Judul : Keharuman Cinta Mother Teresa
Penulis : Anna Farida
Penerbit : New Agogos Publising, Jakarta 2012
“Teresa adalah salah satu titik
perenungan tentang kemanusiaan yang
terabaikan. “ Mengenang Teresa dan perjuangan mengumpulkan orang-orang terbuang
di Calcuta, adalah mengenang kemanusiaan yang terabaikan hingga titik nadir.
Tindakan kemanusiaan yang dilakukan, tidak membuat orang memuji kebaikannya,
tetapi lebih banyak orang mencela bahkan mencibir kebaikan yang ia curahkan
kepada orang-orang miskin di sudut-sudut kota. Kecurigaan akan kristenisasi
semakin kuat ketika orang melihatnya sebagai biarawati Katolik berkerudung yang
sedang memperkenalkan cinta kasih itu di tengah hiruk pikuknya kehidupan di
Calcuta.
“Ia mencari popularitas dengan
berpura-pura berpihak pada orang-orang miskin,” demikian keluhan sinis seorang
India ketika melihat gerak perjuangannya yang berpihak pada mereka yang tak
berdaya. Keluhan yang muncul ini adalah
sebuah keluhan tanpa alasan yang pasti dan nyatanya apa yang dilakukan Teresa
adalah murni gerakan kemanusiaan atas nama cinta kasih. Cinta menjadi dasar
utama dalam membangun relasi dengan Tuhan dan menghayatinya dalam kehidupan
sosial. Mother Teresa selalu gelisah saat berhadapan dengan realitas kehidupan
yang miskin dan telantar. Orang-orang miskin dibuang di sudut-sudut kota adalah
cermin nurani yang rapuh dan kemanusiaan yang hilang di tengah arogansi zaman.
Untuk apa Muder Teresa berani meninggalkan biara dan melepaskan kemapanan hidup
untuk bergulat dengan deru nafas kemiskinan?
Buku novel ini memiliki sebuah
kekuatan penceritaan lebih dalam, apalagi Anna Farida, si penulis novel
keharuman cinta Mother Teresa adalah seorang muslimah. Dalam kedalaman refleksinya
ia menegaskan bahwa “Bunda Teresa adalah guru kemanusiaan, bukan guru
ngajinya.” Tindakan humanis yang telah dicontohkan Mother Teresa tidak pernah
lenyap bersamaan dengan kematiannya pada beberapa tahun yang lalu. Tetapi
justeru aksi-aksi sosial dan kesalehan hidupnya menjadi contoh semua orang,
lintas agama, suku, budaya bahkan lintas generasi. Anna Farida berusaha untuk
menuturkan apa yang dilakukan oleh Mother Teresa kepada anak-anaknya di rumah.
Bahwa kebaikan yang diperlihatkan oleh Teresa terus diwariskan kepada generasi
sesudahnya dan dengan demikian cinta Tuhan semakin mekar di dunia. “Cinta itu
terus berbuah di setiap musim, siapapun berhak untuk memetiknya.” Dapatkah kita
memetik buah cinta dari Teresa dan membagikannya kepada orang lain?***(Valery
Kopong)
3 komentar:
Terima kasih resensinya, Ibu :-) salam kenal
Sama-sama bu. Salam kenal juga. Valery
Sama-sama bu. Salam kenal juga. Valery
Post a Comment