Friday, December 17, 2010

TOLAK TAMBANG

Uskup Ruteng: Tambang Hancurkan Tatanan Alam
pk/lyn
Mgr. Hubertus Leteng, Pr
Rabu, 4 Agustus 2010 | 09:52 WIB
RUTENG, POS KUPANG.Com -- Gereja Katolik Dioses Ruteng menolak dengan tegas semua kuasa pertambangan di wilayah Manggarai. Kegiatan pertambangan dinilai menghancurkan seluruh tatanan alam.

Uskup Ruteng, Mgr. Hubertus Leteng, Pr, menyampaikan hal itu menjawab Pos Kupang melalui telepon selulernya di Ruteng, Senin (2/8/2010). Dia dimintai pendapatnya usai mengunjungi lokasi pertambangan di Nanga Rawa, Torong Besi dan Serise, belum lama ini.

Menurut dia, alam yang indah terancam keutuhannya oleh perilaku manusia sendiri yang serakah dengan alam. Fakta yang ada di tiga lokasi itu memperlihatkan suatu kondisi yang memprihatinkan. Tatanan lingkungan dan alam sekitar sudah hancur berantakan akibat ulah manusia sendiri.

Dia menegaskan, alam adalah ciptaan Tuhan yang utuh. Manusia dan alam ciptaan adalah saudara. Karena itu, kita tidak boleh saling menyakiti, apalagi dengan tahu dan mau menghancurkannya.

Dia menjelaskan, siapa pun tidak berhak mencabut hak hidup ciptaan lain demi uang. Tanah dan alam ini milik semua orang dan ciptaan lainnya. "Apa pun bentuk pertambangan harus ditolak," katanya.

Harus dihentikan

Sebelumnya, jaringan tokoh agama peduli ekonomi, sosial budaya (Jatab-Ekosob NTT) menyerukan agar wilayah NTT harus bebas dari semua aktivitas pertambangan. Karena itu, kegiatan eksplorasi dan eksploitasi pertambangan yang sedang berlangsung di Kabupaten Belu, TTU, TTS, Kupang, Manggarai dan Manggarai Timur harus dihentikan.

Seruan pastoral itu disampaikan dalam pernyataan sikap yang dibacakan secara bersama-sama di lokasi pertambangan Soga II, Kelurahan Wangkung-Torong Besi, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, Sabtu (10/7/2010).

Pernyataan sikap setebal empat halaman itu ditandatangani oleh Pater Otto Gusti, SVD (STFK Ledalero), Rm. Petrus Kanis Ali, Pr (Paroki Benteng Jawa), Pdt. Yan Leimany (GMIT Ende), Abdul Rajak (Komunitas Muslim Manggarai), Pdt. Linda Kisek (GMIT Kupang), Pdt. Feby Bengu (GMIT Kupang), Pdt. Apliana Rambu Leki (GKS Sumba), Rm. Emanuel F. Kun, Pr (JPIC Keuskupan Atambua), P. Markus Tulu, SVD (JPIC Provinsi SVD Ende), Ir. Abdul Latif (Komunitas Muslim Manggarai). Pdt. Victor Nenohai (GMIT Belu), Dominikus Kase (GMIT TTS), Pater Vinsensius Bili, CSsR (Dekenat Sumba Timur). Pdt. Eritrika A.Nulik (GMIT Semau Kupang), Drs. Vinsensius B. Loe (Yayasan Solidaritas Belu), Pdt. Wisye Makatita (GMIT Manggarai), Rm. Vinsensius K Tena, Pr (PSE Delsos Keuskupan Weetabula), Siti Sarifa (Komunitas Muslim Manggarai Timur), Marthen Roga Ate (Tabloid Sabana Sumba Timur). Rm. Charles R Suwendi (JPIC Keuskupan Ruteng), Pdt. Loth Ba'un (GMIT TTS), Rm. Gregorius S Dudy, Pr (JPIC Keuskupan Atambua), Ronny Malelak (Formasi Sumba Barat), Pater Marsel Nahas, SVD (JPIC Provinsi SVD Ruteng), Pdt. Mel Gerard Th.Messakh (GMIT Kupang), Pdt. Iswardy YS Lay, (Komunitas Tuak Pedis Rote Ndao), Pdt. Yunus Edi W Manu, (GMIT Rote), Siti Rahmah (Komunitas Muslim Manggarai Timur), Pater Mateus Batubara, OFM (JPIC OFM Manggarai).

Menurut mereka, aktivitas pertambangan telah mengakibatkan longsoran dan hilangnya nyawa terus-menerus. Sementara itu, tidak ada upaya dari pemerintah untuk menghentikan aktivitas tersebut. Masyarakat menderita fisik dalam bentuk sesak nafas, nyeri dada, sakit kulit, batuk berdarah dan berbagai bentuk sakit fisik lainnya yang belum teridentifikasi.

Menurutnya, kualitas kesehatan masyarakat akibat pencemaran udara, air dan suara menurun. Masyarakat kehilangan sumber mata air, hilangnya kesuburan tanah dan hancurnya ekosistem hutan.

Dampak lain pertambangan adalah meningkatkan keterlibatan anak usia sekolah dalam penggalian mangan yang berdampak pada tingginya angka putus sekolah dan risiko kematian pada anak-anak. Munculnya fenomena perbudakan akibat jeratan hutang pada masyarakat lingkar tambang. Munculnya ketegangan sosial dengan kehadiran aparat keamanan dan Satpol PP. Maraknya perjudian dan prostitusi di wilayah lingkar tambang. Ancaman krisis pangan dan kelaparan akibat meningkatnya alih fungsi lahan produktif. Masyarakat didorong untuk menjadi pelaku perusakan lingkungan serta diabaikannya kepentingan masyarakat generasi yang akan datang.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka Jatap-Eskosob NTT menyerukan penghentian eksplorasi dan eksploitasi pertambangan yang tengah berlangsung di Belu, TTU, TTS, Kupang, Manggarai dan Manggarai Timur.

Bebaskan seluruh wilayah NTT dari aktivitas pertambangan yang destrukstif terhadap kehidupan manusia dan alam. Hentikan pemberian izin pertambangan di kabupaten yang belum terkena aktivitas pertambangan. Mengembangkan alternatif sumber penghidupan yang berkelanjutan seperti pertanian, perikanan, kehutanan, pariwisata dan industri kecil. Hentikan segala bentuk praktik korupsi yang melahirkan kemiskinan, kebodohan dan kerusakan mental pejabat dan rakyat. Hormati dan lindungi hak-hak masyarakat.

Pantauan Pos Kupang, Sabtu (10/7/2010), anggota rombongan tiba di puncak pertambangan Soga II sekitar pukul 13.30 Wita. Setelah mengamati kondisi lingkungan pertambangan PT Sumber Jaya Asia yang sudah dihentikan, dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin Pdt. Loth Baun, S.Th. Pdt. Loth mengajak semua peserta untuk merenung tentang kekayaan alam yang sudah dikoyakkan manusia. Karena itu tanam pohon kehidupan bukan tambang. Setelah doa bersama dilanjutkan dengan penanam pohon gamal di lokasi tambang. (lyn)

Mandiri
Oleh Maria Matildis Banda
pk/nia
Maria Mathildis Banda
Minggu, 21 November 2010 | 14:43 WIB

INI tidak ada kaitannya dengan Paket Mandiri dari Kabupaten Sabu Raijua atas nama pasangan Ir. Marthen Luther Dira Tome-Drs. Nikodemus N.Rihi Heke, M.Si, Bupati dan Wakil Bupati terpilih Sabu Raijua periode 2010-2015. Ini adalah mandiri dalam konteks lain sama sekali.

Mandiri yang dimaksudkan di sini adalah mandirinya Gayus H Tambunan. Gayus dan istrinya Milana Anggraeni alias Rani yang diduga turut membantu pemalsuan identitas Gayus saat liburan ke Bali, sebagaimana dikatakan Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Pol Marwoto Soeto, di Mabes Polri, Jl. Trunojoyo, Jakarta Selatan.

Mandirinya Gayus memainkan fulus agar bisa mulus pelesiran ke Bali dengan Milana Anggraeni istrinya. Mandirinya Gayus yang diduga tercatat dengan nama Sony Laksono dalam daftar buku tamu di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali dengan tarif tiga juta rupiah per malam. Betapa mandirinya Gayus yang sanggup keluar dari Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat dengan cara menyuap Kepala Rumah Tahanan Mako Brimob, Kelapa Dua, Kompol Iwan Siswanto dan 8 anggota polisi bawahan Iwan sekitar tiga ratus juta lebih.

***
"Mandiri itu apa artinya ya? Paket Mandiri membawa keberuntungan jadi pasangan nomor satu Sabu Raijua, dan mandiri fulus Gayus membawa kehancuran wajah hukum bangsa dan tanah air tercinta?" Tanya Rara.

"Mandiri itu ada kaitannya dengan iman, kecerdasan, intelektual, dan kreativitas. Mandiri itu berdiri di atas kaki sendiri. Mandiri itu memiliki akhlak, punya kepribadian atau berkarakter, jujur, disiplin, memiliki visi dan misi. Mandiri juga berarti berdaya saing secara efektif dan efisien. Mandiri juga berarti transparansi..." kata Benza dengan jelas.

"Wah ternyata bukan hanya gagah-gagahan ya memakai nama Mandiri. Tanggung jawabnya besar luar biasa!" Kata Nona Mia.

"Ya, sebab mandiri juga ada kaitannya dengan kedewasaan, kematangan dan semangat kepemimpinan serta rasa tanggung jawab!"

"Bupati dan Wakil Bupati Sabu Raijua hebat ya, bisa menemukan nama Paket Mandiri, terpilih, dan menang! Mandiri mampu menyingkirkan Terbukti, Bersatu, Sa Rai, Doheleo, dan Monehewewe...Wah, hebat nih Mandiri!"

"Mudah-mudahan dalam lima tahun ke depan, bisa membuktikan kepemimpinan yang benar-benat membawa karakter mandiri..."

***
"Jadi, sungguh tidak cocok membahas paket Mandiri dan mandirinya si Gayus. Positif ketemu negatif, bukankah hasilnya negatif?" Tanya Jaki.

"Memang, kita tidak membahas soal Paket Mandiri! Yang kita bahas saat ini adalah mandirinya Gayus menggoyang Indonesia dengan fulusnya...dengan seluruh aktor berdasi di sekelilingnya..."

"Pengertian mandiri jadi negatif bukan?"
"Siapa bilang mandirinya Gayus itu negatif?"
"Negatif menurut siapa?" Tanya Nona Mia.
"Lihat saja! Keterangan palsu, kasus PT Surya Alam Tunggal, penyuapan penyidik, penyuapan hakim, pelesiran, hotel berbintang, tiga juta per malam, rambut palsu, naik pesawat. Negatif menurut siapa? Pangeran Kodok pun mengerti bahwa Gayus tidak sendirian...Ada sekawanan orang-orang gede di sekitarnya. Mandiri banget bukan? Jadi mau katakan negatif? Menurut siapa?" Sambung Benza.

"Yang pasti ya pasti mandirinya Gayus sangat negatif! Dia berada di luar semua pengertian semua konsep mandiri yang kamu sebutkan di atas!"

"Semua aktor intelektual segede raksasa berupaya melindungi Gayus, mempositifkan kemandirian Gayus dalam tanda petik! Termasuk pengertian dan konsep mandiri pun dapat ditentukan oleh sekelompok orang gede itu!"

"Jadi bukan mandiri namanya, tetapi manipulasi!" Protes Jaki dan Rara.

"Menurut siapa? Orang-orang mandiri dalam tanda petik di seputar Gayus akan melindungi Gayus dengan berbagai cara. Gayus akan aman man man man...apa pun akibat hukum dari perbuatannya, Gayus akan aman selamanya karena fulus dan akal bulusnya..."

***
"Wah, enaknya jadi Gayus. Saya jadi pingiiiiin jadi Gayus yang mandiri!" Rara mengkhayal dengan wajah berbunga-bunga. "Kalau aku jadi Gayus, aku akan kirimkan Paket Mandiri berupa fulus yang mulus buat kamu ya, Jaki!"

"Huss jangan salah ngomong kamu! Paket Mandiri bisa marah besar!"

"Kita tidak sedang bahas Paket Mandiri Sabu Raijua bukan? Kita bahas mandirinya Gayus," sambung Nona Mia.

"Kita tidak bahas Paket Mandirinya Sabu Raijua. Tetapi kalau mau dikait-kaitkan, tidak apa-apa," kata Benza. "Kita juga harus percaya bahwa Paket Mandiri Sabu Raijua pasti berjiwa besar sesuai dengan karakter mandiri yang sebenarnya. Paket Mandiri juga berani menerima masukan, sabar, terbuka, dan sanggup membebaskan Sabu Raijua dari berbagai bentuk KKN yang terjadi pada periode lalu."

"Oh begitu ya?" Rara mengganguk-angguk.

***
"Kamu pilih yang mana? Mandirinya Sabu Raijua atau Mandirinya Gayus?" Tanya Nona Mia.
"Enak pilih Gayus ah, enaaak banget!" Rara berkejab-kejab. "Reaaaaal banget. Siapa takut"
"Aku juga! Aku pilih mandiri Gayus. Soalnya kapan lagi bisa suap tiga ratus jutaan, bisa nginap tiga juta rupiah permalam. Hmmm asyiiik..." Jaki penuh harap.

"Kami berdua pilih mandiri Sabu Raijua. Dengan harapan tidak ada seujung kukupun mandiri Gayus masuk ke sana..." Nona Mia dan Benza tetapkan pilihan.
"Bukankah sejak awal kita tidak bahas Paket Mandiri Sabu Raijua?" Tanya Jaki bicara diamini Rara.
"Hanya sekedar ucapan selamat dan salam tuk Paket Mandiri, apa salahnya?" *

Siluman Mani
Oleh Maria Matildis Banda
pk/nia
Maria Mathildis Banda
Minggu, 28 November 2010 | 15:48 WIB

GARA-gara jatuh cinta pada ring tinjunya Manny Pacquiao, membuat semua hal yang berhubungan dengan money menyentak perhatiannya. "Petinju kelahiran Kibawei, Filipina, 17 Desember 1978, juara dunia tinju profesional asal Filipina.

Petinju benua Asia pertama yang berhasil meraih gelar juara tinju profesional di delapan kelas berbeda, atau petinju kedua di dunia setelah Oscar de la Hoya. Petinju pertama yang berhasil merebut delapan gelar di tujuh kelas yang berbeda (enam gelar juara dunia dari lima kelas berbeda dan dua gelar dari Ring Magazine untuk kelas bulu dan welter junior)," Jaki membaca dengan tangkas kutipan yang diraihnya dari dunia maya. Manny jadi kaya raya, cocok benar dengan money. Bekerja keras, berjuang mempertaruhkan segalanya demi menjadi yang terbaik di ring tinju. Tetapi mengapa orang lebih suka siluman mani, meskipun siluman?

***
Ia pun melempar teka-teki. Ada siluman ada mani! Ayoh, siapa bisa tebak. Siapa dia! Yang benar langsung lulus pegawai negeri. Bila perlu bisa langsung jadi anggota Dewan, bila perlu langsung seperti Manny, jadi anggota kongres.

"Emmanuel Dapidran Pacquiao alias Manny Pacquiao," jawab Rara.

"Salah! Ada siluman ada mani. Petunjuknya tahun 2005 adalah tahun keramat baginya. Siapa dia?"


"Aku tahu pasti jawabannya," Nona Mia menjawab enteng. "Yang lagi marak sekarang bukan? Salah satu bupati berjanji akan membongkar siluman mani. Ada kaitannya dengan data base, SK pengangkatan, dan terutama pe en es bukan? Baca saja ini Bupati titik-titik tembak langsung soal SK siluman tenaga kontrak kabupaten anu. Di depan tenaga kontrak yang harap-harap cemas menanti SK pengangkatan. Bupati menyampaikan banyak pegawai kontrak yang memiliki SK Siluman.

Diduga tenaga kontrak tidak ada tetapi gajinya tetap dibayar APBD maupun APBN. Bupati mendapat laporan terdapat sekian oknum pegawai kontrak memiliki SK sejak tahun 2005, namun tidak pernah bekerja di tempat sebagaimana diterangkan dalam SK. Selain itu, kata orang nomor satu di kabupaten anu, ada juga pegawai kontrak memiliki SK kontrak daerah 2005 namun yang bersangkutan saat itu masih sekolah. Apalagi yang lahir 2006, 2007 dan seterusnya, bersiluman ria untuk atur SK siluman mulai kontrak 2005. Apalagi kalau bukan demi mani..."

***
"Enak juga ada banyak SK siluman. SK RT, RW, Kepdes, Lurah, SK Camat, SK Dinas, semuanya mengeluarkan SK," sambung Rara.

"Tetapi apa hubungannya dengan Manny Pacquiao," protes Jaki.
"Ya, bagaimana mungkin kalian hubungkan mani kampung kita dengan Manny Pacquiao?" Benza pun menyambung.
"Ini serius Benza!" Nona Mia menjelaskan. "Siluman ada di mana-mana..."

"Kamu juga mau jadi siluman?" Tanya Benza. "Ini bukan gejala baru atau baru gejala. Sejak zaman dahulu kala yang namanya siluman memang ada di mana-mana... Bedanya, kalau zaman dulu siluman itu tidak nyata sulit dipercaya, zaman sekarang ini silumannya nyata, kepegang... Jadi buat apa bicara soal yang sudah basi. Bikin sakit kepala saja..."

"Betul juga ya..." Nona Mia mengangguk setuju.
"Kalau zaman dulu siluman itu yang memang siluman. Sekarang ini siluman pada umumnya gara-gara money, gara-gara mani, makanya namanya jadi siluman mani," Jaki menambahkan.

***
"Bukankah lebih baik kita bicara Manny Pacquiao daripada silmuman mani? Sebab Manny sang juara. Dia memberi inspirasi begitu luar biasa bagi generasi muda dunia. Hitung saja, WBC kelas terbang, IBF kelas bantam super, WBC kelas ringan, WBC kelas bulu super, The Ring kelas bulu, The Ring kelas welter junior, WBO kelas welter, IBO kelas welter ringan.
"Aku bukan petinju," potong Rara yang memang punya cita-cita mulus jadi kontrak menuju tetap. Siluman atau apa pun namanya.

"Bukan jadi petinju, maksudku! Tetapi semangat bertanding, latihan keras, rela berkorban untuk mencapai hasil maksimal, pantang menyerah, penuh perjuangan! Inspirasi itu yang kita maksudkan..." Benza menjelaskan.

"Manny Pacquiao juga sudah jadi anggota kongres?"
"Ya. Manny Pacquiao sudah jadi anggota kongres Filipina. Keberhasilannya itu dirayakan bersamaan dengan ulang tahun ibunda Pacquiao, Dionesia. Dia sangat menghormati ibunya selalu minta restu sang ibu sebelum bertarung. Dia juga selalu bersyukur bersama sang istri, Jinkee dan anak-anaknya. Inspirasi ini yang penting. Sukses, hormat orang tua, mencintai keluarga, tahu bersyukur..."

"Aku bukan petinju. Aku tetap lebih suka jadi siluman mani..." Rara tetap dengan pendiriannya.

"Siapa yang suruh kamu jadi petinju? Kita bukan mau jadi Manny, tetapi mengambil inspirasi hidupnya demi kehidupan kita yang lebih baik..."
"Bagiku hidup yang lebih baik adalah siluman mani..." Rara keras kepala.

"Manny Paquieao juga pandai bermain gitar. Bukankah musik dan seni itu makanan jiwa?" Kata Nona Mia yang segera diamini Benza.

"Tetapi aku lebih suka siluman mani biar tanpa musik tanpa jiwa..."

"Aku juga!" Jaki membelot. "Memang lebih enak kok jadi siluman mani. Tidak perlu berpikir, tidak perlu kerja keras, yang diperlukan hanya jadi siluman...Apapun alasannya bagaimanapun rasanya, pilihanku tetap jadi siluman mani," Jaki dan Rara pergi ke siluman.

***
"Bagaimana kalau kita ke Manila? Kita cari yang namanya Emmanuel Dapidran Pacquiao alias Manny Pacquiao." Ajak Nona Mia.

"Aku mau belajar bagaimana Manny selalu bersyukur dan memohon restu ibunya..." sambung Benza. *

Janji Palsu
Oleh Maria Matildis Banda
pk/nia
Maria Mathildis Banda
Minggu, 5 Desember 2010 | 14:34 WIB

"KATA kekuatan, bagi kebanyakan kita menimbulkan perasaan terganggu. Kita membayangkan kontrol dan dominasi, kemenangan yang menghalalkan segala cara, bahkan sampai mengorbankan orang lain. Padahal sejak awal kehidupan kita diajar untuk menjadi kuat supaya bisa bertahan hidup. Kekuatan ada dalam inti sejarah evolusi manusia, dan inti dari banyak konflik serta penderitaan," demikian catatan yang disimpan dan dibacanya kembali ketika kasus traffiking terbongkar dan menjadi pembicaran publik.

Kata-kata yang dikutipnya dari buku Kekuatan Tanpa Batas, Nick Williams 2005 itu sebenarnya terlalu sulit untuk dipahaminya.
***
Untuk apa kalimat syarat makna itu disimpan? Buat gagah-gagahan ya? Kesannya pemiliknya mengerti benar bahwa kekuatan terdalam ada pada setiap orang untuk bertahan hidup bukan untuk mengorbankan orang lain. Untuk mengatasi konflik juga untuk terbebas dari penderitaan. Bukan untuk menciptakan konflik apalagi membuat orang lain menderita. Dia tidak mengerti benar namun saat ini dia berusaha introspektif terhadap apa yang telah dilakukannya. Janji palsu!

Dia memiliki kekuatan untuk membikin janji palsu. Persis ketika dia mencalonkan diri jadi anggota dewan dulu. Janji palsunya ada seribu. Sekolah gratis, kesehatan gratis, beras gratis, BBM gratis dan lain-lainnya. Untung tidak terpilih. Kemudian ketika mencalonkan diri jadi orang nomor satu pun janji-janji palsu dilontarkan. Buka lapangan kerja, pendidikan keterampilan, bea siswa, dilengkapi dengan janji gratis lainnya. Untung juga tidak terpilih.

"Jangan khawatir kamu akan disekolahkan di Jakarta! Percayalah!" Demikian janji palsu itu ditandatangani. Sejumlah gadis di bawah umur pun terjebak dalam janji palsu. Tembak langsung Jakarta dan sekolah gratis hanya janji. Nyatanya gadis-gadis kita dijebak untuk menjadi tenaga kerja di tanah orang, entah sebagai apa.

Mereka mau diterbangkan tanpa keterampikan apa pun. Buang diri saja ke tengah lautan serba tidak tahu...
***
"Persoalannya mengapa kita tergiur janji palsu?" Tanya Rara.

"Bukan mengapa tergiur janji palsu! Tetapi mengapa tega menipu dan men-trafficking-kan anak-anak gadis kita sendiri?" Sambung Nona Mia.

"Aku hanya mau mengantar mereka menemukan masa depan yang lebih baik. Bekerja di tanah orang, bisa kirim uang buat orang tua, mengubah nasib, bisa perbaiki gubuk menjadi rumah yang layak, bisa beli beras, bisa beli gula kopi, syukur kalau bisa beli HP dan televisi..." Rara membela diri.
"Tetapi kenapa menipu?"

"Bukan menipu tetapi sekadar menipu supaya semuanya berjalan lancar saja!" Sambung Jaki. "Karena tanah lahirnya tidak menjanjikan apa-apa. Tidak sekolah, nganggur, tidak punya keterampilan apa-apa, tidak ada peluang kerja apa-apa, tidak ada apa pun yang dapat diandalkan. Bukankah lebih baik buang diri di tanah orang? Kalau sudah jadi orang, bukankah kita juga senang?"

"Pemerintah akan menolong..." Nona Mia menyambung. Sebagai orang pemerintah dia berusaha meyakinkan. "Mencarikan mereka lapangan kerja, menyekolahkan mereka, menjamin masa depan, menjamin kesejahteraan, menjamin semuanya. Mereka tidak perlu jauh-jauh dijual untuk mencari uang. Di sini saja kita bisa berjuang bukan?" Seru Nona Mia

"He he he he," Jaki dan Rara tertawa. "Sejak kapan pemerintah bisa menjamin semuanya? He he he he..."
"Kita berjuang sendiri Nona Mia," seru Rara. "Rakyat berjuang sendiri memperbaiki masa depannya. Kita punya kekuatan untuk itu!"

"Termasuk kekuatan menipu dan menjual gadis-gadis kita?"
***
"Itulah gunanya kita-kita ini bukan?" Benza memberi jalan keluar. "Benar, kita berjuang sendiri tetapi pemerintah pun berjuang sendiri. Kalau semua kita berjuang sendiri-sendiri demi kesejahteraan bersama, beginilah akibatnya. Karena itulah kita harus berjuang bersama. Pemerintah tidak berjuang sendiri kita pun tidak berjuang sendiri. Kekuatan kita mesti disatukan untuk mencapai cita-cita masa depan," demikian Benza berpidato. "Kekuatan yang mempersatukan, bukan kekuatan yang menjerumuskan orang lain! Persis seperti yang sedang kamu lakukan sekarang!"

"He he he Benza sejak kapan kamu menjadi pengacaranya Nona Mia. Kamu orang pemerintah ya? Kamu sama Nona Mia? Cocok deh!"

"Kalau betul demikian, kenapa?" Tantang Benza.
"Sejak kapan Benza?" Tanya Rara

"Bukankah Nona Mia baru kebakaran jenggot dan
mati-matian membela rakyat setelah sudah jadi makanan publik? Mau cari nama ya? He he he," Jaki menyambung. "Benar-benar penyakit Indonesia. Ada korban dulu baru kaget setengah mati. Mau membela rakyat ceritanya? Penyakit lama penyakit kambuhan..."

***
Wajah Nona Mia merah padam. Baru kali ini dia tidak dapat menangkis. Benza pun kehilangan muka. Dibacanya kembali catatan tangan Nick Williams yang ditinggalkan Jaki dan Rara. "Kata kekuatan bagi kebanyakan kita, menimbulkan perasaan terganggu. Kita membayangkan kontrol dan dominasi, kemenangan yang menghalalkan segala cara, bahkan sampai mengorbankan orang lain..."

Sebagai orang pemerintah, berada dimanakah sebenarnya Nona Mia dan Benza sekarang? Memiliki kekuatan yang mengganggu ataukah menenangkan dan memenangkan? Melemparkan janji palsu ataukah janji palsu? Apa pun jawabannya tidak sanggup menghadapi kenyataan bahwa begitu banyak gadis-gadis kita terjual ke tanah rantau...*

Padamu Negeri
Oleh Maria Mathildis Banda
pk/nia
Maria Mathildis Banda
Minggu, 12 Desember 2010 | 19:10 WIB

ADA-ADA saja cara orang merayakan hari anti korupsi dunia, yang jatuh pada tanggal 9 Desember lalu. Ada yang tulis puisi, baca puisi tulisan sendiri, diskusi, seminar, jumpa pers, dan lain-lain. Untuk menyuarakan pekan Anti Korupsi 2010, Kementerian Kelautan dan Perikanan mengadakan lomba puisi dan gambar karikatur dengan tema, "menumbuhkembangkan budaya anti korupsi untuk menjadikan Indonesia produsen ikan terbesar tahun 2015."

"Kreatif sekali ya cara merayakan hari anti korupsi!" komentar Nona Mia sambil membaca puisi Padamu Negeri tulisan Yudi yang di-download dari internet http://old.nabble.com/Hari-Anti-Korupsi-Dunia kemarin pagi. Nona Mia menyanyi dengan irama lagu Padamu Negeri:

Padamu negeri, aku mengabdi

Padamu negeri, aku menghabisi

Padamu negeri, aku korupsi

Padamu negeri, aku mengkhianati

Padamu negeri, aku lariiii

"Ada tambahan bait terakhir... Bagimu negeri, tiada arti lagi..." sambung Benza sambil tertawa.

***
Maunya sih seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengarahkan perhatian pada lomba. Tanpa sadar menanamkan dalam pikiran dan hati karyawannya untuk mengerti satu hal bahwa korupsi itu dalam bentuk apa pun memang enak, tetapi penuh dusta.

"Tetapi puisi yang satu ini terlalu keras diksi dan maknanya," sambung Nona Mia sambil menunjukkan puisi karangan Adi Massardi yang sudah pernah dibaca Adi di halaman kantor KPK sebagai bagian dari aksi keprihatinan nasional setahun lalu.

"Apa judulnya?" Tanya Rara dan Jaki bersamaan.

"Negeri para bedebah!"

"Aduh, mengerikan sekali! Bagaimana isinya?"

***
"Ini dia: Ada satu negeri yang dihuni para bedebah- Lautnya pernah dibelah tongkat Musa- Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah- Dari langit burung-burung kondor menjatuhkan bebatuan menyala-nyala - Tahukah kamu ciri-ciri negara para bedebah - Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah- Tapi rakyatnya makan dan mengais sampah- Atau menjadi kuli di negeri orang - Yang upahnya serapah dan bogem. Orang baik dan bersih dianggap salah- Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan - Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah- Karena hanya penguasa yang boleh marah- Sedangkan rakyatnya hanya bisa pasrah. Jangan tergesa-gesa-mengadu kepada Allah - Karena Tuhan tak akan mengubah apa suatu kaum- Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya - Maka bila melihat negeri dikuasai para bedebah. Usirlah mereka dengan revolusi - Bila tak mampu dengan revolusi, dengan demonstrasi - Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi - Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan..."

"Puisi karangan siapa ya? Berani benar! Apakah tidak takut ditangkap!" Rara mengerutkan kening. Jaki justru membelalak dan berkedip-kedip.

"Adhie Massardi Sekretaris Jenderal Komite Bangkit Indonesia..."

"Orang Indonesia ya?" Semua terheran-heran menyadari ada orang Indonesia yang berani seperti Adi. Bayangkan! Sampai berani mengucapkan "Negeri para bedebah., aduh maaak sudah separah inikah negeri tercinta kita? Tetapi, kalau tidak ada orang yang berani dan nekat untuk mengkritisi dengan akurat situasi bangsa, siapa lagi? Apakah bangsa kita akan dibiarkan terus terpuruk?

"Tetapi memang harus ada orang yang berani..." Nona Mia terpekur.

***
"Apakah kamu juga sudah siapkan puisinya?" Tanya Benza. Cepat-cepat Jaki dan Rara beraksi. Cara yang paling gampang untuk kedua orang muda ini adalah demo. Biar masuk koran biar kelihatan hebat sama orang-orang. Biar kelihatan agak menakutkan meskipun keroposan juga alias tidak kreatif.

"Aku akan baca puisi juga, judulnya Doa Seorang Koruptor karya Asmari Rahman," Jaki tidak mau kalah dengan Nona Mia dan Benza. "Puisi ini pasti terinspirasi dari kasus Gayus nonton tenis di Nusa Dua Bali.

"Bagaimana isinya?"

"Ini dia! Tuhan ... jadikanlah penegak hukum negeri ini sebagai budak harta - agar gampang kusuap dan kuatur putusannya - jadikanlah polisi negeri ini, polisi yang silau matanya melihat kekayaanku - jadikanlah jaksa negeri ini, jaksa yang bisa kuajak kompromi - jadikanlah hakim negeri ini, hakim yang bisa mengatur dan meringankan hukumanku - Jika aku diputuskan bersalah - jadikanlah sipir penjara itu sebagai teman yang baik hati pada ku - agar gampang kuatur ruang tahanku seperti kamar hotel mewah - agar aku bisa pulang mereguk kehangatan tubuh istriku - agar malamku tak sesepi kaum terpidana maling ayam - agar bisa kujalani hukuman ini dengan kepura-puraan - Ya Tuhan ku..."

"Cukup, Jaki! Puisi yang kamu kutip dari siapa? Asmari Rahman? Sudahlah tidak perlu kata-kata yang menyakitkan lagi. Entah puisi entah apa pun. Lebih baik cukup satu puisi saja!" Protes Nona Mia.

***
"Bagaimana menurutmu Benza?"

"Ya, cukup satu puisi saja. Padamu Negeri!"

"Sesuai aslinya atau sesuai dengan Padamu Negeri tulisan Yudi?"

"Yang asli saja. Sesakit-sakitnya hati kita mesti kembali kepada yang asli. Bagimu negeri jiwa raga kami..."

"Bukan padamu negeri aku lari?"

"Bukan!" **

Maria Matildis Banda
Antara Lembata dan Adonara
Minggu, 14 Maret 2010 | 20:24 WIB

Jika Rara berperahu motor dari Larantuka ke Lembata, motor Rara selalu singgah di Adonara. Demikian pula ketika pulang dari Lembata, Rara pun singgah di sebuah pulau ternama, Adonara demi Jaki temannya. Antara Lembata dan Adonara, selayaknya pulau kenangan tak terlupakan, karena masyarakatnya yang ramah tama.
"Itu sebenarnya Lembata," Rara putra asli Lembata bangga bukan main.
"Itu juga sebenarnya Adonara," Jaki tidak mau kalah sebagai putra asli Adonara. Meskipun sudah bertahun-tahun merantau jauh di tanah orang, keduanya tetaplah putra asli daerah yang prihatin dengan berbagai kisah duka dari tanah nenek moyang.
***
Semestinya ada cinta di sana. Tetapi mengapa, Lembata bergelimang air mata duka Langodai dan tambang emas? Adonara tenggelam dalam sengketa saudara? Pemuda Lembata dikenal jujur dan setia. Pahit atau pun manis, biasanya pemuda Lembata siap bertanggung jawab. Pemberani adalah ciri pemuda Adonara. Membela kebenaran itulah Adonara. Namun mengapa mesti dengan parang dan darah?

"Pasti ada sesuatu yang sudah terjadi Lembata," kata Rara dengan wajah murung. "Apakah Lembata sudah kehilangan cinta antarsesama?"

"Ya, mungkin saja karena ada oknum di kampung halaman yang langgar janji setia sesama saudara. Mungkin saja ada oknum di kampungmu yang mau jual perut bumi Lembata yang akan dibongkar. Wah, kasihan dia..." Jaki menduga-duga.

"Ya, dan Adonaramu itu. Sudah kehilangan apakah? Sampai tega dua pihak bersaudara sejak jaman nenek moyang mesti angkat senjata?" Tanya Rara.
***
Ah, Lembata! Seandainya perut bumimu sanggup bicara betapa kaya kandungannya. Namun kekayaan itu bukan untuk diobrak-abrik dan dibongkar, tetapi untuk utuh selamanya memberi tempat hidup anak cucu. Seandainya lautan yang mengelilingimu dan desis ikan dapat menyanyikan lagu kekayaanmu. Tidak perlu ada kepahitan di Lembata. Kekayaan tidak perlu dengan membelah perutmu, tetapi biarlah nyanyian ikan sepanjang waktumu tumbuh dan berkembang turun-temurun. Tidak perlu ada air mata Langodai tuk membuatmu terkenal dimana-mana. Bukankah nyanyian paus dan berbagai jenis satwa laut sudah lama berdendang? Ah, Lembata!

Ah, Adonara! Tidak perlu ada sengketa. Bukankah Desa Lamahala dan Harowura bersaudara sejak jaman dulu. Mengapa kini persaudaraan dan kebijakan yang diturunkan nenek moyang dilanggar sendiri. Mungkinkah karena putra-putri kedua desa sudah terlalu lama memikirkan diri sendiri sehingga lupa menyapa leluhurnya?
***
"Hanya cinta keluarga yang sesungguhnya ada di Lembata dan Adonara," demikian kata Nona Mia sahabat Jaki dan Rara. Namun mengapa persaudaraan mesti ternoda.

"Ketika kekuasaan dan kepentingan pribadi dan kelompok digenggam secara membabi buta, jangan heran kalau sengketa yang terjadi," sambung Benza.

Seharusnya ada kisah kasih di sana. Tetapi mengapa, Lembata terus dijadikan sengketa oleh orang-orang Lembata sendiri? Ketika sesama saudara rela membunuh dan menghancurkan. Ada apa dengan Lembata? Satu dua kasus saja, sesungguhnya menjadi pertanyaan besar bagi penghuni pulau yang konon berperutkan emas permata- di pulau terbesar yang paling dekat dengan Flores itu? Ada apa pula dengan Adonara, yang sedang berjuang untuk menjadi Kabupaten sendiri. Bagaimana bisa berjalan mulus kalau belum-apa-apa sudah baku hantam?
***
"Jangan tambah panas!" Potong Nona Mia dengan perlahan. "Bumi sudah begini panas, persoalan sudah begitu panas, perang tanding dan vonis pengadilan sudah membakar bumi. Jangan bikin tambah panas lagi!"
"Tetapi aku mesti pulang!" Jaki dan Rara hampir bersamaan.
"Pulanglah membawa damai," kata Benza.

"Pulanglah membawa cinta untuk Adonara," kata Nona Mia. "Syukurlah, tokoh adat kedua belah pihak sudah siap berdamai demi anak cucu," sambung Nona Mia lagi.

"Pulanglah... dan hembuslah angin surga untuk Adonara dan Lembata," kata Benza.
"Angin surga?" Tanya Jaki.
"Dari mana kubawa angin surga?"

"Dari hati orang Lembata dan Adonara yang aslinya suka damai..."
"Ooooh aku suka damai?" Tanya Rara.
"Apakah benar aku juga suka damai?" Tanya Jaki.
Tanyalah pada Lembata dan Adonara. *

Thursday, December 9, 2010

Anak senaren,,,,,,,,,,,
Hari ini hujan.
Hatiku tiba2 rindu pada kaki kecilmu yg telanjang menapaki lorong2 smbil berlari ke arah Ile Boleng.
Kuingat jg senyummu selepas bermain hujan,,sama hangatnya dgn tubuhmu yg dibaluti KEWATEK tenunan ibumu.Hangat,,,tapi engkau lebih suka berdiang dekat perapian tmpt ibumu GAE WATA.Kau nikmati kalor yg beradiasi lgsung k kulitmu.
Dan ktka mlm mengusir senja........,,kau rebahkan tubuh mungilmu di bale bambu buatan tangan ayahmu,smbil m'dgr cerita klasik "KELAKE ADO PEHAN-KEWAE SEDO BOLENG' pengantar tidur faforitmu.

Aku bangga padamu.........
Kakimu yg kecil tak bisa diam,dan tanganmu yg mungil tp kekar mengayun parang dan tombak seirama dgn gong gendang yg ditabu.TARIAN HEDUNG kau tarikan dgn perkasa.

Onek peteno anak senaren......
tapi kini kau tak di sini.Langkahmu kini tak kecil lagi.Kau kejar mampimu DOAN LAU SINA JAWA.Terhimpit kau di antara arus globalisasi dan modernisasi yg laju..,,smpai terengah-engah napasmu mempertahankan nilai2 budaya yg tertanam di nadimu.
Aku takut kau terseret...Aku takut kau lupa pada hangatx KEWATEK tenunan ibumu,,jg guri renyah WATA KENAE ibumu,bale bambu buatan tangan terampil ayahmu,,serta alunan gong gendang yg m'ajkmu menari HEDUNG.

Tapi akhirnya aku sedikit lega,,,,melihat ank2ku berkumpul menikmati WATA KENAE smbil brcakap-cakap ttg pentingx budaya leluhur sebagai filter utk pengaru2 luar.,berdiskusi ttg LEWOTANA hari ini,Aku lega melihat ank2ku mempersiapkn diri utk Lewotana di msa mendatang.

Tapi jgn puas dlu anakku....
masih byk tugasmu.msh byk y hrus kau persiapkn utk ADONARAmu.tak cukp hanya dgn bercakap-cakap.Tak ckup dgn berdiskusi sja.Kau harus lebih byk bljar lg...berjnjilah pdku.
Ktika kau kembali ke pertiwimu,,tanganmu yg dulu kcil harus mampu m'bwa sdkt sj perubahan utk Lewotana.perubhan k arah yg lbh baik tntunya.Sedikit sja,,,aku tak menuntutmu byk.

Generasiku...........
Kau anak zaman...bukan budak zaman.
Budak zaman m'jd hamba perubahan dan terseret dlm lingkaran yg kdg tak sejalan dgn nilai2luhur budayanya.
Tapi anak zaman...kritis memilah-milah mana yg baik utk dirinya dan bangsanya,,dan mana yg tak baik.


BERITA

Megawati Didampingi Miranda Goeltom ke Buleleng

Megawati Didampingi Miranda Goeltom ke Buleleng

Singaraja, 9/12 (ANTARA) - Mantan Presiden RI Megawati Soekarnoputri yang belum lama mengunjungi keluarga besarnya di Bale Agung Singaraja, kembali hadir ke wilayah Kabupaten Buleleng tersebut didampingi Miranda S Goeltom.

Kontributor ANTARA dari wilayah utara Bali itu, Kamis melaporkan, kunjungan Megawati yang juga Ketua Umum DPP PDIP, bertepatan umat Hindu menyambut Hari Raya Galungan dengan masa libur fakultatif bagi instansi pemerintah maupun swasta selama tiga hari, 7-9 Desember ini.

Namun sama seperti kunjungan sebelumnya, pihak Megawati menyatakan bahwa misi kunjungan tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan politik, termasuk kaitan menyongsong Pilkada Buleleng tahun 2012.

Disebutkan bahwa Megawati Soekarnoputri bersama Miranda Swaray Goeltom dan rombongan menyempatkan melihat-lihat sejumlah obyek wisata di Kabupaten Buleleng.

Meski tidak ada misi politik, Megawati dijamu makan malam oleh Bupati Buleleng Putu Bagiada yang didampingi Ny Sayang Bagiada, Wakil Bupati Made Arga Pynatih, Sekab Ketut Gelgel Ariadi dan pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD), termasuk para camat setempat di Hotel Puri Bagus.

Sedangkan dari kader partai, tampak hadir anggota DPR RI Wayan Koster, Ketua DPC PDI Perjuangan Dewa Nyoman Sukrawan yang juga Ketua DPRD Buleleng, serta anggota legislatif lainnya dari Fraksi PDI Prjuangan.

Baik Wayan Koster, Dewa Nyoman Sukrawan maupun Dewa Mahayana yang juga kader PDIP dari Buleleng, menjelaskan bahwa kunjungan Megawati ke "Bumi Panji Sakti" itu sebagai kegiatan biasa guna melihat lebih dekat perkembangan daerah tersebut.

"Kendati Buleleng tahun 2012 menggelar pemilihan bupati-wakil bupati, namun kunjungan Ibu Mega kali ini tak terkait hal itu," kata Wayan Koster menandaskan.

Hal itu juga dibenarkan oleh Ketua DPC PDIP Buleleng Dewa Nyoman Sukrawan.

Dari informasi sejumlah informasi, Megawati juga dijadwalkan mengunjungi keluarganya di Bale Agung Kelurahan Paketan, sekaligus menyaksikan upacara "Piodalan Agung" (peringatan tahunan) di Pura Desa Buleleng.

Dari Pura Desa Buleleng yang lokasinya berdekatan rumah keluarga besar Megawati, mantan Presiden RO itu bersama keluara selanjutnya dijadwalkan menuju kawasan Pantai Lovina, salah satu obyek wisata yang terkenal dengan kemunculan koloni ikan lumba lumba berwarna hitam-putih saat pagi buta.

Sementara itu saat jamuan makam malam, Megawati beserta keluarga dihibur oleh penampilan seniman muda dari kalangan pelajar SMA di Buleleng, yang membawakan tari taruna jaya, sekar jagat, cenderawasih, termasuk paduan suara Pemkab Buleleng.

Menambah keakraban suasana, Megawati dan Miranda juga tampil, masing-masing membawakan sebuah lagu, kemudian diikuti penampilan Wakil Bupati Made Arga Pynatih, para pimpinan SKPD serta Camat.

Bola Kini Ada di DPR

Bola Kini Ada di DPR

Liputan6.com, Jakarta: Pro dan kontra terkait pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang Rancangan Undang-undang Keistimewaan Yogyakarta yang akan segera diajukan ke DPR terus berlanjut. Sebagian menilai pernyataan Presiden soal monarki dan beberapa pasal dalam draft RUU tersebut telah mengabaikan jasa Keraton Jogja pada Republik Indonesia.

Hal itu terlihat dari Pasal 11 RUU yang menempatkan Sultan Hamengkubuwono dan Paku Alam hanya sebagai simbol dan penjaga budaya serta pemersatu warga Jogja. Sedangkan kepala pemerintahan yaitu gubernur dan wakil gubernur dipilih sesuai dengan perundang-undangan.

Namun, tak sedikit pula yang sepakat dengan gagasan pemerintah. Kendati demikian, perjalanan RUU ini menuju sebuah undang undang masih panjang. Sebelum disahkan, RUU tersebut akan dibahas para wakil rakyat di Komisi Pemerintahan DPR.(ADO)

BERITA

Adik Sri Sultan Hengkang dari Demokrat

Liputan6.com, Yogyakarta: Gusti Bendoro Pangeran Haryo Prabukusumo, adik Sri Sultan Hamengku Buwono X, Rabu (8/12) malam, secara resmi mengundurkan diri dari jabatan selaku Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia sekaligus keluar dari keanggotaan partai tersebut.

"Alasan pengunduran diri saya ini karena ada perbedaan pemahaman tentang Rancangan Undang-undang Keistimewaan (RUUK) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), antara sikap politik saya dengan kebijakan DPP Partai Demokrat," kata Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Prabukusumo.

Menurut dia, sikap politiknya selama ini sudah jelas, yakni sejalan dengan amanah ayahandanya yaitu mendiang Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan mendiang Sri Paduka Paku Alam VIII serta almarhum Presiden Pertama RI Soekarno. Mereka pernah mengamanatkan penentuan Gubernur DIY melalui penetapan, bukan pemilihan.

"Saya harus menjaga harga diri almarhum ayahanda, dan Sri Paduka Paku Alam VIII, sebagaimana yang tertuang dalam Amanat 5 September 1945, yakni menyerahkan kekuasaan nagari dalem ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sehingga tidak mungkin saya mengkhianati ayahanda," katanya.

Ia mengatakan arti dari amanah tersebut adalah adanya pengorbanan harga diri dari Sultan HB IX dan Paku Alam VIII yang dulunya merupakan penguasa penuh, dan hanya menjadi gubernur dan wakil gubernur," katanya. "Dengan jadi gubernur dan wakil gubernur, yang tadinya kekuasaan penuh menjadi terbatas, karena harus taat pada UUD 1945, keppres dan undang-undang lainnya. Ini merupakan pengorbanan harga diri, apa iya sekarang masih mau dipotong lagi," katanya.

Prabukusumo mengatakan dalam amanat tersebut terjadi posisi tawar, yakni tetap menjadi orang yang berkuasa penuh di wilayahnya. "Jika hal ini menjadi tolok ukur pemerintah, maka sebenarnya masalah ini akan selesai, namun jika itu dikurangi lagi maka ini sudah melenceng dari amanat," katanya.

Lebih jauh ia mengatakan, tawaran pemerintah untuk menjadikan Sultan dan Paku Alam sebagai orang yang dihormati di atas gubernur dan wakil gubernur adalah hanya rekayasa dan menjadikan mereka seperti macan ompong. "Dengan konsep seperti itu, maka membatasi Sultan dan Paku Alam dengan rakyatnya," katanya.

Rencananya pengunduran diri tersebut juga akan diikuti dengan penyerahan kartu tanda anggota (KTA) Partai Demokrat yang akan diserahkan di Kantor DPD Partai Demokrat pada Kamis pagi. "KTA saya akan saya serahkan kepada orang yang paling saya percaya dan menjadi panutan kami selama ini di jajaran DPD Partai Demokrat DIY, dan nanti pengurus daerah yang akan mengembalikan KTA saya ke pusat," katanya.

Menurut dia, selain alasan tersebut dirinya juga merasa sakit hati atas ucapan salah satu pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Ruhut Sitompul dan pengurus lainnya terkait dengan istilah darah biru serta dari Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi yang cenderung berubah-ubah.(ANS/Ant)