Monday, November 13, 2017

“Kamu Harus Memberi Mereka Makan”



Membaca teks Injil Matius 14:13-21 tentang mukjizat yang dilakukan oleh Yesus yang memberi makan pada lima ribu orang, menjadi sesuatu yang menarik. Dikatakan menarik karena hanya bermodalkan lima potong roti dan dua ekor ikan, Yesus berhasil memberi makan kepada lima ribu orang. Ini mukjizat sehingga peristiwa ini tidak bisa dicerna dengan akal sehat manusia. Teks kitab suci ini juga tidak mengulas secara detail tentang proses perbanyakan roti dan ikan itu. Hal ini terus menjadi pertanyaan bagi setiap orang telah membaca teks kitab suci terutama yang mengulas bagaimana Yesus memberi makan pada lima ribu orang. Apakah setelah Yesus memanjatkan doa maka lima roti dan dua ekor ikan berubah menjadi tumpukan roti dan ikan? Ataukah setiap orang yang satu roti dari lima roti yang tersedia, jumlahnya tetap lima? Inilah pertanyaan-pertanyaan nakal yang muncul setelah membaca teks kitab suci itu.
Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa. “  Mendengar apa yang disampaikan oleh murid-murid-Nya ini, Yesus malah memberi tantangan kepada para murid-Nya. “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.”
Kata-kata Yesus ini menjadi ancaman tersendiri bagi para murid sekaligus bagaimana menanggulangi persoalan rasa lapar yang sedang dialami oleh lima ribuan orang yang hadir mendengar ajaran Yesus. Para murid tidak berbuat banyak tetapi Andreas salah seorang murid Yesus memberikan informasi bahwa ada  lima potong roti dan dua ekor ikan. Informasi ini ditanggapi oleh Yesus dan segera memberikan tindakan yang bisa menyelamatkan rasa lapar yang sedang mengepung lima ribuan orang.
Informasi menjadi sebuah catatan penting bagi  Yesus namun sebenarnya Yesus sudah tahu, keberadaan lima potong roti dan dua ekor ikan. Membaca dan merenungkan kisah mukjizat ini memberikan spirit bagi kita dan terutama dalam mengelola koperasi Madani. Koperasi Madani lahir dari inisiatif Romo Sudri, SJ  yang mendorong sebagian umat menggerakkan perkoperasian yang bermula dari Stasi Gregorius.  Tugas Romo Sudri hanya menginisiasi kelahiran koperasi ini sedangkan umat yang tergabung dalam koperasi dan terutama pengurus Koperasi Madani memiliki kewajiban untuk menggerakkan umat untuk terus mempertahankan keberadaan koperasi itu. Ketika bertemu Romo Sudri, SJ yang sekarang menjadi Pastor Kepala Paroki Blok Q, kami menceritakan tentang perkembangan koperasi yang pernah dirintis saat masih bertugas sebagai pastor rekan di Paroki Santa Maria –Tangerang. Romo Sudri kaget dengan jumlah anggota yang begitu banyak dan memiliki sebuah kantor. Sebuah kemajuan koperasi yang patut diapresiasi, karena bermula hanya bermodalkan sedikit uang tetapi semakin berkembangnya waktu, jumlah anggota semakin banyak dan tentunya berpengaruh pada modal koperasi yang semakin banyak pula.   
Sebagai orang beriman, proses perkembangan koperasi ini bisa dilihat sebagai cara Tuhan menyejahterakan hidup manusia, terutama yang bergabung dalam anggota koperasi. Tak seorang pun bisa membayangkan bahwa modal dan anggota yang dulunya sedikit, namun perlahan bertambah banyak. Sebuah mukjizat sedang terjadi walaupun dalam peristiwa sederhana. Seperti lima potong roti dan dua ekor ikan, apabila dilihat dari kaca mata manusia, merupakan sesuatu yang tidak ada arti. Tetapi di mata Tuhan, hal kecil ini menjadi berarti dan mengenyangkan banyak orang yang hadir. Seperti Yesus yang memerintahkan kepada para murid, “Kamu harus memberi mereka makan, “ demikian juga kalimat ini memberi  perintah tersendiri bagi pengurus koperasi. “Kamu harus memberi kesejahteraan bagi para anggota.” Kalimat ini menjadi sesuatu yang bermakna dan sedang terjadi dalam koperasi kita.

Hanya dengan lima potong roti dan dua ekor ikan, lima ribu orang dikenyangkan bahkan masih ada sisa dua belas bakul. Kita juga meyakini bahwa Tuhan selalu menyertai kita dalam bekerja mengelola koperasi ini agar memberikan manfaat bagi masyarakat luas, tidak hanya lima ribu orang tetapi lebih dari itu.***(Valery Kopong)   

 

0 komentar: