Setiap
tanggal 2 November, Gereja mendoakan arwah orang-orang yang sudah meninggal
dunia. Hari ini juga setiap media sosial terutama dari kalangan Katolik
berusaha memposting foto-foto orang yang sudah dipanggil oleh Allah melalui
peristiwa kematian. Memang, terasa ada kesedihan yang menggelayut di hati namun
ketika ada gerakan bersama untuk mendoakan mereka yang sudah meninggal dunia,
rasanya ingatan kita tentang mereka yang sudah meninggal itu bangkit kembali.
Ada memori pada masa lampau terbongkar kembali dan kenangan-kenangan lain
bersama mereka masih hidup di dunia ini mulai terulang kembali.
Kalangan Katolik yang memposting foto-foto orang yang sudah meninggal itu, mengharapkan doa-doa dari sama saudara untuk jiwa mereka yang dipanggil Tuhan. Ketika bercerita dengan salah seorang teman setelah mengadakan novena arwah hari pertama, ada satu pertanyaan penting dilontarkan oleh teman. Ke mana jiwa mereka pergi setelah mengalami kematian? Kematian yang dialami oleh orang-orang yang sudah mendahului kita, tidak hanya melenyapkan kehidupan itu sendiri. Memang tubuh yang fana menyatu dengan tanah tetapi jiwanya tetapnya hidup dalam keabadian.
Dalam iman kekatolikan, kita percaya bahwa mereka yang sudah meninggal akan memperoleh hidup abadi. Namun untuk memperoleh keabadian hidup itu perlu melewati proses, melewati pengadilan dan pada akhirnya Hakim Agung yang menentukan untuk layak masuk surga yang abadi ataukah masih berada di api penyucian. Bagi mereka yang saat ini masih berada di api penyucian, tentunya mengharapkan doa-doa dari kita yang masih berziarah di dunia ini. Doa-doa kita yang masih hidup sangat membantu mereka agar kelak boleh mengalami kerahiman Allah dan menikmati kebahagiaan kekal.
Apa
jaminan hidup kekal? Pertanyaan ini bertitik tolak pada penegasan Yesus, “Akulah
jalan, kebenaran dan hidup.” Yesus memperkenalkan diri sebagai jalan yang harus
dilalui oleh setiap jiwa yang sudah beralih dari dunia ini. Di jalan yang dituntun
oleh Yesus, mereka yang sudah meninggal dan percaya kepada Kristus boleh menikmati
rumah Bapa yang abadi. “Di rumah Bapak-Ku banyak tempat,” kata Yesus. Kita berusaha
untuk masuk ke dalam rumah yang sudah disiapkan Yesus itu dan beroleh
keselamatan kekal.***(Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment