam setiap detak kehidupan. Pengalaman perjumpaan dan keterlibatan Yahwe dalam kehidupan bangsa Israel, dituturkan  secara turun-temurun dalam lingkup keluarga dan masyarakat. Kisah Bapa-Bapa bangsa dan peristiwa eksodus bani Israel dari Mesir dan disusul dengan pengembaraan mereka selama 40 tahun, menjadikan pengalaman ini sebagai pengalaman kolektif yang tidak pernah hilang dari ingatan sejarah.
                Kisah yang ditutur secara lisan ini bertahan untuk beberapa generasi dan selanjutnya ditulis sebagai cara untuk mendokumentasi seluruh pengalaman hidup itu. Kisah penciptaan alam semesta dan manusia, ditulis dengan amat baik dalam kitab genesis (kejadian). Allah berperan penting dan yang  menjadi tokoh sentral dari narasi penciptaan itu. Allah dilukiskan sebagai Allah yang berperan, terlibat dalam seluruh peta penciptaan alam semesta. Mengapa Allah terlebih dahulu  mempersiapkan alam semesta dan isinya dan manusia diciptakan Allah paling akhir?
               

Tuesday, March 29, 2016

DUA SAHABAT BERBEDA WAJAH TAPI JUMPA WAKTU KEMBALI


(Obituari Buat Sahabat Rm. Frans Amanue, Pr dan Bapak Felix Fernandez)
Sabtu siang, 26 Maret 2016, selagi mempersiapkan diri untuk perayaan Malam Paskah, saya tersentak mendapat kiriman sms dari seorang sahabat di paling ujung Timur Nusantara. “Sahabat Amanue telah kembali kepada Yang Benar … di RSUD Larantuka. Barusan. Doakan !”. Tiga hari sebelumnya, Rabu siang, 23 Maret 2016, saya sudah dikejutkan dengan sms dari sahabat yang sama, “Mohon doa 1 x Bapa Kami dan 3 x Salam Maria untuk Sahabat Bapak Felix Fernandez”. Dia merasa terdorong untuk menyampaikan kepada saya dan teman-teman yang lain berita duka tentang dua sosok pribadi ini. Mereka berdua pernah berbeda bahkan berseberangan dan jadi catatan sejarah Lewotanah Flores Timur, dan kami terlibat dan menjadi bagian di dalamnya. Rm. Frans Amanue, Pr menjadi sahabat kami dalam MENSA (Menjadi Sahabat), kelompok pastor Keuskupan Larantuka yang mengambil posisi penyuara kritis terhadap Bapak Felix Fernandez, “sahabat” yang menjadi Bupati Flores Timur kala itu. Kedua sms itu seakan membawa saya kembali membuka catatan sejarah itu sekedar mengenang lagi kedua sahabat terkasih.
Dua Wajah Berseberangan
Yang bisa dibilang sebagai casus belli perseberangan adalah banjir badang yang melanda kota Larantuka di awal tahun 2003. Sebagai Bupati, Bapak Felix Fernandez, SH CN (FF) melaporkan dan mengajukan proposal ke pusat untuk penanganan tanggap darurat dan rehabilitasi-rekonstruksi Kota Reinha. Usulan anggaran biaya tak tanggung-tanggung untuk kurun waktu itu, yakni 90 miliar lebih. Oleh Rm. Frans Amanue, Pr (Amanue), perhitungan yang jadi dasar proposal dianggap tidak masuk akal. Semisal, ruas panjang jalan tidak mungkin lebih dari 10 km karena de facto tak sampai 100 meter. Tapi bumbu pernyataan Amanue berikut justru jadi pemicu, “FF hanya mau mengeruk dana pusat untuk memperkaya diri dan kroni”. Merasa tak berniat begitu, FF melapor ke kepolisian sebagai delik aduan pencemaran nama baik.

FOTO-FOTO PERJUANGAN ROMO FRANS AMANUE, PR MENEGAKKAN KEADILAN DAN KEBENARAN




Monday, March 28, 2016

Online


Beberapa waktu lalu,  terjadi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh para sopir taxi konvensional yang menuntut kepada pihak pemerintah agar segera memblokir aplikasi yang selama ini dipakai sebagai jaringan untuk menghubungkan para pelanggan. Tuntutan ini memperlihatkan dua hal yang bertolak belakang. Pertama, para pendemo merupakan cerminan kelompok orang yang tidak mau  tahu tentang perkembangan teknologi. Kedua, ketidaksanggupan untuk mengikuti arus perkembangan zaman. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa mengapa aplikasi secara online dibuat oleh mereka yang melek teknologi? Mengapa pula para pengguna jasa online itu lebih nyaman ketimbang harus mengikuti trasportasi yang dikelola secara konvensional?
Pertanyaan sederhana ini seolah menjadi daya kritis bagi situasi yang sedang dialami oleh bangsa ini. Transportasi masal yang menjadi andalan masyarakat belum memberikan rasa aman bagi para penumpang, Karena itu kehadiran internet  dan penyediaan aplikasi online memberi arti baru bagi perkembangan masa kini dan untuk seterusnya menjadi sebuah gaya hidup masyarakat modern. Kalau melihat aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para sopir taxi, semestinya tidak menyelesaikan masalah karena sulit untuk mengontrol lalu lintas transaksi online yang dilakukan oleh para calon penumpang dengan angkutan yang berbasis aplikasi online.

Thursday, March 24, 2016

BASUH KAKI: TUMBUHKAN CINTA


Basuh kaki. Sebuah cara sederhana. Tetapi menjadi tidak lazim dan sederhana ketika Sang Guru melakoni tindakan yang mestinya dilakukan oleh seorang bawahan. Sang Guru menitipkan pesan tunggal penuh makna, haruslah kamu saling melayani. Memang, melayani membutuhkan sebuah pengorbanan diri. Sang Guru harus rela menanggalkan Ke-Allahan-Nya agar disanggupkan untuk berendah hati. Karena melayani  pula, Sang Guru harus menabrak pola umum, membasuh kaki para murid. Mengapa mesti kaki dan bukan tangan para murid yang dibasuh? Kaki menjadi penyangga anggota tubuh dan karenanya setiap saat harus berpijak di tanah. Kalau bersentuhan dengan tanah berarti ada kotoran berupa debu yang melekat karena itu Sang Guru memilih kaki para murid untuk dibasuh. Sang Guru yang bertindak sebagai pembasuh juga harus tunduk ke bawah agar peristiwa pembasuhan kaki bisa terlaksana. Sebuah tindakan yang benar-benar membutuhkan pengorbanan dan pelayanan menjadi lebih bermakna.

Wednesday, March 23, 2016

TITIAN HIDUP


Oleh: Valery Kopong*

 “Hidup yang tidak pernah dipertanyakan adalah hidup yang tidak pantas untuk dijalani.”   Barangkali benar bahwa ketika menjalani hidup terkadang dilihat sebagai sebuah rutinitas maka ada bahaya yang muncul yaitu kita terjebak dalam sebuah rutinitas yang membosankan. Orang tidak melihat pekerjaan yang dilakukan sebagai bagian dari panggilan hidup tetapi lebih dari itu hanya sekedar untuk mengisi waktu. Untuk apa kita perlu mempertanyakan tentang hidup dan kehidupan ini? Lakon hidup apa yang harus aku lakonkan di bawah terik matahari abadi?  Tetapi hidup dan kehidupan yang beragam selalu mewarnai perjalanan ini, yang kaya tetap bertahan dengan kemewahannya dan orang-orang miskin tidak takut lagi menghadapi kemiskinan dirinya.

Tuesday, March 22, 2016

MENGEMBARA


                Lama saya bermenung sembari diterpa angin malam. Rasanya tak pernah ngantuk ketika menelusuri sejarah Gregorius. Banyak pelaku sejarah yang diwawancarai memberikan kesaksian yang  biasa-biasa saja tetapi justeru kesaksian yang biasa ini memiliki nilai sejarah yang luar biasa. Berawal dari lingkungan Bernadus, kemudian berkembang menjadi sebuah wilayah yang melintasi Kota Bumi. Umat yang hadir tidak lain adalah masyarakat perantau yang keluar  dari rumah dan  kampung halaman untuk merantau jauh.
                Kisah ini coba dirunut dalam terang Kitab Suci, mirip umat Israel yang semula hanya satu keluarga Yakub yang menetap di Mesir  untuk mencari kelimpahan makanan. Mereka kemudian hidup menetap dan beranak cucu. Keberadaan umat Israel di Mesir bukanlah sebuah kebetulan tetapi berada tepat pada rencana Allah sendiri. Dari Mesir, Allah, lewat Musa, umat Israel dibimbing keluar dengan melewati pelbagai tantangan.  Laut merah menjadi sebuah tantangan berat bagi mereka karena tidak ada jalan lain untuk meloloskan diri dari kejaran serdadu Firaun. Melalui tongkat Musa, laut merah dibelah dan umat Israel berjalan dengan telapak yang kering.