Friday, October 31, 2014

PELATIHAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013


 
Kurikulum 2013  menjadi sebuah tantangan baru bagi para tenaga pendidik. Menyadari betapa pentingnya  dunia pendidikan dan tuntutan akan kehadiran kurikulum 2013 maka Bimas Katolik-Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten berupaya untuk memberdayakan guru-guru Agama Katolik dengan mengadakan pelatihan kurikulum 2013. Proses pelatihan kurikulum dengan mengusung tema “Penyelenggaraan  Kegiatan Pengembangan Mutu Guru PAK,”  dibuka secara resmi oleh Pjs. Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Banten, Bpk. H.Subhi dan didampingi oleh Bapak Pembimas Katolik Banten, Bapak Stanislaus Lewotoby.  Dalam arahan pembukaannya, Bapak Subhi mengatakan bahwa dilihat dari sisi demografi, Indonesia menempati posisi penting yakni memiliki usia remaja dengan jumlah yang cukup besar yang bisa dijadikan aset dalam kancah dunia.
Untuk menghadapi gerakan “Indonesia emas” pada beberapa tahun ke depan, persoalan demografi menjadi sebuah tantangan berat. Apabila jumlah usia produktif ini dikelola secara baik maka akan membawa kontribusi besar untuk bangsa dan apabila tidak dikelola secara baik maka akan membawa malapetaka bagi bangsa sendiri. Dalam proses pengelolaan sumber daya manusia ini tidak hanya didukung oleh ilmu pengetahuan saja tetapi juga ditopang oleh nilai-nilai keagamaan. “Banyak orang pintar di Indonesia. Lihat saja orang-orang yang ditangkap KPK karena korupsi, mereka bukanlah orang yang bodoh tetapi mereka adalah orang-orang pintar,” ujar Bapak Subhi di sela-sela sambutan pembukaan acara pengembangan mutu guru Agama Katolik.
Karena itu menurutnya, mendidik anak-anak harus menanamkan kecerdasan, kepintaran dan memiliki ingritas kepribadian yang baik. “Tiga hal ini yakni cerdas, pintar dan integritas harus dimiliki oleh seorang anak didik.” Untuk menanamkan tiga hal ini dalam diri seorang anak didik membutuhkan proses panjang dan penuh ketelatenan. Pada kesempatan ini juga ia mengajak para guru Agama Katolik tingkat SD yang hadir pada saat itu untuk melihat kembali motivasi awal untuk menjadi guru Agama Katolik. Terlebih dahulu seorang guru Agama Katolik mencintai profesinya sebagai guru agama. Hal ini menjadi penting karena berpengaruh pada proses pengajaran Agama Katolik.
Selanjutnya dalam nada guyon, Bapak Subhi mengatakan bahwa, apakah selama ini ada anak didik kita mencari guru Agama Katolik untuk “les privat?” Selama ini, selalu dibanggakan adalah orang-orang yang mengampu mata pelajaran lain, seperti Matematika, Fisika, Kimia. Sementara itu, guru-guru yang mengampu pelajaran Agama Katolik atau guru agama umumnya dilihat dengan sebelah  mata. Artinya bahwa lingkungan kita masih meremehkan peran guru agama dan pelajaran agama hanya didapatkan di sekolah, sedangkan di rumah, anak-anak lebih berkonsentrasi pada bidang studi lain yang menjadi favorit.
Kegiatan yang berlangsung pada 12-13 September 2014, bertempat di Hotel Regal ini, menghadirkan pembicara tunggal yakni, Bapak L. Atrik Wibawa. Pak Atrik tidak hanya tampil sebagai pembicara tetapi juga sebagai penyusun kurikulum Agama Katolik bersama KWI, karena itu ia cukup menguasai produk kurikulum 2013 yang sudah digulirkan oleh pemerintah dan juga mengajarkan, bagaimana membuat rancangan pembelajaran. Memang, kurikulum ini cukup berat dalam proses pelaksanaan karena butuh persiapan yang matang, mulai dari silabus, RPP dan proses penilaian.
Roh kurikulum baru ini sedikit berbeda dengan KTSP karena di dalam kurikulum 2013 ini, selain persiapan yang cukup rumit tetapi juga membuka ruang terbuka bagi anak didik untuk berani bertanya dalam proses pembelajaran di kelas. Berat memang, mengubah pola ini karena sudah sekian tahun, peserta didik kurang diajak untuk bertanya dan terlihat dominasi guru terlalu kuat dalam proses pembelajaran pada KTSP. Walaupun sudah ada kurikulum 2013 yang memungkinkan setiap anak untuk bertanya, namun seorang guru harus merobah pola pikirnya agar bertindak sebagai fasilitator yang merangsang peserta didik untuk berani bertanya.
Pada kesempatan itu, para peserta tidak mendengarkan apa yang dikemukakan oleh narasumber tetapi juga dilibatkan dalam proses pembuatan RPP sesuai dengan tuntutan kurikulum baru, kurikulum 2013. Setelah membuat RPP, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pembuatan RPP kepada peserta yang hadir dan ditanggapi oleh peserta lain. Masing-masing kelompok merasa terbantu dan saling melengkapi kekurangan yang dialaminya. Acara ini ditutup pada pukul 10.30 dan setelah makan siang, masing-masing peserta pulang ke tempat masing-masing. Sayonara.***(Valery Kopong)

0 komentar: