Oleh: Valery Kopong
Ketika mencermati gerak perjalanan sejarah bangsa ini terkesan ada
kemunduran yang luar biasa menyangkut
toleransi antarmasyarakat di tengah pluralisme ini. Saat ketika orang
mengkotak-kotakan kelompok di negeri
ini, kesan publik yang muncul yakni orang baru sadar bahwa bangsa
Indonesia berada pada nuansa
kemajemukan. Kemajemukan dilihat sebagai
sesuatu yang “terberi” dan bukannya sebuah permintaan. Itu berarti bahwa
kemajukan yang dimiliki oleh bangsa ini merupakan pemberian Allah dan ini
menjadi kekayaan Indonesia yang luar biasa.
Toleransi
menjadi sesuatu yang “mewah” di
Indonesia karena nilai-nilai toleransi
sedang tergerus oleh pemahaman yang sempit
oleh begitu banyak kelompok. Bahkan ada pejabat negara pun masih terjebak
dalam cara berpikir yang sempit tentang
toleransi dan kemajemukan. Memang, antara toleransi dan kemajemukan
adalah dua hal yang saling ber singgungan dan berpengaruh terhadap satu dengan
yang lain. Ketika orang mengabaikan dan bahkan menutup mata terhadap
kemajemukan bangsa ini maka pada saat yang sama, nilai toleransi mulai hilang.
Kemajemukan ini dilihat sebagai “perekat utama” karena ketika kita memandang
miring tentang orang lain dalam konteks kemajemukan bangsa ini maka pada saat
yang sama, kita sedang meruntuhkan sebuah kenyataan sejarah bangsa ini.




3 Januari, Pesta Nama Yesus Yang Tersuci
