Mahatma Gandhi adalah salah satu tokoh
nasional agama Hindhu dari negara India. Walau dia beragama Hindhu, beliau
mengagumi orang-orang kristiani. Mengapa ? Karena orang-orang kristiani
mempunyai ajaran cinta kasih yang diajarkan oleh Kristus. " Seandainya
orang kristiani sungguh-sungguh menjadi orang kristiani, maka dunia akan terasa
damai," kata Mahatma Gandhi.
Hari ini kita diingatkan kembali ajaran Kristuskepada kita, yaitu tentang cinta kasih. Yesus
bersabda, "Kasihanilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan
segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah
:Kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.Tidak ada hukum lain yang
lebih utama daripada kedua hukum ini."
Dua hukum itu menyatu seperti dua sisi dalam sekeping uang. Mengasihi
Tuhan harus mewujud dalam kasih kepada sesama.Kasih kepada sesama berdasarkan
kasih Allah yang lebih dahulu mencintai kita.Bunda Theresia pernah
berkata, "Bagaimana kita bisa bilang mengasihiTuhan yang tidak tampak, sedangkan kita tidak
mampu mengasihi manusia yang kelihatan ada di sekitar kita?"
Bisakah kita sungguh-sungguh menjadi orang kristiani? Marilah kita
mempraktekkan cinta kasih Allah dan sesama serta alam lingkungan kita dalam
realitas kehidupan kita, sehingga kelak kita bisa masuk surga.
( inspirasi : Iniil Markus 12:
28b-34,04 Juni, Suhardi )
"Tuhan
tidak menghadiahkan kepada kita Roh keputusasaan, tetapi Roh kekuatan, cinta
dan kebij
aksanaan,", kutipan bacaan suci hari ini (2 Tim 1,1–3.6–12),
menyentuh saya secara pribadi. Saya teringat pada nasihat Bapak Rohaniku semasa
masih seminari kecil.” Bacalah sebanyak mungkin buku-buku rohani tentang contoh
hidup para Santo-Santa, para Martir, yang mengorbankan nyawa mereka untuk iman
akan Yesus. Dengan kutipan bacaan di atas, hari ini, kata-kata Bapak rohaniku
itu memiliki makna khusus dan menjadi lebih aktual. Sungguh, dengan kuasa Roh
Cinta, mereka- (para Santo- Santa- Para Martir) telah mengorbankan
segala-galanya bagi Kristus sampai mati, walaupun mereka dapat melakukan
sebaliknya.
Ketika dunia dilanda pandemiCovid 19, setiap orang mengalami kepanikan. Hari-hari
hidup manusia di bawah kolong langit dilanda oleh kepanikan berkepanjangan.
Dalam rentang kepanikan itu, manusia bertanya dengan mulut komat-kamit. Sampai
kapan Corona ini berlalu dan manusia kembali ke kehidupan semula? Ini
pertanyaan yang tidak menemukan titik terang jawaban. Karena ketika manusia
melemparkan pertanyaan ke “langit harap,” sepertinya pertanyaan itu menguap di
udara sekaligus m
emberikan sebuah jawaban yang absurd.
Corona “mengurung” setiap manusia untuk
tetap berada dalam rumah. Memang, “stay
at home” merupakan cara sederhana untuk memutus mata rantai penyebaran
virus corona ini. Namun seraya itu pula,kegelisahan panjang terus membentang. Mau hidup di dalam rumah untuk
memutus mata rantai penyebaran virus atau harus keluar rumah untuk bekerja untuk menyambung hidup? Ini merupakan pilihan
dilematis yang sama-sama penting. Kehidupan manusia diperparah oleh hantaman
virus yang tak kenal status sosial. Namun yang lebih parah mengalami situasi
ini adalah masyarakat kota yang tengah mengais rejeki untuk mempertahankan
hidup. Cukup banyak pabrik yang terpaksa merumahkan karyawannya karena pabrik
tidak berproduksi lagi. Ke mana orang-orang kota pergi? Ke kampung halaman juga
belum bisa diijinkan bahkan ditolak karena berasal dari kota, dari zona merah.
Hari-hari belakangan ini Corona tidak
hanya sebagaivirus yang mengancam
keselamatan jiwa manusia tetapi lebih dari itu mengancam “pola pikir dan pola
tingkah laku” seluruh masyarakat. Karena Corona, mengubah cara pandang kita
tentang orang lain. Ketika bertemu dengan teman-teman, tak diijinkan untuk
berjabat tangan bahkan saling curiga, “jangan-jangan” teman kita ini membawa
virus corona ini. Penolakan demi penolakan terjadi dalam masyarakat sebagai
cara terbaik untuk mempertahankan eksistensi diri manusia yang bebas dari
ancaman virus corona. Beberapa hari belakangan ini berita dari ujung timur
sempat menjadi viral oleh tindakan seorang kepala desa di Sikka-Maumere, yang
memblokir jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Sikka dengan Kabupatan
Flores Timur. Atas peristiwa pemblokiran ini menyebabkan sebuah ambulans yang mengantar
seorang ibu hamil dari arah Larantuka menuju RSUD Tc. Hillers – Maumere
tertahan di perbatasan antara Kabupatan Sikka dan Flores Timur. Karena
terlambat mendapat pertolongan ini maka bayi yang dilahirkan itu harus meregang
nyawa.
Siapa yang harus disalahkan atas
peristiwa ini? Penulis tidak mempersalahkan siapa-siapa tetapi melihat
peristiwa ini sebagai dampak corona yang mengubah setiap pola pikir manusia. Pemblokiran
jalan sebagai upaya untuk menyekat diri dan komunitas dari ancaman virus yang
dibawa oleh orang lain. Menjelajah pemikiran para pemblokir jalan maka
tampaklah betapa orang-orang membentengi diri dalam ruang kegelisahan”
sambilmelihat orang lain sebagai musuh
pembawa virus yang bersarang di dalam dirinya. Virus corona sedang membongkar
kemapanan diri dan memporak-porandakan konsep manusia sebagai makhluk sosial dan sedang menggiring kesadaran
baru manusia untuk hidup “seperti sebuah pulau” yang mengalienasi diri dari
ruang perjumpaan. Kita sedang membangun “pulau pengecualian” untuk diri dan
komunitas kita sambil menjaga jarak sebagai cara pembebasan diri dari corona. Corona,
sampai kapan lenyap dari bumi ini?***(Valery Kopong)
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak
kita temukan peristiwa di mana kebaikan dibalas dengan kejahatan. Dua kekuatan
ini menjadi hal yang relavan dan tetap menghantui kehidupan manusia. Kebaikan dan
kejahatan, dua hal saling tarik menarik dengan kehidupan manusia. Namun dua kutub ini selalu memberi
warna pada kehidupan manusia. Kebaikan tanpa kejahatan maka kebaikan itu
sendiri kehilangan pembeda. Demikian juga sebaliknya bahwa ada kejahatan
berarti ada sisi baik sebagai titik pembeda.
Untuk mengungkapkan dua hal ini,
kebaikan dan kejahatan yang terkadang didominasi oleh kejahatan, melahirkan
ungkapan yang relevan. “Air susu dibalas dengan air tuba.” Ungkapan ini
membahasakan situasi di mana kebaikan yang sudah diberikan oleh seseorang
dibalas dengan kejahatan yang dilukiskan dengan “air tuba,” yang mematikan. Kita
masih ingat sebuah peristiwa bahwa ada anak yang menyusahkan orang tuanya
ketika memperebutkan harta warisan. Anak, yang sudah dilahirkan dengan susah
payah dan dibesarkan oleh orang tuanya, ternyata pada akhirnya merampas harta
warisan bersama orang tuanya. Persoalan warisan yang diperebutkan ini pada akhirnya
dibawa ke meja hijau dan dimenangkan oleh anak. Orang tua yang sudah sepuh
hanya meratapi nasib hidupnya dan mulai pengadilan mengetuk palu untuk
memenangkan anaknya, maka orang tua terusir dari rumah yang dibangun dengan
keringat dan susah payah.
Hari-hari belakangan ini banyak orang
mencari maskar untuk menutup mulut dan hidung agar bisa terhindar dari serangan
virus corona. Pada saat virus merebak di Jakarta, orang-orang berduit memborong
masker itu dan menimbunnya sehingga seolah-olah menjadi barang langka dan
kemudian dijual dengan harga mahal. Hanya ada seorang ibu di Jakarta Utara yang
menjual masker dengan harga murah dan dikhususkan untuk mereka yang miskin.
Atas
peristiwa pemborongan masker ini mengundang seorang artis (Aming) memberikan
komentar yang cukup pedas. "Pada akhirnya bukan corona yang
membunuh kita tapi saudara sendiri yang punya duit,berbondong bondong ngeborong sampe stock
kosong!" kata Aming. "Sobat miskin cuma bengong, dimatiin sodara
sendiri dalam keadaan kelaparan. Siapa lebih jahat? Corona apa manusia?"
sambungnya..
Persatuan sebuah bangsa menjadi harapan setiap warga karena dengan persatuan,
sebuah bangsa bisa menata dan membangun bangsanya dengan baik. Semboyan “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”
mengingatkan kita tentang pentingnya persatuan dan pada saat yang sama kita
belajar dari bangsa yang tercerai berai. Dengan bersatu, membuat kita semakin
teguh untuk memikirkan bagaimana mengembangkan kehidupan berbangsa untuk
menjadi lebih baik dan menghantarkan bangsanya untuk boleh menikmati
kesejahteraan hidup. Sebaliknya kita juga belajar dari pengalaman negara-negara
yang gagal dalam mengelola keutuhan bangsanya di mana tidak ada pemimpin yang
mampu mengendalikan negara. Negara yang gagal hanya bisa dikuasai oleh
kelompok-kelompok tertentu.
Tugas seorang
nabi adalah mewartakan tentang kebenaran. Namun tugas kenabian ini memang berat
karena ketika seorang nabi memainkan peran profetisnya dalam mengeritik suatu
situasi maka nabi yang mewartakan kebenaran itu berhadapan dengan penolakan dan
bahkan ancaman terhadap dirinya. Kitab suci hari ini berbicara tentang
tantangan seorang nabi ketika memberikan kritik untuk menegakkan sebuah
kebenaran. Nabi Yeremia ketika
menyampaikan warta tentang kebenaran pun ditangkap dan dipenjara. Demikian juga
Yesus mau dilempari dengan batu karena berbicara tentang kebenaran.
Mengapa sulit
sekali kebanyakanorang tidak menerima
kritik dari orang lain? Kalau kita melihat fungsi kritik, memberikan manfaat bagi kita terutama teguran dan
sekaligus menjadi moment penting dalam merefleksikan tentang hidup. Di sini
kita melihat bahwa keberadaan “tukang kritik” memberikan dampak positif dan
menjadi bentuk penyadaran bagi kita dalam membangun kehidupan bersama yang
lebih baik.
Mata Pelajaran:
Agama Katolik
Nama: ...............................
Hari / tanggal:
.................Kelas: IV
I.Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang tepat!
1.Allah telah menurunkan sepuluh perintah-Nya
untuk mengatur kehidupan bangsa Israel. Di antara sepuluh perintah itu, salah
satunya mengatur tentang hubungan anak dengan orang tua,
yakni. . . .
A.Kuduskanlah hari Tuhan
B.Jangan membunuh
C.Jangan berdusta
D.Hormatilah ibu-bapakmu
2.Pesan yang disampaikan dalam ceritera rakyat
tentang Malin Kundang kepada kita adalah…
A.jangan berdusta terhadap teman
B.seorang anak tidak boleh durhaka terhadap ibu
C.durhaka terhadap teman
D.nasihat untuk selalu berjaga
3.Berita tentang pertentangan antara seorang
anak dan orang tua dalam memperebutkan warisan, pada akhirnya berujung pada
pengadilan setelah anak melaporkan orang tuanya untuk diproses secara hukum. Tindakan seorang anak terhadap orang tua ini
merupakan pelanggaran terhadap perintah Allah ke. . . .