Tuesday, November 8, 2022

Tindakan Penyelamat

 

sumber foto:katolisitas.org

Ketika membaca kisah tentang bagaimana Yesus mewartakan Kerajaan Allah, ada dua cara unik yang selalu dipakai, yakni mewartakan dengan kata-kata dan tindakan. Untuk bisa membangkitkan rasa ingin tahu para pendengar tentang Kerajaan Allah, Yesus mencoba untuk menggiring kesadaran mereka dengan menampilkan perumpamaan-perumpamaan. Perumpamaan yang digunakan Yesus ini menjadi pintu masuk bagi para pendengar untuk memahami esensi tentang Kerajaan Allah.

 

Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus bukan sesuatu yang baru karena sebelum kehadiran Yesus, warta tentang Kerajaan Allah sudah digaungkan di kalangan orang Yahudi. Pemahaman Kerajaan Allah secara politis, menginginkan Mesias yang akan hadir dan kepenuhan Kerajaan Allah, sebagai tokoh politis yang mampu mengatur seluruh tatanan kehidupan manusia. Mesias tampil sebagai tokoh politik dengan gagah memimpin bangsa Israel melawan penjajah Romawi dan penindas rakyat.

 

Pemahaman Kerajaan Allah secara Yuridis-religius,  menginginkan jika Kerajaan Allah bisa terwujud maka satu-satu cara adalah hidup sesuai dengan tuntutan hukum Taurat. Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus adalah Kerajaan Allah yang penuh suka cita. Kerajaan Allah itu tidak dipahami dari sisi wilayah kekuasaan seperti kerajaan duniawi namun Kerajaan Allah yang diwartakan itu merupakan “tindakan penyelamatan” yang dilakukan oleh Yesus sebagai Mesias. Karena itu warta tentang Kerajaan Allah yang diproklamirkan oleh Yesus, bukan sesuatu “yang akan terjadi” dan masih angan-angan, melainkan Kerajaan Allah, sudah dan sedang terjadi dalam diri Yesus.

 

Dalam diri Yesus menjadi kepenuhan Kerajaan Allah, dan tindakan penyelamatan itu dimulai oleh Yesus sendiri. Keberpihakan pada mereka yang miskin dan papa, memberikan proteksi pada mereka yang tertindas, merupakan wujud Kerajaan Allah yang dinantikan itu. Dalam mewartakan Kerajaan Allah, Yesus menggunakan perumpamaan dan menegaskan kata-kata itu dengan tindakan yang menyelamatkan, seperti mukjizat yang diperlihatkan pada khalayak umum sebagai cara sederhana Yesus menghadirkan Kerajaan Allah itu.  

 

Sebagai pengikut Yesus, kita pun bisa melakukan tindakan keberpihakan pada mereka yang miskin dan papa. Dengan membantu orang lain yang sedang menderita, merupakan tindakan penyelamatan dan Kerajaan Allah hadir di situ. Sekecil apa pun tindakan kita pada orang lain maka secara tidak langsung, kita sedang menghadirkan Kerajaan Allah secara paripurna.***(Valery Kopong)

 

 

 

 

Monday, November 7, 2022

Video Suster Yang Viral

 

Sebuah video yang kini lagi viral, memperlihatkan seorang biarawati Katolik secara terang-terangan mendukung salah satu calon presiden pada pemilihan umum di tahun 2024 nanti. Video tersebut, saya share ke grup WA para ketua lingkungan. Saya mendapatkan reaksi yang berbeda. Ada yang mengatakan bahwa sebaiknya di grup itu tidak boleh membahas persoalan mengenai politik, sedangkan ada juga yang mendukung, sebaiknya para ketua lingkungan juga harus melek politik supaya bisa memberikan pemahaman yang jernih pada umat yang dilayaninya.

Dengan sadar dan tahu bahwa video yang saya share itu pasti mendapatkan reaksi yang berbeda. Bagi mereka yang selama hidup menggereja dan terkesan tidak mau tahu tentang kehidupan politik, merasa alergi dengan politik. Sedangkan bagi ketua-ketua lingkungan yang selalu terlibat dan mendiskusikan tentang politik, memberikan respon yang positif. Dari tanggapan-tanggapa itu, pada akhirnya saya coba mengklarifikasi dengan merujuk pada Kitab Hukum Kanonik. Kan. 287 - § 2. Janganlah mereka turut ambil bagian aktif dalam partai-partai politik dan dalam kepemimpinan serikat-serikat buruh, kecuali jika menurut penilaian otoritas gerejawi yang berwenang hal itu perlu untuk melindungi hak-hak Gereja atau memajukan kesejahteraan umum.

Merujuk pada Kan. 287 - § 2, terlihat jelas batas keterlibatan kaum klerus maupun seorang biarawan / biarawati. Kalau video yang menyatakan dukungan itu dilakukan oleh seorang awam maka itu dilihat sebagai sesuatu yang biasa saja. Namun menjadi menarik bahwa dalam video itu seorang suster (biarawati) menyatakan secara terangan-terangan untuk mendukung salah satu kandidat calon presiden, maka ini perlu diluruskan dengan melihat latar belakang kehidupannya sebagai seorang biarawati. Banyak pertanyaan yang muncul dari beberapa teman. Apakah ada kaitan antara capres yang bersangkutan dengan suster yang menyatakan dukungan tersebut? Bagaimana dengan reaksi pimpinan kongregasi yang melihat salah satu anggotanya menyatakan dukungan terhadap capres?

Tidak lama video ini viral, muncul juga video klarifikasi dari suster yang bersangkutan, hanya saja video klarifikasi itu sepertinya tidak menjawabi alasan, mengapa suster itu bisa mengatakan dukungan secara terang-terangan terhadap salah satu capres. Klarifikasi ini memberikan gambaran bahwa biarawati ini belum paham dan tidak bisa membedakan mana yang menjadi tugas kewenangannya dan terutama kurang memahami koridor yang tertera pada Kitab Hukum Kanonik yang melarang keterlibatan kaum klerus maupun seorang biarawan-biarawati dalam kehidupan politik.

foto: screen shoot dari video
Memang, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kita perlu mengetahui kondisi perpolitikan nasional. Saat ini partai politik sedang mencari jagoan-jagoan untuk dideklarasikan menjadi calon pemimpin masa depan Indonesia. Sebagai seorang biarawati sekaligus sebagai warga negara Indonesia memiliki hak yang sama dalam kehidupan bernegara. Namun belum waktunya untuk menyatakan dukungan kepada salah satu capres. Jika seorang biarawati sudah mulai menyatakan dukungan kepada salah satu capres secara terbuka maka ini membingungkan umat. Apa motif di balik dukungan itu dan  ke mana arah perjalanan biara? ***(Valery Kopong)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Friday, November 4, 2022

Bertutur

 

Ketika memulai pelajaran agama Katolik, khusus kelas X, ada sesuatu yang menarik untuk dicermati terutama terkait materi tentang Kitab Suci Perjanjian Lama. Kitab Suci  (Alkitab) yang kita terima hari ini, memberikan banyak gambaran tentang proses memulai penulisan. Proses yang dilalui memang sangat panjang dan memiliki kisah tersendiri. Menelusuri proses penulisan ini, bisa dibayangkan betapa orang-orang (para penulis Kitab Suci) pada saat itu dalam keterbatasan sarana dan prasarana namun berusaha untuk pada akhirnya memulai sebuah karya besar.

Dari catatan-catatan sejarah perjalanan proses penulisan Kitab Suci, kita tahu bahwa para penulis menggunakan kulit hewan (perkamen) sebagai tempat untuk menuangkan tulisan-tulisan. Bisa dibayangkan, berapa kulit hewan yang dibutuhkan untuk memulai proses penulisan Kitab Suci itu? Namun dalam perkembangan lebih lanjut, ditemukan gelagah Papyrus yang menjadi bahan dasar untuk membuat kertas maka para penulis mulai beralih ke kertas sebagai tempat untuk menulis.

Kita meyakini bahwa para penulis Kitab Suci tidak hanya mengandalkan diri sendiri dalam memulai sebuah karya besar, terutama menulis Kitab Suci tetapi para penulis diilhami oleh Roh Kudus. Roh Kuduslah yang bekerja dan memenuhi akal dan budi mereka sehingga bisa menuliskan Kitab Suci secara baik.

Kitab Suci Perjanjian Lama memuat pengalaman iman umat Israel. Namun sebelum ditulis menjadi sebuah buku yang kita kenal sebagai Kitab Suci, mereka tetap menghidupi Tradisi lisan sebagai sebuah proses pewarisan terhadap generasi-generasi muda. Kisah tentang penciptaan manusia dan alam semesta, kisah keluarnya bangsa Israel dari Mesir, dan kisah-kisah lain, dituturkan secara lisan pada ratusan tahun, yang pada akhirnya ditulis.

Melihat periodesasi kehidupan bangsa Israel dan perkembangan dari waktu ke waktu, dapat kita katakan bahwa tradisi lisan masih memainkan peranan penting dalam penuturan lisan. Antara tahun 1800-1600 sebelum Masehi, periode ini dikenal sebagai zaman Bapa-bapa bangsa Israel, yakni Abraham, Ishak dan Yakub. Berbicara tentang sejarah awal perjalanan hidup orang Israel, tidak terlepas dari panggilan Abraham. Pada usia 75 tahun, Allah memanggil Abram dan Ia menjawabi panggilan itu. Abram menjawabi panggilan Allah itu dengan bergerak keluar dari kampung halamannya dan pergi ke tempat yang dijanjikan oleh Allah. Ada tiga janji yang diberikan oleh Allah kepada Abraham, Bapa segala bangsa, yakni mendapatkan berkat, keturunan yang besar dan tanah terjanji yaitu tanah Kanaan.

sumber gambar: google

Pada periode Bapa-Bapa bangsa, Kitab Suci belum ditulis. Namun kisah panggilan Abraham ini menjadi titik awal sejarah perjalanan Israel dan terus dituturkan secara lisan terutama pada generasi-generasi muda.***(Valery Kopong)  

 

Thursday, November 3, 2022

Tradisi Gereja

 

Ketika mengajar agama Katolik, sering ditanyakan oleh anak-anak murid tentang berapa sumber iman orang Katolik. Dengan sederhana saya menjawab bahwa ada tiga sumber yang dijadikan sebagai dasar penguatan iman Katolik. Sumber-sumber yang dimaksudkan  adalah Kitab Suci, Tradisi Gereja  dan Magisterium Gereja. Saya berusaha menjelaskan satu persatu mengenai tiga sumber yang dimaksudkan itu. Namun ada saja anak yang bertanya lanjut, mengapa Tradisi dijadikan sebagai salah satu sumber iman?   Tentang alasan, mengapa Gereja Katolik menjadikan Tradisi Gereja sebagai salah satu sumber iman, terlihat jelas pada doa-doa yang merupakan warisan berharga dari para rasul.

Tradisi Gereja merupakan warisan penting dan membantu umat untuk mengembangkan imannya akan Allah. Sebelum Kitab Suci ditulis, umat Israel tetap menuturkan secara lisan akan pengalaman iman bangsa pilihan Allah pada generasi-generasi muda. Kisah penciptaan alam semesta dan manusia yang kini bisa kita baca dalam Kitab Kejadian, sesungguhnya dimulai dari cerita-cerita lisan yang terus mentradisi dari satu generasi ke generasi lain. Atau juga dalam kisah keluarnya bangsa Israel dari Mesir, pengembaraan di padang gurun sampai perjanjian Sinai, pada awalnya dituturkan secara lisan sebagai bagian dari pengalaman iman dan intervensi Allah dalam seluruh perjalanan hidup mereka.

