Judul :
BUKU SAKU MISDINAR
Penulis : Leonardus Amuristian Daely
T.Subaryani D.H.Soediro
Penerbit : OBOR, Jakarta: 2012
Tebal : xviii + 135 halaman
Gereja Katolik dikenal sebagai
Gereja yang memiliki begitu banyak simbol yang digunakan dalam kehidupan rohani.
Simbol-simbol itu sebagai sarana yang bisa membantu umat dalam memahami arti
dan tata gerak dalam liturgi. Banyak sarana dan simbol yang dipakai, tidak semua umat tahu tentang fungsi dan
kegunaannya. Pengetahuan dasar tentang liturgi mesti diketahui oleh umat agar
dalam menghadiri sebuah perayaan Ekaristi, umat bisa mendalami makna dibalik
Ekaristi itu.
Yani
dan Leo, penyusun “Buku Saku Misdinar” mempunyai pengalaman tersendiri ketika
mereka terlibat sebagai misdinar. Keterlibatan mereka tidak hanya sebagai
pelaku yang pasif tetapi juga kritis
dalam menemui pelbagai persoalan
terutama pengetahuan yang minim dari para misdinar. Memang, liturgi menjadi
hidup ketika seluruh tata perayaan tertata rapih dan petugas misdinar sudah
mempersiapkan diri secara baik.
Dalam
pengantar buku ini, RD. Fabie Sebastian.H menegaskan bahwa suasana sakral atau
kacaunya perayaan liturgi juga amat dipengaruhi oleh mereka. “Para misdinar yang
ngawur, ceroboh, gugup, bingung dan tidak paham tentang perannya akan
mengacaukan sebuah upacara yang agung dan mulia. Para misdinar yang
“ketawa-ketiwi,” bercanda dengan teman lainnya di sekitar altar, dengan
sendirinya akan merusak kesakralan perayaan liturgi.” Apa yang dikatakan oleh
RD. Fabie Sebastian.H merupakan suatu fenomena yang sedang terjadi di seputar
altar. Apa yang harus dilakukan supaya situasi-situasi yang semrawut di sekitar
altar tidak terulang lagi? Cara paling sederhana adalah memberikan pemahaman
tentang pentingnya perayaan Ekaristi sebagai jantung kehidupan iman orang
Katolik karena di dalamnya Kristus sendiri “membagi diri” sebagai
santapan rohani.
Melalui
buku sederhana ini, penulis mengajak para misdinar dan siapa pun yang ingin
mengetahui secara pasti tentang tata perayaan Ekaristi untuk memahami seluruh
simbol yang digunakan dalam perayaan tersebut. Dengan memaknai simbol tersebut
maka umat terhantar untuk mendalami misteri Ekaristi. Manusia sebagai homo symbolicum, tak pernah berhenti
memaknai simbol-simbol itu karena dari simbol itu bisa membuka memori untuk
mengenang dan memaknai peristiwa-peristiwa dalam perayaan Ekaristi sebagai
warisan berharga. ***(Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment