Bait Allah adalah tempat suci orang
Yahudi pada zaman lampau. Seluruh kegiatan hidup mereka umumnya terpusat pada
Bait Allah. Kehidupan religius, sosial, ekonomi dan politik dibicarakan di
tempat suci ini. Walaupun Bait Allah merupakan tempat suci tetapi tidak berarti
yang dibicarakan adalah kitab suci saja melainkan seluruh aspek kehidupan
manusia. Kumpulan manusia yang selalu
memadati tempat-tempat suci seperti Bait Allah pada zaman dulu, tidak dilihat
sebagai onggokan manusia saja tetapi dilihat sebagai pangsa pasar yang sangat
bagus bagi para pelaku bisnis.
Para pedagang memang orang-orang yang
jeli melihat situasi terutama kapan manusia membentuk kerumunan. Ketika ada
keramaian dan kerumunan manusia, momentum itu dimanfaatkan oleh para pedagang
untuk menjual dagangannya. Apakah rumah-rumah ibadah yang ada saat ini masih
menjaga agar tidak diserbu oleh para pedagang? Kalau kita melihat kondisi yang
ada sekarang, rumah-rumah ibadah tidak hanya mementingkan kehidupan religus
saja tetapi juga mengembangkan sentra ekonomi. Ada banyak rumah ibadah yang
memiliki kantin yang menjual bahan kebutuhan yang bisa dijual. Harus diakui
bahwa kekuatan-kekuatan ekonomi bermula dari rumah ibadah. Sebagai contoh,
gereja-gereja Katolik saat ini tidak murni menjadikan tempat itu hanya untuk
kegiatan rohani saja tetapi juga pengembangan ekonomi. Ada kantin, ada toko
rohani dan juga ada pusat pelatihan yang bisa menghasilkan manusia-manusia
produktif.
Banyak gagasan terutama menyangkut
ekonomi, lahir dari lingkungan gereja dan memberikan banyak manfaat bagi
seluruh umat. Sebagai contoh sederhana, banyak koperasi digagas oleh imam
Katolik dan lahir dalam lingkungan gereja. Koperasi Madani juga lahir dari
lingkungan gereja Katolik.
Mengapa gereja-gereja Katolik begitu
getol untuk melahirkan koperasi? Koperasi merupakan sumber pengembangan ekonomi
yang lahir dari umat (masyarakat sebagai anggota). Dengan adanya koperasi ini umat semakin
memiliki koperasi itu dengan meminjam
serta mengembangkannya modal dalam berwirausaha.
Namun dari aspek pewartaan, dengan adanya koperasi menjadi sarana
pewartaan yang paling baik dan memungkinkan orang-orang Katolik bersentuhan
langsung dengan orang-orang dari latar belakang suku, agama dan ras yang
berbeda. Koperasi menjadi wadah perekat antara satu dengan yang lain tanpa ada
sekat pembeda. Koperasi menjadi titik temu yang paling ampuh untuk berdialog
dan membicarakan persoalan ekonomi yang masih mengalami kesenjangan. Hanya
dalam koperasi, seolah-olah para anggotanya menanggalkan identitas primordial
dan memfokuskan diri pada persoalan kesejahteraan dengan koperasi sebagai
jembatan utama.
Menyadari pentingnya kehadiran koperasi
ini, beberapa waktu lalu pihak Keuskupan Agung Jakarta mengundang para
pengelola koperasi gereja untuk berkumpul. Apa yang dilakukan oleh para awam
yang mengelola koperasi merupakan bentuk lain dari kerasulan yang tulus dan
selalu menebarkan cinta kasih. Koperasi menjadi penggerak utama bagi orang yang
mau berbuat baik.***(Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment