Tuesday, June 16, 2020

Kasih dan Doa

Masih ingatkah kita, ketika terjadi proses pemilihan president Amerika Serikat antara Obama dan Hilary Clinton? Selama proses pemilihan presiden itu, mereka berdua menjadi musuh yang saling melontarkan kata-kata yang pedas yang dapat menyakitkan hati dan perasaan serta mereka saling menjatuhkan nama baiknya. Panggung politik menjadi panggung untuk saling menyerang satu sama lain. Intinya, selama proses pemilihan itu, mereka menjadi "musuh" satu sama lain. Tetapi apa yang terjadi setelah selesai pemilihan president AS? Hilary Clinton mengucapkan selamat kepada Obama dan berdoa bagi dia agar mampu membawa Amerika Serikat lebih maju, makmur dan sejahtera. Demikian juga  yang terjadi di negara kita. Walau dalam proses PILPRES yang alot, Presiden  Joko Widodo dan Bapak Prabowo bisa saling berangkul tangan untuk bersama-sama memajukan bangsa dan negara Indonesia. Demikian juga yang terjadi antara Paus Yohanes Paulus II dengan Mehmet Ali Agca. Bahkan Paus Yohanes Paulus II mengunjunginya di dalam penjara dan berdoa untuknya.

          Ketiga contoh pengalaman hidup itu hendaknya dapat menjadi budaya dan spiritualitas bagi kita sebagai umat kristiani untuk tetap mengasihi dan berdoa bagi orang yang pernah menyakiti kita.

           Bacaan injil hari ini menegaskah hal itu. Yesus mengajak kita untuk mengasihi dan berdoa bagi musuh yang pernah menyakiti kita. Kita diajak untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi dengan kasih dan doa. 

( inspirasi:Injil Matius 5:43-48, 16 Juni,Suhardi)

Monday, June 15, 2020

Budaya Dan Spiritualitas "Non Violence"

Sering kita mendengar ungkapan, "Pembalasan lebih kejam." Artinya,  tindakan ora

ng yang  tersakiti  lebih parah daripada orang yang menyakitinya. Waduh...gawat kalau diterapkan dalam realitas kehidupan kita dan tentu saja hal ini tidak sesuai dengan budaya dan spiritualitas kristiani. Memang benar disakiti itu sakit dan sakitnya itu di sini ( tunjuk di  hati ). Lalu, apakah prinsip "pembalasan lebih kejam" ini akan menjadi gaya hidup kita. Tentu saja tidak! Kita hendaknya mengutamakan  sikap dan tindakan "non violence" ( tanpa kekerasan )  dalam hidup kristiani kita.

     Bacaan Injil pada hari ini menegaskan kepada kita untuk membangun budaya dan spiritualitas non violence. "Melawan tanpa kekerasan." Budaya dan spititulitas ini mau menghancurkan prinsip "kekerasan" dibalas dengan "kekerasan", " kejahatan" dibalas dengan "kejahatan".    Prinsip ini harus dihancurkan karena merusak /

memutarbalikan hubungan antara manusia  dengan Allah, dan hubungan manusia dengan sesamanya. Prinsip "kekerasan" dibalas "kekerasan"  hendaknya diganti dengan kebaikan dan cinta kasih / budaya dan spiritualitas non violence.

       Mari kita belajar dari sikap Tuhan Yesus untuk tidak memiliki sikap pendendam kendati apa yang mereka lakukan sangat menyakitkan. Mari kita belajar budaya dan spiritualitas non violence menjadi gaya hidup kristiani kita.

( inspirasi : Injil Matius 5:38-42,  15 Juni,Suhardi )

Saturday, June 13, 2020

Membangun Komitmen

    Katakanlah ya, jika kamu ya dan katakanlah tidak apabila tidak. Sabda Yesus ini tidak  gampang untuk direalisasikan. Karena seringkali kita bilang ya, padahal tidak atau sebaliknya bilang tidak, padahal ya.  Karena takut melukai hati orang lain atau takut menyinggung perasaan orang lain, kita bilang ya padahal tidak, bilang tidak padahal ya.

   Sabda Yesus pada ha

ri ini mengajak kita untuk tegas dan pegang komitmen, sehingga kita bisa memegang  integritas kita, kita bisa memegang kejujuran dan kebenaran serta bisa dipercaya. Memegang komitmen untuk berintegritas, jujur dan kebenaran serta bisa dipercaya harus ditegakkan dan diperjuangkan. Namun, kita sering takut untuk memegang integritas, kejujuran dan kebenaran serta kepercayaan kita itu. Ada berbagai macam alasan, sehingga tidak mampu menjaga komitmen kita untuk berintegritas , jujur, benar dan dipercaya karena takut kehilangan rejeki, jabatan, takut melukai hati atau perasaan orang lain, apalagi kita diperhadapkan dengan budaya timur. " Wuh pekewuh" " Saling menjaga perasaan" , kata orang jawa.

    Marilah kita belajar dari Tuhan Yesus untuk menjaga dan melaksanakan komitmen kita, sehingga kita tidak  plin plan terhadap komitmen kita.

( inspirasi : Injil Matius 5 : 33-37,  13 Juni, suhardi )