Sunday, November 20, 2022

Stefanus dan “Hujan Batu”

 

Menelusuri kisah perjalanan hidup orang-orang kudus, memberikan pelajaran berharga bagi umat Kristiani. Orang-orang kudus, terutama yang mati karena mempertahankan imannya akan Kristus (martir) menjadi sebuah kesaksian yang hidup. Kebangkitan Kristus dan ajaran-ajaran-Nya tidak bisa didiamkan saja tetapi justeru diwartakan ke semua orang agar orang menjadi tahu, siapa sesungguhnya Yesus dan menjadi percaya pada-Nya. Ketika mempelajari sejarah kemartiran Santo Stefanus, ada nilai pengorbanan yang perlu diteladani. Ia dikenal sebagai martir pertama dalam Gereja Katolik.

Siapa itu Stefanus? Nama Stefanus pertama kali mengemuka di dalam Kisah Para Rasul. Ia adalah salah seorang di antara tujuh diakon yang dipilih para rasul untuk menyalurkan bantuan pangan dan santunan lain kepada warga termiskin Gereja Perdana, terutama para janda. Di antara tujuh diakon itu, Stefanus yang penuh Roh Kudus, didaulat menjadi kepala atas para diakon (pelayan). Ke tujuh diakon dan juga jemaat perdana, tidak hanya berkumpul untuk mendengarkan ajaran para rasul tetapi juga bergerak keluar untuk menjadi seorang pewarta. Beberapa catatan dari Kisah Para Rasul, menggambarkan bagaimana peran Stefanus dalam upaya memperkenalkan Kristus yang bangkit dan karya-karya-Nya kepada semua orang yang dijumpainya. Seperti Sang Guru, pewartaan itu penuh risiko. Risiko yang dialami, tidak kehilangan jabatan pelayanan tetapi lebih dari itu kehilangan nyawa. Apakah Stefanus menjadi gentar hatinya ketika diteror balik oleh mereka yang tidak percaya akan Kristus?  

Diriwayatkan bahwa rasul-rasul memilih para diakon sesudah munculnya keluhan di kalangan orang Yahudi Helenis (orang Yahudi yang berbudaya dan berbahasa Yunani) yang merasa janda-janda dari golongan mereka disepelekan sementara janda-janda dari golongan Yahudi Ibrani didahulukan dalam urusan pembagian santunan yang didanai derma jemaat. Karena "Stefanos" adalah nama khas Yunani, maka diduga Stefanus adalah seorang Yahudi Helenis.  Stefanus adalah orang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan pernah mengadakan mukjizat-mukjizat disaksikan khalayak ramai (Kisah Para Rasul 6:5, 8).

Kegigihan Stefanus untuk memberikan kesaksian tentang Kristus semakin memuncuk, karena itu dia dihadapkan pada Sanhedrin (pengadilan agama). Stefanus pada peristiwa tragis berdarah itu diseret keluar dan dirajam dengan batu sampai mati. Dalam peristiwa itu, Saulus berperan penting untuk memberikan restu agar nyawa Stefanus dihabiskan karena telah memperkenalkan Yesus pada ruang-ruang terbuka. Ketika semakin nyaring ia mewartakan tentang Kristus dan menegaskan bahwa Ia adalah Mesias, para penentang Kristus menutup telinga dan tak mau mendengarnya. Stefanus diseret keluar kota Yerusalem dan membunuhnya dengan “hujan batu.”


Di tengah sakit dan luka yang menganga akibat hantaman beribu batu itu, Stefanus masih memberikan pengampunan pada mereka yang merajamnya. “Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia” (Kis : 7:60). Keterlibatan Saulus menjadi penting dalam mengeksekusi Stefanus. Namun pahala besar bagi Saulus adalah pengalaman pertobatan di kota Damsyik. Stefanus meninggal sebagai martir, sedangkan Paulus (yang dulu dikenal sebagai Saulus) mengalami titik balik hidupnya dan menjadi pewarta terbesar dalam Gereja Katolik.***(Valery Kopong)

 

 

 

0 komentar: