Friday, April 1, 2016

POLITIK ITU….

Socrates, bapak pencetus ilmu politik  di negara pendekar demokrasi, Yunani memiliki konsep yang jernih tentang politik. Menurutnya politik merupakan sebuah seni untuk menata kehidupan bersama. Kalau politik merupakan sebuah seni maka para politisi juga merupakan para seniman yang memiliki keahlian dalam menata dan mengatur kehidupan bersama itu agar terlihat rapih dan berjalan secara harmonis. Sebuah kelompok masyarakat yang hidup bersama sangat membutuhkan pelbagai perangkat yang bernama aturan untuk menata pola tingkah laku hidup manusia yang berujung pada satu harapan yakni masyarakat bisa tentram dan aman.
Para politisi yang terjun dalam dunia politik mestinya tahu tentang perangkat aturan yang akan dipakai sebagai cara sederhana dalam menata kehidupan bersama itu. Apakah para politisi yang telah lolos masuk ruang dewan terhormat memiliki kapasitas untuk memikirkan dan melahirkan aturan-aturan yang bisa dipakai untuk menata kehidupan bersama itu? Memang kita tahu ada banyak perangkat yang telah dihasilkan tetapi perlu juga adanya monitoring dari pelaksanaan aturan itu dan seberapa jauh membuat evaluasi terhadap aturan yang berlaku, apakah aturan itu memenuhi rasa aman dan adil, ataukah kehadiran aturan itu masih jauh dari harapan dan perlu adanya pembenahan sesuai tuntutan zaman?
   Dengan perkembangan teknologi yang berpengaruh pada pola kehidupan masyarakat saat ini maka perangkat aturan yang bisa digunakan untuk mengelola kehidupan bersama akan mengalami pergeseran. Contoh sederhana masalah kebebasan berpendapat. Kalau sebelum adanya media-media sosial, kebebasan berpendapat untuk mengkritik orang lain terkesan masih terbatas dan bersifat lokal. Tetapi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menjamur, kebebasan berpendapat bahkan kebebasan mencela orang lain jauh lebih terbuka dan menyerang siapa aja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Sebut aja ciutan orang-orang penting di twitter yang memberikan kritik terhadap lawan politiknya bisa dibaca oleh siapa saja dan lebih terbuka. Dengan kehadiran media sosial ini,  masyarakat umum bisa menilai karakter dan kepribadian orang lewat bahasa yang digunakan saat menyampaikan ide atau gagasan yang digunakan lewat media sosial.  

Kebebasan berpendapat dengan menggunakan media sosial jauh berbeda dengan kebebasan untuk menyampaikan pendapat secara langsung. Kalau kita membandingkan pola berbahasa sebelum adanya media sosial, terkesan lebih ramah dan masih mengikuti tata krama yang berlaku. Tetapi lihat saja saat ini, kehadiran media sosial tanpa dibarengi dengan penataan berbahasa yang santun maka yang muncul adalah pesan penyampaian pendapat yang kebablasan. Di sini, para politisi yang hidup di zaman media sosial ini mestinya jeli melihat perkembangan ini agar bisa menyusun perangkat aturan-aturan yang bisa digunakan untuk mengatur tata kelola berbahasa di hadapan publik dengan menggunakan media sosial. Apa pun media yang kita gunakan dalam menyampaikan sebuah gagasan, tetaplah bersopan santun. Media sosial hanya sebagai sarana untuk menyampaikan sesuatu, sedangkan karakter berbahasa sangat dikendalikan oleh masing-masing pribadi.***(Valery Kopong)

No comments: