Bagaimanakah berpuasa yang benar menurut ajaran Gereja Katolik, kapan dan bagaimana puasa itu dilakukan? Pertama-tama perlu kita ketahui dulu alasan mengapa kita berpuasa dan berpantang. Bagi kita orang Katolik, puasa dan pantang artinya adalah tanda pertobatan, tanda penyangkalan diri, dan tanda kita mempersatukan sedikit pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib sebagai silih dosa kita dan demi mendoakan keselamatan dunia. Jadi puasa dan pantang bagi kita tak pernah terlepas dari doa. Dalam masa prapaska, maka puasa, pantang dan doa disertai juga dengan perbuatan amal kasih bersama-sama dengan anggota Gereja yang lain. Dengan demikian, pantang dan puasa bagi kita orang Katolik merupakan latihan rohani yang mendekatkan diri pada Tuhan dan sesama, dan bukan untuk hal lain, seperti diit/ supaya kurus, menghemat, dll. Dengan mendekatkan dan menyatukan diri dengan Tuhan, maka kehendak-Nya menjadi kehendak kita. Dan karena kehendak Tuhan yang terutama adalah keselamatan dunia, maka melalui puasa dan pantang, kita diundang Tuhan untuk mengambil bagian dalam karya penyelamatan dunia,dengan cara yang paling sederhana, yaitu berdoa dan menyatukan pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib. Kita pun dapat mulai mendoakan keselamatan dunia dengan mulai mendoakan bagi keselamatan orang-orang yang terdekat dengan kita: orang tua, suami/ istri, anak-anak, saudara, teman, dan juga kepada para imam, pemimpin Gereja, pemimpin negara, dst.
·
Kan. 1249 – Semua orang beriman kristiani wajib menurut cara
masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka
semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari
tobat, dimana umat beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk doa,
menjalankan karya kesalehan dan amal-kasih, menyangkal diri sendiri dengan
melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan
berpuasa dan berpantang, menurut norma kanon-kanon berikut.
·
Kan. 1250 – Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat
sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.
·
Kan. 1251 – Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan Konferensi para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh
pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan
pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan
Kita Yesus Kristus.
·
Kan. 1252 – Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusiadewasa
sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan orangtua
hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak
terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.
·
Kan. 1253 – Konferensi para Uskup dapat menentukan
dengan lebih rincipelaksanaan puasa dan pantang; dan juga dapat mengganti-kan seluruhnya atau
sebagian wajib puasa dan pantang itu dengan bentuk-bentuk tobat lain, terutama
dengan karya amal-kasih serta latihan-latihan rohani.
Memang sesuai dari
yang kita ketahui, ketentuan dari Konferensi para Uskup di Indonesia menetapkan
selanjutnya :
·
Hari Puasa dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan Jumat
Agung. Hari Pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama
Masa Prapaska sampai dengan Jumat Agung.
·
Yang wajib berpuasa ialah semua orang Katolik yang berusia 18 tahun sampai awal
tahun ke-60. Yang wajib berpantang ialah semua orang Katolik yang berusiagenap 14 tahun ke atas.
·
Puasa (dalam arti yuridis)
berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang(dalam arti yuridis) berarti memilih pantang daging, atau
ikan atau garam, atau jajan atau rokok. Bila dikehendaki masih bisa menambah sendiri puasa dan pantang secara pribadi, tanpa dibebani
dengan dosa bila melanggarnya.
Maka penerapannya
adalah:
1.
Kita berpantang setiap hari Jumat
sepanjang tahun (contoh: pantang daging, pantang rokok dll) kecuali jika hari Jumat itu
jatuh pada hari raya, seperti dalam oktaf masa Natal dan oktaf masa Paskah.
Penetapan pantang setiap Jumat ini adalah karena Gereja menentukan hari Jumat
sepanjang tahun (kecuali yang jatuh di hari raya) adalah hari tobat. Namun,
jika kita mau melakukan yang lebih, silakan berpantang setiap hari selama Masa
Prapaska.
2.
