Thursday, November 3, 2022

Tradisi Gereja

 

Ketika mengajar agama Katolik, sering ditanyakan oleh anak-anak murid tentang berapa sumber iman orang Katolik. Dengan sederhana saya menjawab bahwa ada tiga sumber yang dijadikan sebagai dasar penguatan iman Katolik. Sumber-sumber yang dimaksudkan  adalah Kitab Suci, Tradisi Gereja  dan Magisterium Gereja. Saya berusaha menjelaskan satu persatu mengenai tiga sumber yang dimaksudkan itu. Namun ada saja anak yang bertanya lanjut, mengapa Tradisi dijadikan sebagai salah satu sumber iman?   Tentang alasan, mengapa Gereja Katolik menjadikan Tradisi Gereja sebagai salah satu sumber iman, terlihat jelas pada doa-doa yang merupakan warisan berharga dari para rasul.

Tradisi Gereja merupakan warisan penting dan membantu umat untuk mengembangkan imannya akan Allah. Sebelum Kitab Suci ditulis, umat Israel tetap menuturkan secara lisan akan pengalaman iman bangsa pilihan Allah pada generasi-generasi muda. Kisah penciptaan alam semesta dan manusia yang kini bisa kita baca dalam Kitab Kejadian, sesungguhnya dimulai dari cerita-cerita lisan yang terus mentradisi dari satu generasi ke generasi lain. Atau juga dalam kisah keluarnya bangsa Israel dari Mesir, pengembaraan di padang gurun sampai perjanjian Sinai, pada awalnya dituturkan secara lisan sebagai bagian dari pengalaman iman dan intervensi Allah dalam seluruh perjalanan hidup mereka.

Dalam rentang waktu panjang sebelum para penulis memikirkan untuk menulis Kitab Suci, sesungguhnya Tradisi memainkan peranan penting. Pertanyaan lanjut adalah apa itu Tradisi dan apa contoh konkret Tradisi itu? Tradisi Gereja atau sering disebut sebagai Tradisi Suci yang diajarkan oleh Gereja Katolik adalah Tradisi Apostolik. Tradisi Apostolik mengakar pada kehidupan para rasul yang diperintahkan oleh Yesus untuk mewartakan kabar baik kepada semua orang (lih.Matius 28:19-20). Jika melihat teks Injil Matius 28, memberikan gambaran tersendiri tentang misi perutusan Yesus kepada para rasul. Misi perutusan ini menjadi sebuah keharusan yang dilakukan oleh para rasul dengan memperlihatkan dua cara pewartaan, yakni secara lisan dan tertulis. Pewartaan secara lisan ini disebut Tradisi Suci dan tidak terpisahkan dari Kitab Suci.  


Dalam buku Katekismus Gereja Katolik secara tegas memperlihatkan dua model pewartaan yang pernah dilakukan oleh para rasul.

KGk 76    Sesuai dengan kehendak Allah terjadilah pengalihan Injil atas dua cara:
– secara lisan “oleh para Rasul, yang dalam pewartaan lisan, dengan teladan serta penetapan-penetapan meneruskan entah apa yang mereka terima dari mulut, pergaulan, dan karya Kristus sendiri, entah apa yang atas dorongan Roh Kudus telah mereka pelajari”;
– secara tertulis “oleh para Rasul dan tokoh-tokoh rasuli, yang atas ilham Roh Kudus itu juga membukukan amanat keselamatan” (DV 7).


Para rasul telah mewariskan Tradisi Suci kepada Gereja. Para rasul mengalami secara langsung tentang kehidupan Yesus dan pewartaan-Nya. Karena itu atas perintah Yesus, “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku,” merupakan sebuah keharusan yang tetap dilakukan demi tegaknya Kerajaan Allah di dunia ini. ***(Valery Kopong)

 

No comments: