Judul Buku : Ketua Lingkungan Di Era Sibuk
Penulis :
Marcus Leonhard Supama
Penerbit : Kanisius,
Yogyakarta 2012
Tebal Buku : 176 halaman
Ketika masa jabatan Ketua Lingkungan
di ujung waktu, ada kecemasan menghinggap di hati para anggota lingkungan itu.
Mengapa kecemasan massal muncul secara serentak? Kecemasan bercampur rasa takut
sebenarnya menyembunyikan sebuah penolakan
untuk tidak dipilih menjadi Ketua Lingkungan. Tetapi
dibalik kecemasan itu, muncul harapan yang sama, moga-moga ketua lingkungan
yang lama dikukuhkan lagi. Memang, realita ini tidak bisa dipungkiri bahwa
menjadi ketua lingkungan adalah sebuah jabatan yang membebani, apalagi tidak diimbangi dengan honorarium.
Membaca
buku “Ketua Lingkungan di Era Sibuk,” penulis mengajak untuk membangun esensi panggilan setiap orang
Katolik. Dibaptis untuk masuk ke dalam Gereja Katolik secara implisit
menyiratkan sebuah panggilan luhur untuk
menjadi pewarta dan saksi Kristus. Menjadi Ketua Lingkungan juga merupakan ejawantah
dari rahmat baptisan yang telah kita terima. Dalam pengantar buku ini, Mgr.
Ignatius Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta menekankan “Supaya umat di
lingkungan berakar dalam iman, semakin bertumbuh dalam persaudaraan dan semakin
berbuah dalam pelayanan kasih dibutuhkan banyak orang yang memiliki niat,
kehendak atau kemauan untuk melayani.”
Menjadi
Ketua Lingkungan di era sibuk berarti
berusaha mengorbankan diri demi orang-orang yang dilayani. Memang,
jabatan ini kurang “membius” bagi siapa saja untuk merebutnya tetapi jabatan
ini merupakan “jabatan rahmat” di mana Allah menyalurkan kasih dan
kebaikan-Nya. Masing-masing kita perlu membangun niat dan motivasi untuk
menjadi “pemimpin dan pemimpi,” walau hanya menjadi Ketua Lingkungan. Dalam buku
yang disajikan dalam empat bagian ini merupakan pergumulan pengalaman hidup
harian dan buku ini menemukan makna baru
ketika disandingkan dengan Arah Dasar Pastoral Keuskupan Agung Jakarta.
Siapa pun akan tergugah membaca buku ini sambil berkata, “kapan saya dipilih
menjadi Ketua Lingkungan?”
Di
tengah kesibukan kerja yang mendera, setiap orang Katolik diharapkan untuk
menjadi pemimpin dalam lingkungan. Dalam jejalan waktu dan kepulan asap kota,
kita masih melihat rahmat panggilan untuk melayani sesama. Buku ini tidak
mengajak pembaca menangisi keengganan untuk menjadi ketua lingkungan,
sebaliknya mengajak kita untuk memandang peristiwa ini dengan cara lain.(Valery
Kopong)
0 komentar:
Post a Comment