Wednesday, July 21, 2021

Berharga di Mata Allah


Perayaan Idul Adha tahun ini terasa sepi. Tidak hanya dirasakan di Indonesia tetapi juga dirasakan oleh seluruh dunia. Kesepian itu bisa terlihat ketika  ibadah haji yang seharusnya dilaksanakan setiap tahun di tanah suci, tetapi dua tahun terakhir ini ditiadakan karena alasan keselamatan manusia dari ancaman pandemi ini. Walaupun Indonesia dan negara-negara lain tidak memberangkatkan calon Jemaah haji ke tanah suci, tetapi proses penyembelihan hewan kurban tetap dilaksanakan sebagaimana biasa. Hewan kurban mengingatkan kita (baik kaum kristiani) maupun umat muslim akan pengurbanan yang laksanakan oleh Abraham dengan mempersembahkan anaknya yang tunggal itu. Allah menguji Abraham untuk mempersembahkan anaknya yang tunggal, namun pada saat yang sama, Allah telah menyiapkan seekor domba sebagai penggantinya.

Apa makna terdalam dari kisah pengurbanan ini? Abraham mempersembahkan miliknya yang paling berharga dan tidak pernah berkompromi dengan Allah. Abraham taat pada perintah Allah yang telah memanggilnya dan menjadikannya sebagai “Bapa segala Bangsa.” Pada momentum pandemi ini masih banyak orang (terutama kaum muslim) berusaha untuk memberikan kurban yang terbaik. Kurban yang diberikan dalam bentuk hewan ini mau menunjukkan sebuah bentuk persembahan berharga darinya untuk Allah yang telah membimbing dan memeliharanya. Keteladanan Abraham tidak hanya berhenti pada masa lampau tetapi masih tetap nampak dalam konteks masa kini.

Bagi orang-orang non muslim, melalui peristiwa Idul Adha (Idul kurban) ini kita juga belajar untuk berbagi kepada orang lain. Kita diajak untuk memberikan yang terbaik kepada Allah dengan berbagi suka dan duka kepada sesama yang sedang mengalami kesulitan hidup. Kita harus peka terhadap situasi di sekitar kita dan mencoba untuk membangun solidaritas antar teman sebagai upaya untuk menghadirkan kembali nilai pengurbanan diri kepada sesama yang tengah mengalami kekurangan. Ketika Abraham yang mau mengorbankan anaknya yang tunggal karena diuji oleh Allah sendiri, seberapa jauh Abraham menunjukkan kesetiaan dan ketaatannya pada Allah. Abraham tahu bahwa segala yang diperintah oleh Allah itu baik maka ia melakoni juga. Kita juga sebagai anak-anak Abraham turut mengasah kesadaran kita dan membuka diri terhadap bisikan Allah, serta menawarkan, persembahan apa yang terbaik datang dari diri kita.

Dalam konteks hari ini, persembahan terbaik, tidak hanya membangun rasa solider dengan sama saudara yang mengalami kekurangan, tetapi persembahan yang jauh lebih berharga adalah berani untuk “mengekang kebebasan” kita untuk tidak ke mana-mana selama musim pandemi ini. Mengapa saya sebut sebagai persembahan yang berharga? Karena hanya dengan berada di rumah maka secara tidak langsung, kita bisa menyelamatkan diri dari ancaman corona dan tetap sehat. Corona pun tidak mengalami pergerakan jika manusia tidak mengadakan pergerakan dari satu tempat ke tempat yang lain. Dengan berada di rumah dan membatasi ruang gerak maka orang lain pun turut diselamatkan karena kita tidak pernah bersentuhan secara langsung.


Saat ini begitu banyak korban nyawa berjatuhan karena terpapar virus corona. Kurban kita yang paling berharga adalah “menjaga diri dan orang lain.” Caranya sederhana, “stay at home” dan “pray from home.” Dalam momentum yang berharga ini, kita diingatkan bahwa kemanusiaan jauh lebih berharga dari segala-galanya. Allah telah mengganti putra tunggal Abraham dengan seekor  hewan, karena Ia tahu bahwa anak manusia adalah miliknya yang paling berharga. Dengan menuruti perintah Allah ini, Abraham berharga di mata Allah.***(Valery Kopong)  

No comments: