Tuesday, October 6, 2020

Bekerja dan Berdoa

Sibuk terkadang menjadi alasan seseorang untuk tidak  bisa bercengkerama dengan sesama, bahkan dengan Tuhan.Entah sibuk dalam arti bekerja atau sibuk dalam arti pelayanan.Sibuk bukan sesuatu yang ngak baik.Sesibuk apapun kalau disertai dengan semangat rohani.It is ok. Bacaan Injil hari ini menceritakan dua tokoh wanita yang menunjukkan perbedaan prioritas ketika berhadapan dengan Yesus.Martha sibuk melayani Yesus, mungkin siapkan roti,siapkan anggur atau hal yang lain. Sementara Maria justru hanya mendengarkan Yesus, bercengkerama dengan Yesus.Maria merasa bahagia dengan kedatangan tamunya,Yesus. Ia merasa nyaman.She feels comfortable before Jesus.She only enjoys listening to the Jesus'words and His teachings. 

Ketika Martha protes terhadap Yesus tentang Maria,yang hanya duduk-duduk aja, Yesus justru berpendapat bahwa Maria telah memilih hal yang terbaik
 Di sela-sela kesibukan kerja/pelayanan, ada saatnya memang kita perlu seperti Maria.Dalam keheningan hati, kita berdoa di hadapan Yesus, bercengkerama denganNya dalam keheningan bathin.Di sinilah kita menemukan kekuatan untuk melaksanakan pekerjaan/pelayanan kita.Kita membaca Kitab Suci, kita berdoa pribadi dan bermeditasi, kita merayakan ekaristi, itulah saat kita bercengkerama dengan Yesus, mendengarkan FirmanNya, menyambut kehadiran Yesus dengan hati yang bahagia dalam rupa tubuh dan darahNya.


ORA ET LABORA hendaknya menjadi pegangan kehidupan kita.
(Inspirasi: Lukas 10:38-42, 06 Oktober, Suhardi)

Berbuat Baik

 Pada suatu hari saya naik sepeda motor varioku secara pelan-pelan. Saya mau pergi menuju rumah.Ternyata, dalan perjalanan naik sepeda motorku itu, tiba-tiba bensin sepeda motorku habis.Terpaksa aku harus turun dari sepeda motorku, lalu aku mendorong sepeda motorku dengan bercucuran keringat.Aku lihat kanan kiri jalan, ternyata tidak ada toko penjual bensin.Lalu aku lanjutkan mendorong sepeda motorku.Setelah saya mendorong sepeda motorku lima ratus meter, tiba-tiba ada seorang pemuda menawarkan bantuan kepadaku.Dia bertanya , 'Kenapa Pak ? "
"Aduh dik,kehabisan bensin.Saya tidak periksa isi bensinnya.Ternyata udah habis," kataku. "Boleh saya bantu Pak", kata dia. "Oh ya, terima kasih", kataku kepadanya. Lalu aku naik sepeda motorku dan sang pemuda itu mendorong sepeda motorku dari belakang dengan kakinya.Sang pemuda itu mendorong sepeda motorku sampai di pom bensin.Aku merasa lega, karena aku tidak mendorong lagi.Aku tidak bercucuran keringat lagi.Lalu saya katakan kepadanya, " Terima kasih dik." " Sama-sama Pak,"  sahutnya. Lalu sang pemuda itu meninggalkan aku. 

 Aku tak kenal dia.Dia tak kenal aku. Aku juga tidak bertanya siapa namanya, agamanya apa, dari suku apa, apa warna kulitnya.Dia pun juga ngak bertanya-tanya tentang diriku,apa status sosialnya atau rakyat biasa . Semuanya terjadi secara spontan. Itulah kebaikan dan belas kasih yang tulus. Aku telah merasakan kebaikan dan belas kasih dari sesamaku. Saya yakin itu adalah belas kasih dan kebaikan Allah yang dinyatakan lewat sang pemuda tadi. Sang pemuda tadi menyatakan kebaikan dan belas kasih kepadaku sebagai wujud belas kasih dan kebaikan kepada  Allah.

Aku telah merasakan belas kasih dan kebaikan Allah dan sesama. Dan sudah berapa  ratus,  berapa ribu dan berapa juta aku telah merasakan kebaikan dan belas kasih Allah dan sesama. Maka, aku pun hendaknya berbuat baik dan berbelas kasih terhadap Allah dan sesamaku. Dalam hidupku aku berprinsip, " Jangan berhenti berbuat baik dan berbelas kasih walau hanya kebaikan dan belas kasih yang sederhana dan kebaikan serta belas kasih yang kita buat itu ditanggapi dengan berbagai macam  pendapat.


Yesus mengharapkan kepada kita untuk berbuat baik dan memancarkan belas kasih Allah kepada sesama.
( inspirasi : Lukas 10:25-37 ,  05 Oktober, Suhardi )

Thursday, October 1, 2020

Doa Rosario

 

Setiap tanggal 1 Oktober, bangsa Indonesia memperingati hari kesaktian Pancasila. Pada tanggal yang sama, di awal bulan Oktober, Gereja Katolik memasuki bulan Rosario. Di bulan Rosario ini, umat Katolik diharapkan untuk melantunkan doa-doa Rosario untuk pelbagai intensi. Mengapa bulan Oktober ditetapkan sebagai bulan Rosario oleh Gereja? Dalam sejarah masa lampau, tepat pada tahun 1571 terjadi pertempuran di Lepanto, di mana negara-negara Eropa diserang oleh kerajaan Ottoman yang menyerang agama Kristen. Ada ancaman genting saat itu  dan bahwa agama Kristen terancam akan punah di Eropa.  

Jumlah pasukan Turki telah melampaui pasukan Kristen di Spanyol, Genoa dan Venesia. Menghadapi ancaman ini, Don Juan (John) dari Austria, komandan armada Katolik, berdoa rosario memohon pertolongan Bunda Maria. Demikian juga, umat Katolik di seluruh Eropa berdoa rosario untuk memohon bantuan Bunda Maria di dalam keadaan yang mendesak ini. Pada tanggal 7 Oktober 1571, Paus Pius V bersama- sama dengan banyak umat beriman berdoa rosario di basilika Santa Maria Maggiore. Sejak subuh sampai petang, doa rosario tidak berhenti didaraskan di Roma untuk mendoakan pertempuran di Lepanto. Walaupun nampaknya mustahil, namun pada akhirnya pasukan Katolik menang pada tanggal 7 Oktober. Kemudian, Paus Pius V menetapkan peringatan Rosario dalam Misa di Vatikan setiap tanggal 7 Oktober. Kemudian penerusnya, Paus Gregorius XIII, menetapkan tanggal 7 Oktober itu sebagai Hari Raya Rosario Suci.

Melihat sejarah, mengenang campur tangan Bunda Maria dalam situasi genting. Dalam kondisi yang serba kritis, kehadiran Bunda Maria menjadi penawar jalan perubahan. Kitab suci telah memperlihatkan kehadiran Bunda Maria dalam setiap momentum kritis dan pada saat itu, Bunda Maria berperan aktif untuk menyampaikan sebuah kondisi terpuruk pada Yesus. Masih ingatkah kita akan peran Bunda Maria pada pesta perkawinan di Kana? Ketika menghadiri pesta perkawinan di Kana bersama Yesus, Bunda Maria tidak saja menempatkan diri sebagai  tamu undangan biasa tetapi juga membangun kepekaan sosial dengan tuan pesta yang sedang mengadakan pesta.

Dalam konteks masyarakat Yahudi waktu itu, yang bisa menentukan kualitas pesta adalah ketersediaan minuman yang cukup dan apabila tuan pesta kehabisan anggur pada saat perayaan pesta maka itu dilihat sebagai hal yang memalukan. Bunda Maria memahami situasi ini dan tidak ingin agar tuan pesta larut dalam kecemasan dan rasa malu. Inisiatif Bunda Maria untuk berani melihat kekurangan tuan pesta dan berani menawarkan jalan penyelamatan. “Mereka kekurangan anggur.” Inilah penggalan informasi dari Bunda Maria untuk disampaikan kepada Yesus. “SaatKu belum tiba,” jawab Yesus singkat. Tetapi karena dorongan Bunda Maria semakin kuat maka Yesus tampil untuk mengadakan mukjizat pertama, mengubah air menjadi anggur.

Memaknai bulan Rosorio, tidak lain adalah memaknai keterlibatan Bunda Maria dalam setiap situasi sulit.  Di tangan para umat Katolik tergenggam untaian Rosario dan sambil mendaraskan doa-doa Rosario, menyelipkan intensi khusus agar Bunda Maria bisa menyampaikan keinginan kita pada Yesus, Sang Penyelamat. Dengan berdoa Rosario, kita juga sedang memaknai kisah peristiwa iman, mulai dari inkarnasi sampai dengan peristiwa kebangkitan Yesus dari alam maut.

“Doa Rosario adalah salah satu doa Kristiani yang sangat Injili, yang intinya adalah renungan tentang Kristus. Sebagai doa Injil, Rosario dipusatkan pada misteri inkarnasi yang menyelamatkan, dan memiliki orientasi Kristologis yang gamblang. Unsurnya yang paling khas adalah pendarasan doa Salam Maria secara berantai. Tetapi puncak dari Salam Maria sendiri adalah nama Yesus. Nama ini menjadi puncak baik dari kabar/salam malaikat, "Salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu," maupun dari salam ibu Yohanes Pembaptis, "Terpujilah buah tubuhmu" (Luk 1:42). Pendarasan Salam Maria secara berantai itu menjadi bingkai, dimana dirajut renungan atau kontemplasi atas misteri-misteri yang ditampilkan lewat Rosario.” (Paus Paulus VI, Anjuran Apostolik Marialis Cultus, 2 Februari 1974, 46)

Bunda Maria berperan penting dalam situasi sulit. Ia hadir untuk mengubah kecemasan manusia menjadi harapan yang nyata, seperti yang terjadi pada pertempuran di Lepanto. Ketika dunia cemas akan kepunahan para pengikut Kristus karena serangan orang-orang bersenjata, Bunda Maria telah menyampaikan kecemasan itu pada   Yesus dan diubah menjadi sebuah harapan yang baik. Dalam bulan penuh rahmat ini, kita diajak untuk merenungkan seluruh perjalanan hidup dan keterlibatan Bunda Maria, kiranya Bunda Maria senantiasa menemani kita sepanjang ziarah hidup ini.***(Valery Kopong)

 

 

Tuesday, September 29, 2020

Nama Adalah Tanda

 

Pada hari Sabtu, 26 September 2020 merupakan hari bahagia bagi Bapak Panut karena setelah melewati perjuangan panjang, ia telah mencapai titik awal untuk hidup secara baru yang ditandai dengan peristiwa pembaptisan secara Katolik. Baginya, pilihan ke Katolik merupakan suatu kesadaran iman yang kuat dan pilihan itu dilewati dengan mengikuti bimbingan yang selama ini diikutinya. Menjadi seorang Katolik melewati proses panjang dan di sini seseorang diuji, seberapa jauh tingkat keseriusan dalam menentukan sikap untuk menjadi pengikut Kristus.

Dalam homilinya, Romo Sulis memberikan pemahaman tentang pokok iman yang harus dihayati dan juga tentang gambaran Bapa yang ada dalam kitab suci. Menurutnya, Allah digambarkan sebagai Bapa yang penuh belas kasih. Kasih yang terdalam dari Bapa akan anak-anaknya ketika Ia mengutus Putera-Nya ke dunia untuk menebus dosa manusia dan menjadi penyelamat. Dalam khotbah itu diselingi dengan pertanyaan yang ditujukan pada Pak Panut yang mau dibaptis. “Sebelum Yesus menjalani sengsara-Nya, apa yang dilakukan-Nya bersama dengan murid-murid?” Tanya romo Sulis. Dengan santai Pak Panut menjawab, setelah Ia mengadakan malam perjamuan terakhir. 

“Di mana Yesus berdoa?” Tanya romo sulis lagi. Setelah mendengar bisikanku, Pak Panut menjawab, di taman Getzemani. Dari pertanyaan-pertanyaan singkat ini Romo Sulis mau menggiring baptisan baru untuk memahami misteri penyelamatan Allah terhadap manusia melalui Yesus Putera-Nya. Pengorbanan diri Yesus menjadi perwujudan kasih terdalam dari Allah terhadap manusia. Kehadiran Yesus di dunia ini membawa misi penyelamatan manusia dan Ia tetap berkomitmen untuk taat kepada Allah dan setia kepada manusia. Kesetiaan ini ditunjukkan melalui sebuah proses panjang dan penuh tragedi. Karena taat kepada Bapa-Nya dan kesetiaan kepada manusia, Yesus rela menjalani kisah tragis ini sebagai cara yang harus ditempuh untuk menyelamatkan manusia.

Menderita sengsara sampai kematian-Nya di atas salib, menunjukan cinta paripurna Yesus terhadap Allah dan manusia. Begitu pentingkah manusia sehingga Allah, melalui Putera-Nya Yesus Kristus, rela untuk menjalani kisah pilu ini? Pertanyaan retoris ini menjadi titik pergumulan seorang kristiani dan juga menjadi daya tarik bagi mereka yang belum mengenal Kristus. Kebesaran cinta seorang Yesus terhadap manusia, tidak hanya mengisahkan tentang ceritera gembira tetapi jauh lebih penting adalah pengalaman pahit yang harus dilalui-Nya. Yesus telah mengajarkan kepada kita arti dari sebuah peziarahan hidup yang panjang dan melewati pelbagai tantangan.  Setiap tantangan mesti dihadapi dengan sikap bijaksana dan di balik tantangan itu, tersembunyi pesan-pesan penting. Ketika Yesus menerima salib untuk menjalani hukuman, tetapi di atas puncak salib, tempat Ia digantung bukanlah simbol frustrasi tetapi dibalik salib itu, harapan baru tentang kebangkitan yang mulia mulai diperlihatkan kepada dunia.

Pada peristiwa pembaptisan itu, Panut, lelaki 50-an tahun itu memilih nama baptis Paulus. Sebelum mengalami pertobatan, Paulus dikenal sebagai Saulus mengejar dan menganiaya orang-orang yang menamakan diri sebagai pengikut Kristus. Tetapi pada perjalanannya ke Damsyik, ia mengalami pengalaman baru, sebuah titik awal membalikan hidup Saulus. Ia jatuh dari kuda setelah sorot sinar mengenai matanya. Pengalaman Damsyik adalah pengalaman pertobatan Saulus. Ia kemudian mengenakan nama baru, Paulus. Dalam sejarah penyebaran ajaran tentang Kristus, Paulus memainkan peranan yang sangat penting. Paulus, dalam mewartakan kabar gembira, ia tidak hanya berpusat pada kelompok orang-orang Yahudi saja tetapi justeru ia berusaha untuk mewartakan Injil tanpa sunat kepada kelompok-kelompok bukan Yahudi.


Pengalaman pertobatan Paulus dan kemudian menjadi pewarta, barangkali tidak bisa disejajarkan dengan Panut, yang bersedia mengikuti Kristus karena pengalaman masa lampau ketika ia dibentuk di sekolah-sekolah Katolik. Lingkungan pendidikan memberikan dampak pada pengalaman orang yang pernah mengenyam pendidikan Katolik dan pada akhirnya memutuskan diri untuk menjadi pengikut-Nya. Panut tidak pernah mengalami pengalaman Damsyik tetapi setidaknya ia mengalami pergolakan batin untuk pada akhirnya menentukan sebuah pilihan untuk ada bersama Kristus. Memilih untuk mengikuti Kristus berarti bersedia untuk memanggul salib-Nya.***(Valery Kopong)

Malaikat Agung

 Hari ini kita memperingati pesta para malaikat Agung,yaitu Mikael,Gabriel dan Rafael.Para malaikat ini mempunyai tugas masing-masing.Malaikat Mikael mempunyai tugas sebagai panglima perang surgawi dalam melawan Lucifer.Malaikat Gabriel mempunyai tugas sebagai utusan khusus unuk menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada manusia. Malaikat Rafael mempunyai tugas sebagai utusan untuk menyembuhkan penyakit.  

Peran para malaikat Agung ini baiklah kita lanjutkan dalam tugas kehidupan kita sebagai umat beriman.Dalam kehidupan nyata setiap hari kita menghadapi banyak tantangan,godaan, "iming-iming" yang disebabkan oleh gerakan roh-roh jahat.Marilah kita menjadi panglima perang melawan itu semua dengan semangat doa,kebaikan dan cinta kasih.Kita mohon pertolongan malaikat Mikael. 

Bulan September adalah Bulan Kitab Suci Nasional.Kita diajak untuk mengenal,mendalami dan mencintai Firman Tuhan sebagai pesan pedoman dan penunjuk jalan menuju keselamatan.Marilah kita gunakan BKSN sebagai waktu  khusus untuk menyampaikan pesan-pesan Firman Tuhan kepada sesama kita,sehingga kita bisa berjalan bersama menuju keselamatan kekal.Kita mohon pertolongan malaikat Gabriel.


Dalam masa pandemi ini,marilah kita gunakan waktu khusus untuk mendoakan bagi saudara-saudari kita yang sedang sakit dan mereka yang mendedikasikan hidupnya untuk mengatasi virus corona 19,agar mereka mendapat rahmat kesembuhan dan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.

(YOH.1: 47-51, 29 September,Suhardi)

Monday, September 28, 2020

Aku Ada Untuk Orang Lain

 

12 Juli ulang tahun kelahiramu. Setiap tahun, ketika berada pada tanggal ini, kami semua merayakan hari lahirmu, dan engkau mengenang untuk pertama kali hadir di dunia ini dengan tangisan sebagai sapaan pertama untuk dunia ini. Sembilan bulan sepuluh hari, begitu nyaman berada dalam rahim sang ibu. Enam puluh tiga tahun engkau berada dalam pergumuluan hidup di bawah terik matahari abadi. Ada tawa dan senyum ceria menghiasi perjalanan hidupmu. Ada pula suka dan duka meniti hari-hari hidupmu. Enam puluh tiga tahun, engkau menyusuri lorong-lorong perjuangan hidup.

Mengenang ulang tahun kelahiranmu, kami yang hadir disini berusaha menyalahkan lilin, tidak hanya  sebagai cara untuk mengambil bagian dalam suka cita ini. Lilin bernyala adalah simbol dirimu  yang tidak pernah mengutuki kegelapan yang datang menghampiri. Lilin yang bernyala, berusaha untuk membakar dirinya agar kegelapan di sekitarnya tidak dikuasai oleh kegelapan berkepanjangan. Kehidupanmu tak lebih dari sebuah lilin yang selalu mengorbankan diri untuk orang lain.

Selama dua puluh lima tahun, engkau berperan sebagai orang tua asuh bagi mereka yang nyaris kehilangan harapan saat mereka duduk di bangku sekolah. Dari tangan dinginmu, engkau mengantarkan mereka pada titik kesuksesan. Engkau  telah mengubah ratap tangis mereka menjadi tawa dan suka cita penuh kegembiraan tatkala mereka meraih mimpi-mimpi mereka. Dan genap dua puluh lima tahun mengabdi sebagai orang tua asuh, engkau membangun sebuah lembaga pendidikan dengan penuh susah payah. Sekolah yang dibangun itu diberi nama Teratai, untuk mengingatkan dan menyambungkan kisah yang sama, kisah hidup orang-orang pinggiran yang perlu mendapatkan perhatian. Mengapa memilih Teratai untuk memberi nama pada sekolah ini? Apakah tidak ada bunga lain yang lebih bagus saat bermekar? Memilih teratai dengan filosofi sederhana bahwa Teratai bisa hidup pada lumpur-lumpur yang kotor tetapi tetap menampilkan mekarnya kembang yang indah.

Hari ini kembali mengulang kisah. Tidak hanya mengenang kelahiran semata-mata tetapi jauh lebih penting adalah lahir untuk mengabdi orang lain. Atau meminjam bahasa filsuf Martin Heidegger, “Aku ada untuk Aku-ku yang lain.” Aku hadir di dunia ini karena orang lain. Hidupku yang aku alami saat ini karena terbentuk oleh begitu banyak tangan. Pada momentum, merayakan ulang tahun ini, tidak sekedar mengingat berapa usiamu, tetapi yang jauh lebih penting adalah, seberapa besar kebaikan yang telah engkau bagikan kepada orang-orang lain terutama dalam bidang pendidikan. Kepeduliannya pada dunia pendidikan, merupakan pintu masuk untuk mengentas ketertinggalan yang dialami oleh mereka yang lemah dan tersingkir. Melalui jalur pendidikan, engkau sedang menyediakan sebuah masa depan yang cerah bagi generasi yang sedang terlibat.

Hidup, tidak sekedar menarik nafas sebagai pratanda bahwa ada kehidupan di dalam diri. Tetapi jauh lebih penting adalah seberapa besar kasih yang telah diperoleh dari Sumber Kasih itu telah dibagikan kepada orang lain. Kasih menjadi inti terdalam dari nilai-nilai keagamaan. Untuk apa berbicara tentang nilai-nilai agama tetapi nilai yang tertanam dalam diri itu belum tersalur kepada orang lain melalui tindakan nyata? Hanya dengan berbuat baik, kita sedang memaknai diri di tengah orang-orang yang kita layani.***(Valery Kopong)

 

 

 

 

Orang Yang Terbesar

 Tuhan Yesus bersabda, " BARANGSIAPA MENERIMA ANAK INI DEMI NAMAKU, DIA MENERIMA AKU. DAN BARANGSIAPA MENERIMA AKU, MENERIMA DIA YANG MENGUTUS AKU. SEBAB YANG TERKECIL DI ANTARA KALIAN, DIALAH YANG TERBESAR." Saya tertarik dengan sabda Yesus," BARANGSIAPA MENERIMA ANAK INI DEMI NAMAKU"  Menerima anak ini berarti kita diajak untuk memberi perlindungan, memberi perhatian dan cinta kasih, memberi pelayanan dan memberi pengorbanan. " Barangsiapa menerima anak ini demi namaKu" Artinya perlindungan, perhatian dan cinta kasih, pelayanan dan pengorbanan yang kita berikan adalah ditujukan demi kemuliaan dan keagungan Tuhan kita Yesus Kristus. 

Jika kita ingin menjadi orang besar, maka kita hendaknya mau dan mampu memberi perlindungan, perhatian dan cinta kasih, pelayanan dan pengorbanan bagi umat /masyarakat yang dipercayakan kepada kita.  Santa Theresia dari Calcuta adalah salah tokoh orang besar dalam sejarah Gereja Katolik karena dia mempersembahkan hidupnya untuk memberi perlindungan, perhatian dan cinta kasih, pelayanan dan pengorbanan untuk umat/masyarakat yang dipercayakan kepadanya.


Apakah Anda dan saya ingin menjadi orang yang terbesar ? Siap-sedialah selalu untuk bisa memberi perlindungan, perhatian dan cinta kasih, pelayanan dan pengorbanan bagi umat / masyarakat yang dipercayakan kepada kita. YESUS ADALAH TELADAN UTAMA KITA.
(Inspirasi Lukas 9:46-50,  28 September, Suhardi)