Jika kita berpantang, pilihlah makanan/ minuman yang
paling kita sukai. Pantang daging adalah contohnya, atau yang lebih sukar mungkin pantang
garam. Tapi ini bisa juga berarti pantang minum kopi bagi orang yang suka
sekali kopi, dan pantang sambal bagi mereka yang sangat suka sambal, pantang
rokok bagi mereka yang merokok, pantang jajan bagi mereka yang suka jajan. Jadi
jika kita pada dasarnya tidak suka jajan, jangan memilih pantang jajan, sebab
itu tidak ada artinya.
3.
Pantang tidak terbatas hanya makanan, namun pantang
makanan dapat dianggap sebagai hal yang paling mendasar dan dapat dilakukan
oleh semua orang. Namun jika satu dan lain hal tidak dapat dilakukan, terdapat
pilihan lain, seperti pantang kebiasaan yang paling mengikat, seperti pantang
nonton TV, pantang ’shopping’, pantang ke bioskop, pantang ‘gossip’, pantang
main ‘game’ dll. Jika memungkinkan tentu kita dapat melakukan gabungan antara
pantang makanan/ minuman dan pantang kebiasaan ini.
4.
Puasa minimal dalam setahun adalah
Hari Rabu Abu dan Jumat Agung, namun bagi yang dapat melakukan lebih, silakan
juga berpuasa dalam ketujuh hari Jumat dalam masa Prapaska (atau bahkan setiap
hari dalam masa Prapaska).
5.
Waktu berpuasa, kita makan kenyang satu kali, dapat dipilih sendiri pagi,
siang atau malam. Harap dibedakan makan kenyang
dengan makan sekenyang-kenyangnya. Karena maksud berpantang juga adalah
untuk melatih pengendalian diri, maka jika kita berbuka puasa/ pada saat makan
kenyang, kita juga tetap makan seperti biasa, tidak berlebihan. Juga makan
kenyang satu kali sehari bukan berarti kita boleh makan snack/ cemilan
berkali-kali sehari. Ingatlah tolok ukurnya adalah pengendalian diri dan
keinginan untuk turut merasakan sedikit penderitaan Yesus, dan mempersatukan
pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib demi keselamatan dunia.
6.
Maka pada saat kita berpuasa, kita dapat
mendoakan untuk pertobatan seseorang, atau mohon pengampunan atas dosa kita. Doa-doa seperti
inilah yang sebaiknya mendahului puasa, kita ucapkan di tengah-tengah kita
berpuasa, terutama saat kita merasa haus/ lapar, dan doa ini pula yang menutup
puasa kita/ sesaat sebelum kita makan. Di sela-sela kesibukan sehari-hari kita
dapat mengucapkan doa sederhana, “Ampunilah aku, ya Tuhan. Aku mengasihi-Mu,
Tuhan Yesus. Mohon selamatkanlah …..” (sebutkan nama orang yang kita kasihi)
7.
Karena yang ditetapkan di sini adalah
syarat minimal, maka kita sendiri boleh menambahkannya sesuai
dengan kekuatan kita. Jadi boleh saja kita berpuasa dari pagi sampai siang, atau sampai sore,
atau bagi yang memang dapat melakukannya, sampai satu hari penuh. Juga tidak
menjadi masalah, puasa sama sekali tidak makan dan minum atau minum sedikit
air. Diperlukan kebijaksanaan sendiri (prudence) untuk memutuskan hal
ini, yaitu seberapa banyak kita mau menyatakan kasih kita kepada Yesus dengan
berpuasa, dan seberapa jauh itu memungkinkan dengan kondisi tubuh kita.
Walaupun tentu, jika kita terlalu banyak ‘excuse’ ya berarti kita perlu
mempertanyakan kembali, sejauh mana kita mengasihi Yesus dan mau sedikit
berkorban demi mendoakan keselamatan dunia.
Demikian ulasan
mengenai pantang dan puasa menurut ketentuan Gereja Katolik. Semoga bermanfaat. (www.katolisitas.org)
0 komentar:
Post a Comment