Friday, October 16, 2020

Karenamu

Sebuah kejadian kecil bisa memberi inspirasi bagi setiap orang yang memandangnya dan melakukan tindakan besar yang bisa berpihak pada banyak orang. Adalah Yuli, nama anak itu yang dilihat sedang membaca sebuah koran terbitan ibu kota, namun ia memegang koran itu secara terbalik sambil membacanya.   Peristiwa kecil itu terjadi di depan sebuah vihara yang ada di Jakarta Barat. Peristiwa unik di atas dilihat secara langsung oleh Ibu Siang Riani atau sering disapa dengan Mami Aysiang. Mami Aysing mendekati anak itu untuk menanyakan lebih jauh tentang kondisi yang sedang dialami. Melihat Yuli yang membaca Koran dengan posisi terbalik itu, mengundang Mami Aysiang untuk bertanya lanjut. Nak, sekolah di mana? Tanya Mami Aysing. Dengan santai pula, ia menjawab, saya tidak sekolah karena tidak ada biaya.  

 

Mendengar jawaban polos ini, menggugah hati Mami Aysing untuk berbuat sesuatu untuk Yuli dan teman-temannya yang tidak bisa mengenyam pendidikan karena ketiadaan biaya pendidikan. Peristiwa unik dan sederhana yang dilihat langsung oleh Mami Aysiang, menggugah kesadaranya untuk mencari para donatur untuk membiayai pendidikan bagi mereka yang nyaring putus sekolah. Selama dua puluh lima tahun, Mami Aysiang mencari para donatur dan mendonorkan donasi dalam bentuk uang pada mereka yang sedang sekolah tetapi memiliki ekonomi yang lemah. Banyak anak yang dulunya nyaris tidak sekolah karena ketiadaan uang tetapi dengan sokongan para donatur melalui orang tua asuh yang digagas oleh Mami Aysiang, mereka pada akhirnya menjadi “orang.” Banyak anak yang dulu disuport oleh para donatur melalui orang tua asuh, mendapatkan masa depan yang cerah. Kini, mereka menempati posisi penting di dunia kerja.

 

Gelora semangat untuk memperhatikan anak-anak “tuna aksara” terus bergulir. Membangun rasa peduli terhadap mereka yang terpinggir dan tidak mendapatkan pendidikan formal terus dirintis. Bertitik pijak pada Vihara Dharma Bhakti, rumah Tuhan yang selalu memberikan pencerahan, tidak cuma doa dan meditasi yang dilakukan tetapi lebih dari itu ia membangun sikap spiritual untuk menyokong segala kegiatan kemanusiaan. Doa dan meditasi saja tidak cukup tetapi yang dibutuhkan adalah “buah-buah” dari doa dan meditasi untuk memancarkan kebaikan kepada mereka yang tidak mampu dan terpinggirkan itu.

Vihara Dharma Bhakti mengajarkan banyak cara untuk berbuat sesuatu. Ketika dipercayakan untuk menjabat sebagai ketua harian di Vihara itu, Mami Aysiang  mencoba untuk menggerakan rasa peduli bagi para donatur  untuk bisa memberikan donasi berupa uang yang bisa menyokong pendidikan bagi anak-anak yang tidak mampu secara ekonomis. Gerakan untuk mengumpulkan dana ini sangat efektif dan dari hasil pengumpulan dana itu, Yuli dan 300 orang anak yang tidak mampu berhasil dibantu agar pendidikan mereka terus berlanjut. Memang, ”untuk melakukan sesuatu tidak harus dengan uang,” demikian kata Bob Sadino, seorang pengusaha terkenal yang memulai sesuatu dari kemauan pribadi.

 

 

Karena kemauan ini pula maka Mami Aysing  terdorong untuk memulai gerakan kemanusiaan ini walaupun tugasnya  mengetuk hati para donatur. “Uang masih ada di saku para donatur” dan dengan berusaha meyakinkan para donatur, mereka bisa memberikan perhatian pada dunia pendidikan, secara khusus membiayai anak-anak yang lemah ekonominya.   

Status anak-anak yang dilayani adalah “anak asuh” karena ia  belum mewujudkan mimpi untuk mendirikan sebuah sekolah untuk menjawabi kebutuhan anak-anak. Perhatian  yang diberikan tidak hanya  sebatas pada 300 anak asuh di bawah naungan Vihara Dharma Bhakti, tetapi perlahan membuka ruang perjumpaan dengan anak-anak lain sebagai anak asuh, seperti ke Vihara lain yang ada di Jelambar dan Tangerang.  
   

Ada bersama dengan mereka yang tidak mampu, sepertinya memberikan energi baru baginya  untuk memulai sesuatu  dalam  mewujudkan mimpi yang belum terwujud. “Aku Ada bukan untuk Ada-ku”, melainkan “Aku Ada  untuk Aku-ku yang lain.” Penggalan kalimat bernada filosofis milik Martin Heidegger, filsuf eksistensialis ini sepertinya dimaknai secara mendalam. Bahwa Ada-ku tidak untuk diriku sendiri namun Ada-ku menjadi lebih bermakna ketika saya berbuat sesuatu untuk orang lain. Pada titik tertentu, orang-orang yang saya layani bisa merasakan getar tulus dari nilai pengorbananku untuk mereka yang terlupakan.

Namun hidupku selalu gelisah  dan kegelisahan itu semakin memuncak ketika melihat begitu banyak anak yang tidak tertangani secara baik sehingga berada pada zona tidak nyaman. Di mana kehadiran negara di tengah ketimpangan sosial ini? Ah, saya tidak perlu bertanya pada negara tentang persoalan pendidikan yang terpuruk ini. Jauh lebih baik saya bertanya pada diri dan bercermin pada apa yang pernah dikatakan oleh John F. Kennedy pada puluhan tahun silam. Apa yang harus saya lakukan untuk negara?   

Dua puluh lima tahun mengabdikan diri sebagai orang tua asuh, Mami Aysiang pada akhirnya memutuskan diri untuk mendirikan sebuah sekolah di Kota Bumi, Tangerang. Sekolah itu diberi nama Insan Teratai.  Setiap kali  memasuki gerbang sekolah  Insan Teratai yang berdiri tegak di tepi kali mati, seolah menatap puncak dari sebuah perjuangan yang melewati jalur-jalur terjal. Gedung sekolah yang berdiri kokoh dan bangunannya seakan “mencakar langit,” menjadi tanda yang tak terlupakan dari mimpi yang terwujud dan begitu banyak orang yang tergiring kesadaran untuk berempati pada perjuangan yang tidak mengenal lelah ini. Seluruh jerih lelah ini sepertinya terbayar ketika melihat sekolah yang menjadi medan pergulatan dan pergumulan anak-anak tentang hidup dan kehidupan mereka. Insan Teratai menjadi muara baru, tempat nyaman untuk mencari ilmu. Mengapa memilih nama bunga teratai? Yah, teratai, bunga yang kurang mendapat perhatian publik tetapi tetap bertahan di tengah genangan air dan lumpur. Kiranya anak-anak yang dididik dari sekolah Insan Teratai tetap memancarkan kembang yang menarik, walau dari kubangan lumpur. ***(Valery Kopong)

 

 

Thursday, October 15, 2020

Yesus Mengecam Orang-Orang Farisi

 Tiga hari ini Yesus memang mengecam keras kepada  orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.Yesus mengecam keras kepada mereka bukan karena benci sama pribadinya, tetapi Yesus benci sikap dan perbuatannya. Yesus memang membenci sikap dan tindakan orang yang hanya mengutamakan kepentingan pribadinya dengan mengesampingkan nilai-nilai cinta kasih dan kebaikan kepada sesama dan Tuhan.Yesus membenci sikap dan tindakan orang yang memahami nilai nilai Kerajaan Allah, tetapi tidak mau mengajarkan dan tidak mau masuk ke dalam Kerajaan Allah itu, bahkan justru menghalang-halangi orang lain untuk memahami dan masuk ke dalam Kerajaan Allah. 

Yesus mengecam mereka agar mereka tidak menampilkanm kepalsuan dan kemunafikan dalam hidupnya. Yesus mengecam mereka agar mereka tidak  mengutamakan hal-hal yang lahiriah semata,kehormatan,jabatan, popularitas dan nama baik. 

Walaupun mereka mau ditunjukkan ke jalan kebenaran, mereka tidak mau menerima jalan kebenaran yang dibawa oleh Yesus.Mereka justru memusuhi Yesus bahkan mau menyingkirkan Yesus dari tengah-tengah mereka.Maka, mereka berusaha mencari-cari alasan yang boleh dimanipulasi untuk melenyapkan Yesus. 


Refleksi : Apakah Yesus juga mengecamku saat ini ? Yesus akan menyambut kita dengan sukacita ketika kita dengan rendah hati untuk memperbaharui kehidupan kita yang lebih mantap dan lebih baik dalam hal iman, harap dan kasih kita.Santa Theresia akan menolong kita.

( Lukas 11: 47-54, 15 Oktober , Suhardi )

Wednesday, October 14, 2020

Jabatan Rahmat

 

Ketika terjadi pergantian jabatan di dalam pemerintahan, sepertinya tidak sulit dicari figur-figur yang pas untuk menempati posisi jabatan yang lowong itu. Memang diakui jabatan-jabatan strategis dalam dunia pemerintahan selalu menjanjikan, tidak hanya jabatan itu sendiri tetapi juga soal gaji yang diperoleh berkaitan dengan posisi yang ditempati  itu. Situasi ini menjadi bertolak belakang ketika kita mencari figur-figur untuk menjadi pemimpin di dalam lingkup gereja, seperti wakil ketua dewan paroki ataupun menjadi ketua lingkungan.  Berhadapan dengan sulitnya untuk meminta orang-orang Katolik untuk terlibat dalam pelayanan dengan menempati posisi strategis itu, memunculkan pertanyaan bagi kita. Mengapa orang-orang Katolik yang ketika dimintai kesediaannya untuk melayani sebagai pemimpin, selalu menolak tawaran itu?

 

Pertanyaan di atas menjadi penting karena siapa lagi yang bisa melayani umat dalam karya-karya pelayanan?  Ketika masa jabatan Ketua Lingkungan di ujung waktu, ada kecemasan menghinggap di hati para anggota lingkungan itu. Mengapa kecemasan massal muncul secara serentak? Kecemasan bercampur rasa takut sebenarnya menyembunyikan sebuah penolakan  untuk tidak dipilih menjadi Ketua Lingkungan.   Tetapi di balik kecemasan itu, muncul harapan yang sama, moga-moga ketua lingkungan yang lama dikukuhkan lagi. Memang, realita ini tidak bisa dipungkiri bahwa menjadi ketua lingkungan adalah sebuah jabatan yang membebani, apalagi  tidak diimbangi dengan honorarium.

 

Menolak untuk tidak menerima jabatan memperlihatkan sebuah keprihatinan. Banyak dari kita ingin hidup sebagai umat biasa dan tidak membebani diri dengan jabatan-jabatan yang ada dalam lingkup gereja paroki.  Ketika membaca buku tentang tantangan bagi ketua lingkungan di era sibuk, membuka wawasan kita tentang esensi dasar dari panggilan hidup menggereja. Menjadi orang Katolik tidak sekedar ke gereja dan mengikuti ritual keagamaan tetapi dibutuhkan peran serta dalam menghidupkan iman umat melalui pelayanan nyata.

 

Membaca buku “Ketua Lingkungan di Era Sibuk,” penulis mengajak untuk  membangun esensi panggilan setiap orang Katolik. Dibaptis untuk masuk ke dalam Gereja Katolik secara implisit menyiratkan sebuah panggilan luhur  untuk menjadi pewarta dan saksi Kristus. Menjadi Ketua Lingkungan juga merupakan ejawantah dari rahmat baptisan yang telah kita terima. Dalam pengantar buku ini, Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta menekankan “Supaya umat di lingkungan berakar dalam iman, semakin bertumbuh dalam persaudaraan dan semakin berbuah dalam pelayanan kasih dibutuhkan banyak orang yang memiliki niat, kehendak atau kemauan untuk melayani.”

 

Menjadi Ketua Lingkungan di era sibuk berarti  berusaha mengorbankan diri demi orang-orang yang dilayani. Memang, jabatan ini kurang “membius” bagi siapa saja untuk merebutnya tetapi jabatan ini merupakan “jabatan rahmat” di mana Allah menyalurkan kasih dan kebaikan-Nya. Masing-masing kita perlu membangun niat dan motivasi untuk menjadi “pemimpin dan pemimpi,” walau hanya menjadi Ketua Lingkungan.   Dalam buku yang disajikan dalam empat bagian ini merupakan pergumulan pengalaman hidup harian dan buku ini menemukan makna baru  ketika disandingkan dengan Arah Dasar Pastoral Keuskupan Agung Jakarta. Siapa pun akan tergugah membaca buku ini sambil berkata, “kapan saya dipilih menjadi Ketua Lingkungan?”  

 

Di tengah kesibukan kerja yang mendera, setiap orang Katolik diharapkan untuk menjadi pemimpin dalam lingkungan. Dalam jejalan waktu dan kepulan asap kota, kita masih melihat rahmat panggilan untuk melayani sesama. Buku ini tidak mengajak pembaca menangisi keengganan untuk menjadi ketua lingkungan, sebaliknya mengajak kita untuk memandang peristiwa ini dengan cara lain.***(Valery Kopong)

 

 

Perasaan Malu

Ada salah satu ungkapan bahasa Jawa yang pernah saya baca, yaitu 'RAI GEDHEK' . Ungkapan ' rai gedhek' mau menyampaikan pesan bahwa seseorang itu tidak mempunyai perasaan malu, malah sering malu-maluin atas tindakan dan ucapannya. 

Bacaaan Injil pada hari ini menceritakan tentang Yesus yang menyapa dengan keras orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena hidupnya hanya berusaha mencari keuntungan pribadi walau dengan mengorbankan sesamanya.Hidupnya tidak memberi kelegaan dan kesejahteraan sesamanya, justru hidupnya hanya memberi beban kepada orang lain. Mereka bisa menari-nari di atas penderitaan orang lain. Mereka lebih mengumatakan peraturan/hukum daripada  tindakan cinta kasih dan keadilan.Mereka berusaha mencari kehormatan dan jabatan. Ketika kehormatan dan jabatannya terusik, mereka akan 'ngambek' bahkan memusuhinya dan berusaha menyingkirkannya. Bisa jadi mereka itu mempunyai 'RAI GEDHEK', golongan orang  yang tidak mempunyai perasaan malu, malah sering malu-maluin atas ucapan dan tindakannya. 


Wajah' RAI GEDHEK ' bisa jadi berlaku bagi kita.Ketika kita jarang mengikuti perayaan Ekaristi, ketika kita jarang mengaku dosa, ketika jarang berdoa pribadi, ketika kita jarang berkorban dan melayani, ketika mengalami krisis iman, cinta kasih dan identitas diri, ketika kita hanya mengejar harta dan tahta. No time for God and others.Semuanya itu hanya dianggap biasa aja,ngak ada perasaan " malu " sebagai umat beriman.
(Lukas 11:42-46, 14 Oktober, Suhardi)

Tuesday, October 13, 2020

Cinta dan Kebaikan

 Dua hari yang lalu saya melihat dua buah gambar tumbuhan wortel lewat Facebook.Gambar tumbuhan wortel yang satu daunnya nampak tumbuh subur dan rimbun tapi isi dalamnya sangat kecil.Sementara itu,gambar tumbuhan wortel yang lain nampak dengan daun yang pendek dan tidak rimbun, tapi isi dalamnya sangat besar.Ketika,saya melihat kedua gambar tumbuhan wortel tersebut, saya merefleksikan bahwa ukuran kwalitas pribadi seseorang bukan dilihat dari penampilan lahiriah, tapi dilihat dari isi dalamnya. 

Dua minggu yang lalu saya juga melihat sebuah kiriman di FACEBOOK, yang mengungkapkan bahwa kalau kita mau melihat kebaikan seseorang dapat dilihat bagaimana dia memperlakukan orang lain dengan sentuhan kasih, bukan dilihat dari rajinnya dia beribadat atau berdoa. 

Demikian juga dalam pemilihan "MISS UNIVERSE " , tim penilai lebih menilai dari aspek "INNER BEAUTY " daripada "PHISICAL BEAUTY" Hal ini mempertandakan bahwa hal-hal yang nampak indah dan bagus secara lahiriah belum tentu menunjukkan kwalitas iman,cinta kasih dan kebaikannya. 

Bacaan Injil pada hari ini Yesus mengkritik orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang lebih mengutamakan penampilan lahiriahnya, sementara isi hatinya amburadul.Yesus bersabda, "Kamu orang-orang Farisi,kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan,tetapi bagian dalammu penuh dengan rampasan dan kejahatan." 


Seperti apakah diriku saat ini ?

(Inspirasi:Lukas 11: 37-41, 13 Oktober, Suhardi )

Monday, October 12, 2020

Pertobatan

 Pertobatan itu bukan hanya kehendak pribadi,tetapi kehendak Allah. Allah menghendaki kita untuk memperbaharui kehidupan kita.Allah menghendaki Rasul Paulus mengalami pertobatan.Allah menghendaki Santo Agustinus mengalami pertobatan.Pertobatan itu bukan hanya kehendak pikiran,tetapi juga kehendak hati. Hati kita yang terbuka akan karya Roh Kudus menggerakkan kita untuk mengalami pertobatan. 

Pertobatan yang berdasarkan kehendak hati dan kehendak Allah akan menghasilkan buah-buah pertobatan.Rasul Paulus menjadi seorang pewarta Kristus yang luar biasa.Santo Agustinus dinyatakan menjadi orang kudus karena dari buah-buah pertobantannya. 

Bacaan Injil pada hari ini juga menceritakan soal pertobatan.Orang Niniwe mendapatkan rahmat keselamatan Allah karena mereka mau bertobat.Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tidak mau bertobat dan percaya pada Yesus.Mereka merasa suci, seolah-olah  tidak ada beban dosa dalam dirinya.Walau mereka sudah melihat tanda-tanda kebesaran Allah dalam diri Tuhan Yesus,mereka tidak tergerak hatinya  untuk bertobat dan percaya pada Yesus. 

Kita adalah manusia yang rapuh.Kita membutuhkan kehendak hati yang selalu terbuka pada kehendak Allah untuk memperbaharui hidup kita, sehingga kelak  kita akan melihat tanda-tanda kebesaran Allah di dalam KerajaanNya.


Beato Carlo Acutis berusaha mengikuti misa harian dan setiap minggu mengaku dosa sebagai bentuk pembaharuan hidupnya
(Lukas 11:29-32, 12 Oktober, Suhardi)

Menggugat Kebenaran

Beberapa waktu yang lalu, saya mendapat SMS dari salah seorang  teman. SMS-nya singkat dan memberikan pesan  yang kabur padaku. Dia mengatakan, 2+2  hasilnya bukan empat lagi. Membaca pesan singkat ini semakin membuat aku  tak karuan berpikir. Hitungan matematis semenjak dulu, bahwa 2 + 2 sama dengan empat. Lalu mengapa hari ini digugat melalui SMS dan yang menggugat adalah orang yang biasa aja dan bukan ahli matematika?  Kalau seorang ahli matematika yang menggugat, saya melihatnya sebagai hal yang biasa tetapi karena yang menggugat adalah seorang yang biasa maka hal itu dilihat sebagai sesuatu yang luar biasa.


Selang beberapa menit kemudian, dia mengirimkan SMS lagi, bahwa kebenaran tidak sama dengan kebenaran karena kebenaran sedang dipermainkan. Seperti 2 + 2 tidak sama dengan empat lagi, demikian kebenaran sebagai sebuah fakta masih bisa digugat oleh para penggugat sesuai dengan maksud dan tujuan penggugat itu. Ketika membaca dan merenungkan bahkan melihatnya dalam terang filosofis, sadar atau tidak sadar, banyak di antara kita yang sedang mempermainkan kebenaran. Bahwa kebenaran sebagai  sebuah fakta yang merupakan bukti otentik dari sebuah peristiwa dikesampingkan demi sebuah tujuan tertentu, yakni menyelamatkan diri dari jeratan kesalahan yang dituduhkan padanya.
Kebenaran pada masa ini menjadi sebuah “permainan” bagi segelintir orang yang menamakan diri sebagai pemangku kepentingan. Atas nama kepentingan pribadi dan kelompok yang seharusnya terjerat dalam kesalahan tetapi masih mencari celah untuk berkelit. Tetapi seberapa jauh, kelompok ini berkelit? 

 

Dalam dunia yang penuh dengan transparansi, mengungkap sebuah fakta kebenaran didukung oleh banyak hal terutama bukti-bukti  otentik yang menjadi dasar untuk melegitimasi sebuah kebenaran yang diperjuangkan. Semakin orang berkelit dan memutarbalikan fakta, pada saat yang sama kebenaran akan terus mengejar. Apakah nurani masih memperlihatkan kejernihan batin untuk mengatakan benar sebagai yang benar dan salah sebagai yang salah?
Hampir setiap waktu, nurani kita terasah untuk melumat nilai-nilai kebenaran dan bahkan kita diharapkan  sebagai penjaga nilai-nilai kebenaran.  Nurani seseorang  terasah secara baik dan selalu berpihak pada kebenaran. Namun ketika  berhadapan dengan realitas maka kebenaran bisa dikebiri demi sebuah jabatan dan popularitas diri. Karena itu kebenaran belum tentu benar bila diramu oleh tangan sang penguasa atau mereka yang memegang tampuk kepemimpinan. Mari belajar untuk mengatakan yang benar dengan nurani yang bening.***(Valery Kopong)

 

 

Friday, October 9, 2020

Kuat Kuasa Allah

Hari ini kita mendengarkan bacaan Injil yang menyatakan kuasa Allah yang dinyatakan dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus.Tidak ada yang bisa "blok" kuat-kuasa Allah kalau Allah sudah bertindak.Kita yakin bahwa setan-setan dan roh-roh jahat ditaklukkkan oleh kuat-kuasa Allah. Kita ngak perlu ragu akan kuat-kuasa Yesus,walau ada yang meragukannya, bahkan ada yang mengira kuat kuasa Yesus berasal dari kuasa Beelzebul.Keyakinan iman kepadaNya sangat dibutuhkan bagi kita yang mau melihat kuat kuasa Tuhan Yesus.Kuat kuasa Tuhan Yesus akan dinyatakan tepat pada waktunya.That is why, we should come and surrender in the power of Jesus Christ, if the power of the devils attack us. 

Krisis iman dan cinta serta identitas diri merupakan ciri-ciri bahwa kuasa roh jahat telah menghantui kita.Krisis iman dan cinta serta identitas diri akan membawa kehancuran kehidupan kita.Maka,satu-satunya jalan menyelamatkan diri dari krisis iman dan cinta serta identitas diri adalah kita hendaknya membuka diri terhadap kuat-kuasa Tuhan Yesus,kita membiarkan kuat-kuasa Tuhan Yesus merajai hati kita. 


Dengan rahmat pembabtisan yang telah kita terima, diteguhkan dalam sakramen krisma dan ekaristi, atas namaNya kita diutus untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan Yesus untuk  mengalahkan kuasa setan dan roh-roh jahat.  In the power of Jesus Christ, we will conquer the power of the devils.
(Inspirasi : Lukas11: 15-26, 09 Oktober,Suhardi )

Thursday, October 8, 2020

Allah Itu Baik

 Seringkali kita mendapat pesan dari orang lain, "Mari kita berdoa dan berusaha." Artinya, selain kita  berdoa, kita berusaha melakukan sesuatu sesuai dengan doa-doa kita itu.Misalnya,kita berdoa minta kesembuhan kepada Tuhan, maka kita berusaha melakukan sesuatu untuk proses penyembuhan itu.Kita berusaha makan dan minum yang baik, bertemu dengan dokter, lalu minum obat yang diberikan dan lain-lain.Usaha ini tentu dilandasi oleh sikap rendah hati dan keyakinan iman kepada Sang Empunya Kehidupan,biarlah rencana dan kehendakNya yang terjadi.Karena kita yakin bahwa Allah itu baik.Allah akan memberikan yang terbaik dan terindah bagi kita pada waktunya yang tepat.

 Bacaan Injil hari ini mengandung pesan perintah, "Mintalah,carilah, ketoklah." Lalu kalimat berikutnya adalah jawaban atas perintah itu : 


" Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat, dan setiap orang mengetok, baginya pintu dibukakan" Di sini dibutuhkan keyakinan iman dan sikap kerendahan hati bahwa setiap apa yang kita minta,kita cari dan kita ketok, akan terjawab oleh Allah. Kita bersyukur bahwa jawaban dari Allah itu tepat dengan apa yang kita minta kita cari,kita ketok, tetapi ada saatnya apa yang kita minta,kita cari, kita ketok itu berbeda  dengan apa yang kita kehendaki.Tetapi, kita yakin bahwa jawaban dari Allah itu adalah jawaban yang terindah dan terbaik,maka kita ngak perlu putus asa,kecewa bahkan protes sama Tuhan.
(Lukas11:5-13, 08 Oktober, Suhardi)

Wednesday, October 7, 2020

Ajarilah Aku Berdoa

Para murid telah tinggal dan hidup bersama dengan Yesus beberapa tahun. Tentu saja, mereka tahu betul apa yang disabdakan dan dibuat oleh Yesus. Yesus makin populer dengan apa yang disabdakan dan dibuat serta makin banyak para pengikutNya. .    

Dalam peringatan wajib Maria Ratu Rosario hari ini bacaan Injil mengisahkan para murid yang  meminta kepada Yesus untuk mengajari bagaimana cara berdoa.Tentu saja hal ini bukan sebuah permohonan yang menarik.Mengapa para murid tidak meminta kepada Yesus untuk mengajari cara mengusir setan dan roh-roh jahat serta meminta Yesus mengajari bagaimana cara membuat mukjijat, sehingga mereka bisa sepopuler dengan Yesus.Bukankah hal-hal yang luar biasa lebih disenangi orang.


Para murid justru meminta kepada Yesus untuk mengajari bagaimana cara berdoa.Apakah hal ini hanya sebuah tradisi aja dimana Yohanes mengajari cara berdoa, maka Yesus pun wajib mengajari cara berdoa.Tentu saja, hal itu bukan sebuah alasan utama mengapa para murid meminta kepada Yesus mengajari bagaimana cara berdoa.Para murid tahu betul bagaimana tantangan demi tantangan yang dihadapi oleh Yesus. Dan setelah Yesus berdoa, Yesus selalu mampu melaksanakan tugas perutusanNya dengan baik dan mampu menghadapi tantangan demi tantngan karya pewartaanNya tentang Kerajaan Allah. Dan hal inilah yang mau diteladani oleh para murid Yesus. Dan Yesus mengajarkan keoada mereka sebuah DOA AGUNG, YAITU DOA BAPA KAMI.
(Inspirasi : Lukas 11:1-4, 07 Oktober, Suhardi )