Berbicara tentang pendidikan tidak terlepas dari
peranan guru. Keberadaan guru menjadi
penentu dalam mendidik dan mempersiapkan masa depan siswa-siswi. Tanggal 25 November 2015 diperingati hari
guru nasional. Hampir semua sekolah mengadakan upacara bendera dan seluruh
petugas upacara bendera itu, semuanya dari guru. Pada peristiwa peringatan hari
guru nasional ini, memberikan kesempatan pada para guru untuk membuat refleksi
sambil melihat perjalanan hidup dan apa yang sudah dilakukannya sebagai seorang
guru. Disadari bahwa seorang guru bukanlah seorang manusia sempurna, karena itu
tidak luput dari kesalahan.
Pada
kesempatan berharga di mana para guru terlibat aktif dalam acara memperingati
hari guru nasional, guru-guru bisa melihat kembali profesi yang ditekuni selama
ini sambil menata kembali dan membenahi kekurangan-kekurangan yang dihadapi
agar pelayanan ke depan menjadi lebih baik. Persekolahan Maria Mediatrix memang
tidak memperingati hari guru secara khusus dengan melaksanakan upacara bendera.
Tetapi makna hari guru yang diperingati menjadikan guru-guru di persekolahan
Maria Mediatrix bisa melihat kembali keberadaan sekolah dan para guru yang
telah berusaha sejauh dapat untuk mendidik para siswa-siswi.
Dia yang mengajarkanku dari tidak
bisa apa-apa hingga bisa. Dia (guru) merupakan orang tuaku juga yang selalu
menyayangiku sama seperti orang tuaku di rumah. Dia (guru) adalah seorang
pahlawan tanpa tanda jasa bagiku. Dia selalu memberikan kasih sayang yang
lebih, dari masih duduk di bangku TK.
Tetapi di balik semua pengorbanan
itu, adakah kita membalas budi mereka? Kita harusnya bersyukur atas
pengorbanan-pengorbanannya selama ini tapi kita selalu tidak mendengarkan
nasihatnya yang baik dan berguna bagi kita.
Terima kasih guru atas jasa-jasamu
selama ini yang mendidikku, semoga kubisa membalas jasa-jasamu suatu saat nanti
dengan membanggakanmu.***(Ruth Kharis)
Pahlawan yang tak terlupakan dan
selalu berjasa adalah guru. Terkadang banyak orang yang menyepelekan profesi
seorang guru. Banyak pengorbanan yang telah diberikan seorang guru kepada
murid-muridnya. Dengan sabar mereka mengajarkan manulis dan membaca saat kita
masih duduk di bangku TK. Merekapun memberikan kasih sayang kepada kita,
layaknya anak mereka sendiri.
Tetapi kita sebagai murid, kita tidak
melihat ketulusan dan pengorbanan seorang guru. Kita sering mengabaikan
nasihat-nasihat guru dan kita pun lebih asyik mengontrol ataupun bermain dengan
teman daripada mendengarkan guru yang sedang menjelaskan pelajaran di depan
kelas. Tak hanya pelajaran yang diberikannya, ia pun memberikan arahan-arahan
yang berguna bagi kita tapi tak jarang juga kita tak mengindahkannya.***(Monica
Putri)
Sosok guru itu bagaikan pahlawan,
“pahlawan tanpa tanda jasa.” Dari dulu hingga sekarang mereka adalah pahlawan
yang membantuku untuk menuntut ilmu. Mereka mengajarkanku menulis, membaca dan
cara menghafal hingga sampai saat ini. Aku sangat bangga terhadap diriku. Tanpa
mereka (guru) apa yang aku bisa? Terkadang mereka suka marah tetapi mereka
marah demi kebaikan kita nanti. Perjuangan mereka dan kelelahan mereka patut
kita hargai. Saat dia lelah pun ia masih melanjutkan materi pelajaran kita agar
kita bisa. Guru itu berhati mulia karena mereka sabar mendidik kita. Terkadang
kita nakal, susah dibilangin tetapi ia masih sabar dengan kelakuan kita.
Banyak yang harus kita hargai dari
perjuangan dan pengorbanan para guru yang mendidik kita. Aku berterima kasih
atas bimbingan yang diberikan mereka kepada kita. Ilmu yang kita dapat adalah
hasil usaha mereka karena mereka telah menjelaskan kepada kita tanpa lelah. Aku
tahu, terkadang kita sebagai murid memang nakal, susah diatur dan juga
terkadang kita kesal dengan guru. Tapi kita masih ingat perjuangan dan
pengorbanan semua guru.***(Rachel Brittania)
Sosok seorang yang mendidik kita dan
belum bisa membaca dan belum bisa menulis menjadi bisa adalah guru. Dialah yang
mendidik kita sampai saat ini. Kita bisa pandai, bisa menulis, bisa membaca
karena guru yang mendidik kita dengan setulus hati. Kita nakal, dia tetap sabar
mendidik kita. Dia juga mengajar kita dengan kasih sayang. Tanpa guru, belum
tentu kita seperti ini. Karena ada guru
maka kita menjadi pandai. Kita tahu pelajaran dan bisa menjawabnya karena hasil
didikan dari seorang guru. Dialah yang berjasa, dialah yang mendidik kita
dengan penuh kesabaran dan penuh kasih sayang dari hati. Kita pun diajarkan
cara berolahraga, menyayangi dan menghormati orang tua, merawat tanaman dengan
baik. Dia juga mendukung kita untuk lebih berprestasi, lebih pintar, lebih baik
ke depannya. Saat kita lomba, yang melatih kita adalah guru. Sosok gurulah yang
membuat kita bisa lebih berprestasi. Terima kasih untuk guru-guru yang telah
mendidik kami dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.***(Maria Erva)
0 komentar:
Post a Comment