Dalam rentang waktu panjang sebelum para penulis memikirkan untuk menulis Kitab Suci, sesungguhnya Tradisi memainkan peranan penting. Pertanyaan lanjut adalah apa itu Tradisi dan apa contoh konkret Tradisi itu? Tradisi Gereja atau sering disebut sebagai Tradisi Suci yang diajarkan oleh Gereja Katolik adalah Tradisi Apostolik. Tradisi Apostolik mengakar pada kehidupan para rasul yang diperintahkan oleh Yesus untuk mewartakan kabar baik kepada semua orang (lih.Matius 28:19-20). Jika melihat teks Injil Matius 28, memberikan gambaran tersendiri tentang misi perutusan Yesus kepada para rasul. Misi perutusan ini menjadi sebuah keharusan yang dilakukan oleh para rasul dengan memperlihatkan dua cara pewartaan, yakni secara lisan dan tertulis. Pewartaan secara lisan ini disebut Tradisi Suci dan tidak terpisahkan dari Kitab Suci.  


Dalam buku Katekismus Gereja Katolik secara tegas memperlihatkan dua model pewartaan yang pernah dilakukan oleh para rasul.

KGk 76    Sesuai dengan kehendak Allah terjadilah pengalihan Injil atas dua cara:
– secara lisan “oleh para Rasul, yang dalam pewartaan lisan, dengan teladan serta penetapan-penetapan meneruskan entah apa yang mereka terima dari mulut, pergaulan, dan karya Kristus sendiri, entah apa yang atas dorongan Roh Kudus telah mereka pelajari”;
– secara tertulis “oleh para Rasul dan tokoh-tokoh rasuli, yang atas ilham Roh Kudus itu juga membukukan amanat keselamatan” (DV 7).


Para rasul telah mewariskan Tradisi Suci kepada Gereja. Para rasul mengalami secara langsung tentang kehidupan Yesus dan pewartaan-Nya. Karena itu atas perintah Yesus, “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku,” merupakan sebuah keharusan yang tetap dilakukan demi tegaknya Kerajaan Allah di dunia ini. ***(Valery Kopong)

 

Wednesday, November 2, 2022

Hidup Abadi


 

Setiap tanggal 2 November, Gereja mendoakan arwah orang-orang yang sudah meninggal dunia. Hari ini juga setiap media sosial terutama dari kalangan Katolik berusaha memposting foto-foto orang yang sudah dipanggil oleh Allah melalui peristiwa kematian. Memang, terasa ada kesedihan yang menggelayut di hati namun ketika ada gerakan bersama untuk mendoakan mereka yang sudah meninggal dunia, rasanya ingatan kita tentang mereka yang sudah meninggal itu bangkit kembali. Ada memori pada masa lampau terbongkar kembali dan kenangan-kenangan lain bersama mereka masih hidup di dunia ini mulai terulang kembali.

Kalangan Katolik yang memposting foto-foto orang yang sudah meninggal itu, mengharapkan doa-doa dari sama saudara untuk jiwa mereka yang dipanggil Tuhan. Ketika bercerita dengan salah seorang teman setelah mengadakan novena arwah hari pertama, ada satu pertanyaan penting dilontarkan oleh teman. Ke mana jiwa  mereka pergi setelah mengalami kematian? Kematian yang dialami oleh orang-orang yang sudah mendahului kita, tidak hanya melenyapkan kehidupan itu sendiri. Memang tubuh yang fana menyatu dengan tanah tetapi jiwanya tetapnya hidup dalam keabadian.

Dalam iman kekatolikan, kita percaya bahwa mereka yang sudah meninggal akan memperoleh hidup abadi. Namun untuk memperoleh keabadian hidup itu perlu melewati proses, melewati pengadilan dan pada akhirnya Hakim Agung yang menentukan untuk layak masuk surga yang abadi ataukah masih berada di api penyucian. Bagi mereka yang saat ini masih berada di api penyucian, tentunya mengharapkan doa-doa dari kita yang masih berziarah di dunia ini. Doa-doa kita yang masih hidup sangat membantu mereka agar kelak boleh mengalami kerahiman Allah dan menikmati kebahagiaan kekal. 

Apa jaminan hidup kekal? Pertanyaan ini bertitik tolak pada penegasan Yesus, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup.” Yesus memperkenalkan diri sebagai jalan yang harus dilalui oleh setiap jiwa yang sudah beralih dari dunia ini. Di jalan yang dituntun oleh Yesus, mereka yang sudah meninggal dan percaya kepada Kristus boleh menikmati rumah Bapa yang abadi. “Di rumah Bapak-Ku banyak tempat,” kata Yesus. Kita berusaha untuk masuk ke dalam rumah yang sudah disiapkan Yesus itu dan beroleh keselamatan kekal.***(Valery Kopong)

Tuesday, November 1, 2022

Sabda Bahagia

 

Setiap tanggal 1 November, Gereja merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus. Dalam perayaan itu, kita mengenangkan orang-orang kudus, baik yang sudah dikanonisasi menjadi orang kudus, maupun yang belum. Kehidupan orang-orang kudus menjadi penting dan menjadi pembelajaran bagi kita semua yang masih tengah berziarah di dunia ini. Mereka telah memperlihatkan diri sebagai orang-orang tangguh dan berani mempertahankan imannya akan Kristus.

Sejak kapan Gereja Katolik mulai menetapkan perayaan untuk mengenang orang-orang kudus? Gereja telah mulai menghormati para Santo/ Santa dan martir sejak abad kedua. Hal ini terlihat dari catatan kemartiran St. Polycarpus di abad kedua sebagai berikut: “Para Prajurit lalu,…. menempatkan jenazahnya [Polycarpus] di tengah api. Selanjutnya, kami mengambil tulang- tulangnya, yang lebih berharga daripada permata yang paling indah dan lebih murni dari emas, dan menyimpannya di dalam tempat yang layak, sehingga setelah dikumpulkan, jika ada kesempatan, dengan suka cita dan kegembiraan, Tuhan akan memberikan kesempatan kepada kita untuk merayakan hari peringatan kemartirannya, baik untuk mengenang mereka yang telah menyelesaikan tugas mereka, maupun untuk pelatihan dan persiapan bagi mereka yang mengikuti jejak mereka.” (St. Polycarpus, Ch. XVIII, The body of Polycarp is burned, 156 AD).

Di saat Gereja merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus, teks kitab suci, khususnya bacaan Injil memperlihatkan Sabda Bahagia yang diucapkan oleh Yesus. Membaca Sabda Bahagia ini, Yesus memperlihatkan serangkaian ucapan bahagia secara paradoks, bertentangan dan penuh dengan kejutan. "Berbahagialah orang yang miskin dalam roh..." Betapa beruntungnya jika kami tidak kecanduan hal-hal materi. Di sini PutraMu memberi tahu bagaimana mewujudkan keinginan manusia yang terdalam, yaitu keinginan akan Tuhan, bukan kepada yang sementara belaka. Kehidupan orang-orang kudus selama hidupnya memperlihatkan kualitas diri yang lebih terbuka kepada Allah dan bermati raga ketimbang mengandalkan kekayaan duniawi yang tidak menjanjikan kebahagiaan abadi.


Dalam bacaan Injil terutama tentang sabda bahagia, dilukiskan oleh penginjil “Berbahagialah orang yang lemah lembut...” Kata lemah lembut menggambarkan karakter Allah yang Maharahim, berbelas kasih. Kasih Allah yang diperlihatkan adalah kasih yang melampaui logika manusia, kasih tanpa batas. Begitu besar kasih Allah kepada dunia maka Ia mengutus Putera-Nya yang tunggal sebagai penebusan bagi manusia. Kedalaman kasih yang diperlihatkan kepada dunia penuh heroik karena hanya melalui jalan terjal heroik itu, kasih Yesus memperlihatkan titik kesempurnaan. Yesus menegaskan diri-Nya sebagai jalan, kebenaran dan hidup, hal ini memberikan jaminan masa parusia nanti. Ia telah menyediakan tempat abadi bagi kebahagiaan kekal seperti yang dialami orang-orang kudus.***(Valery Kopong)

Monday, October 31, 2022

Menjadi Dewasa

 

Ketika mengikuti misa pada Minggu, 30 Oktober 2022 di Gereja Gregorius Agung-Kota Bumi, ada sesuatu yang berbeda. Sebanyak 240 orang menerima sakramen krisma. Para penerima sakramen krisma ini terdiri dari anak-anak berusia 14 tahun ke atas dan bahkan ada yang berusia enam pulahan tahun juga turut menerima sakramen krisma. Perayaan Ekaristi dipimpin langsung oleh Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo, Uskup Keuskupan Agung   Jakarta.

Untuk apa orang Katolik yang sudah mencapai usia tertentu menerima  sakramen krisma?  Pertanyaan ini menjadi penting untuk mendorong kita memahami esensi dasar tentang sakramen sebagai tanda yang kelihatan dari Allah. Sakramen krisma disebut juga sebagai sakramen pendewasaan dan sangat diharapkan setelah menerima sakramen krisma, orang bisa bersaksi tentang Kristus dan ajaran-Nya di tengah-tengah masyarakat yang plural. Menjadi saksi di zaman ini memang berat dan konsekuensi yang diterima juga tidak ringan. Namun sebagai pengikut Kristus harus perlu menyadari arti penting dari perutusan itu.

Sebagai orang yang menerima sakramen krisma, kewajiban kita adalah memberikan kesaksian tentang Kristus kepada orang lain. Kesaksian seperti apa yang harus diwartakan oleh kita? Kesaksian tentang kebaikan dan ajaran-ajaran Kristus yang harus kita perlihatkan pada orang-orang yang kita jumpai. Menjadi saksi bukan berarti harus mengatakan diri sebagai orang Katolik di depan umum, di hadapan orang-orang beragama lain, melainkan dalam tindakan baik yang paling sederhana yang diperlihatkan itu, menunjukkan bahwa kita sedang bersaksi. Jika kita hidup membaur dengan orang-orang beragama lain, kasih dan kebaikan itu terus diperlihatkan maka langkah ini sebenarnya kita memperkenalkan ajaran-ajaran Kristus yang berlandaskan pada cinta kasih.

Dalam khotbahnya, Mgr. Suharyo menekankan pentingnya perutusan yang ditopang oleh kekuatan Roh Kudus. Roh Kudus menjadi roh yang memberikan energi dan semangat bagi para pewarta. Ketika Yesus dihukum mati, para rasul mengalami ketakutan dan bahkan keterpurukan hidup. Mereka mengalami keterpurukan hidup karena Yesus yang menjadi andalan utama mereka ternyata harus mati secara tragis. Namun situasi itu berubah setelah turunnya Roh Kudus ke atas para rasul dalam bentuk lidah-lidah api. Roh Kudus itulah yang memberikan spirit baru bagi para murid  agar bisa berani dan melangkah untuk mewartakan kebangkitan Kristus dan ajaran-Nya ke penjuru dunia.

 Mgr.Ignatius Suharyo menerimakan sakramen krisma

Konsekuensi yang harus diterima sebagai seorang pewarta memang berat. Tidak hanya dikucilkan dari masyarakat tetapi juga rela kehilangan nyawa. Seperti Kristus yang mewartakan tentang Kerajaan Allah dan konsekuensinya menerima salib, maka jalan yang sudah diperlihatkan oleh Kristus, juga harus dilalui oleh kita yang menamakan diri sebagai pengikut-Nya. ***(Valery Kopong)

Friday, October 28, 2022

Mengenal Sekolah Insan Teratai

 


Beberapa tahun terakhir ini, cukup banyak  sekolah baru muncul  di wilayah Kota Bumi dan sekitarnya. Dengan berdirinya sekolah baru ini berarti sekolah-sekolah yang sudah lebih dulu berdiri, melihatnya sebagai sebuah persaingan. Memang, sadar atau tidak, sekolah-sekolah saat ini sedang bersaing memperebutkan hati orang tua agar bisa menyekolahkan anak-anaknya di sekolah tersebut. Persaingan ini memang wajar tetapi di tengah persaingan ini, pihak sekolah terus berbenah dan menawarkan fasilitas dan pelayanan terbaik bagi anak-anak murid yang sedang mengenyam pendidikan.


Melihat persaingan antar sekolah ini dilihat sebagai sebuah persaingan yang sehat. Artinya bahwa dengan persaingan ini memungkinkan pihak sekolah untuk melihat peluang-peluang baru yang bisa dijadikan sebagai landasan untuk mempromosikan sekolah. Bagi sekolah-sekolah yang terus berbenah diri dan menawarkan hal-hal baru maka besar kemungkinan akan mendapatkan peluang untuk menerima calon siswa/siswi yang baru. Sebaliknya jika sekolah-sekolah yang tidak mau berbenah diri dan terkesan monoton, maka akan ditinggalkan oleh pelanggan-pelanggannya.

Bagaimana kita melihat perkembangan sekolah Insan Teratai? Melihat perkembangan dari waktu ke waktu, Insan Teratai memperlihatkan banyak terobosan baru. Ada pembenahan gerbang utama dan pembukaan kios-kios. Dari segi fasilitas, Yayasan Insan Teratai Sejati menyediakan lab komputer bagi anak-anak. Sarana dan prasarana yang disiapkan pihak Yayasan Insan Teratai Sejati bertujuan untuk mempersiapkan anak-anak dalam mengembangkan diri dan potensi yang dimilikinya. Pihak sekolah berkewajiban menyediakan fasilitas yang memadai tetapi setiap siswa/siswi harus didorong untuk belajar memanfaatkan fasilitas itu dan berusaha untuk memperkaya diri dengan belajar secara rutin. Apa gunanya laboratorium  komputer kalau siswanya tidak mau belajar bagaimana menggunakan komputer dengan program-program terbaru?

Sekolah Insan Teratai sedang membenah diri dalam menghadapi pelbagai tantangan zaman. Namun dalam menghadapi pelbagai tantangan itu, anak-anak dibekali dengan nilai-nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan menjadi dasar dan memberi bobot pada kehidupan manusia, terutama anak-anak Insan Teratai.***(Valery Kopong) 

Monday, January 17, 2022

Soal Agama Katolik

 

PENILAIAN HARIAN III SEMESTER GANJIL

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

 Pelajaran Agama Katolik - Kelas IV

 

 

I.    Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang tepat!

1.     “Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali” (Luk 15:22-24). Penggalan teks kitab suci ini menggambarkan perumpamaan tentang. . . .

A.    Bendahara yang tidak jujur   

B.    Pohon ara yang tidak berbuah  

C.    Anak yang hilang

D.    Gadis-gadis yang bijaksana

 

2.     Di bawah ini merupakan tindakan yang dilakukan oleh Yesus untuk menyatakan keberpihakkannya terhadap orang berdosa adalah …

A.     Yesus berdoa di taman Getzemani

B.     Yesus menyembuhkan mertua Simon Petrus

C.     Yesus menyembuhkan Bartimeus yang buta

D.     Yesus menyelamatkan Maria Magdalena yang kedapatan berzinah

 

3.     “Ya, Bapa, selesailah sudah.” Penggalan kalimat ini merupakan bentuk pertanggung jawaban Yesus kepada Bapa-Nya saat Ia berada di. . . .

A.    Taman Getzemani  

B.    Yerusalem   

C.    Kayu salib

D.    Jalan menuju Emaus  

 

4.      “Saul mengalahkan seribu orang musuh: Daud menghancurkan selaksa orang.” Penggalan teks kitab suci ini merupakan nyanyian kemenangan tetapi sekaligus      menimbulkan pertentangan antara . . .dan. . . .

A.     Saul dan Goliat

B.      Saul dan Daud

C.      Daud dan Salomo

D.     Salomo dan Hakim-Hakim

 

5.      Kita mengenal ungkapan yang mengatakan bahwa janji adalah utang”. Ungkapan ini memiliki makna  bahwa. . . .

A.     janji harus diingkari

B.      janji adalah jaminan untuk masa depan

C.      janji menjadi ikatan sementara

D.     janji harus ditepati

 

 

 

 

 

6.      Nabi yang meramalkan kedatangan Mesias untuk menyelamatkan umat manusia adalah. . . .

A.     Yesaya

B.      Yehezkiel

C.      Musa

D.     Yeremia

 

7.       Dalam Yesaya 7:14 diramalkan bahwa seorang perempuan muda akan melahirkan seorang anak yang disebut Immanuel. Perempuan muda yang dimaksudkan adalah. . . .

A.     Elisabeth

B.      Bunda Maria

C.      Maria Magdalena

D.     Ester

 

8.      Perjanjian Lama, menekankanbahwa Bangsa Israel adalah umat Allah; dan Allah adalah Tuhan bagi Bangsa Israel. Allah tetap menunjukkan kesetiaan serta menepati janjiNya, sedangkan umat Israel sering…

A.     melanggar lalu lintas

B.      melanggar peraturan sekolah

C.      melanggar peraturan kelompok

D.     melanggar janji-Nya

 

9.      Kerinduan umat Israel terhadap kedatangan Mesias sebagai perwujudan janji Allah, terpenuhi di dalam diri Yesus. Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi. . . .

A.     Orang kaya

B.      Malaikat

C.      Manusia

D.     Pejabat

 

10.   Di bawah ini tercantum tiga hakim yang terkenal di kalangan bangsa Israel, yakni. . . .

A.     Gideon, Debora dan Musa

B.      Debora, Daud dan Saul

C.      Gideon, Debora dan Samson

D.     Daud, Samuel dan Saul

 

II.            Isilah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan tepat!

 

11.  Saul memperlihatkan kemarahannya pada Daud dengan melemparkan….

12.  Sebagai seorang pemimpin, sebaiknya kita bersikap . . .

13.  Bagi bangsa Israel, Tabut Perjanjian merupakan simbol kehadiran. . . .

14.  Kemenangan Daud atas Goliat menunjukkan bahwa …

15.  Dalam situasi sulit, kita pun berdoa agar. . . .berpihak dan menyelamatkan kita

16.  Alat musik yang sering dimainkan oleh Daud adalah. . .  

17.  Raja bangsa Israel adalah . . . .

18.  Raja-raja bangsa Israel diturunkan oleh Allah karena. . . .

19.  Seorang raja Israel memerintah atas nama. . .

20.  Setiap pemimpin harus selalu menyadari bahwa kekuasaan yang dimilikinya berasal dari  . . .

 

 

III.          Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan lengkap dan tepat!

 

21.  Sebutkan tiga ciri pemimpin yang baik !

22.  Sebutkan tiga orang yang pernah memberikan janji padamu dan apa isi janji itu!

23.  Apa isi janji Allah kepada Abraham, sebagaimana tertulis pada teks-teks Kitab Suci?

24.  Jelaskan, apa tujuan Yesus menjalani sengsara, wafat dan bangkit dari alam maut!

25.  Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi.Jelaskan makna dari kalimat ini!