12 Juli ulang tahun kelahiramu. Setiap tahun, ketika berada pada tanggal ini, kami semua merayakan hari lahirmu, dan engkau mengenang untuk pertama kali hadir di dunia ini dengan tangisan sebagai sapaan pertama untuk dunia ini. Sembilan bulan sepuluh hari, begitu nyaman berada dalam rahim sang ibu. Enam puluh tiga tahun engkau berada dalam pergumuluan hidup di bawah terik matahari abadi. Ada tawa dan senyum ceria menghiasi perjalanan hidupmu. Ada pula suka dan duka meniti hari-hari hidupmu. Enam puluh tiga tahun, engkau menyusuri lorong-lorong perjuangan hidup.
Mengenang ulang tahun kelahiranmu, kami yang hadir disini berusaha menyalahkan lilin, tidak hanya sebagai cara untuk mengambil bagian dalam suka cita ini. Lilin bernyala adalah simbol dirimu yang tidak pernah mengutuki kegelapan yang datang menghampiri. Lilin yang bernyala, berusaha untuk membakar dirinya agar kegelapan di sekitarnya tidak dikuasai oleh kegelapan berkepanjangan. Kehidupanmu tak lebih dari sebuah lilin yang selalu mengorbankan diri untuk orang lain.
Selama dua puluh lima tahun, engkau berperan sebagai orang tua asuh bagi mereka yang nyaris kehilangan harapan saat mereka duduk di bangku sekolah. Dari tangan dinginmu, engkau mengantarkan mereka pada titik kesuksesan. Engkau telah mengubah ratap tangis mereka menjadi tawa dan suka cita penuh kegembiraan tatkala mereka meraih mimpi-mimpi mereka. Dan genap dua puluh lima tahun mengabdi sebagai orang tua asuh, engkau membangun sebuah lembaga pendidikan dengan penuh susah payah. Sekolah yang dibangun itu diberi nama Teratai, untuk mengingatkan dan menyambungkan kisah yang sama, kisah hidup orang-orang pinggiran yang perlu mendapatkan perhatian. Mengapa memilih Teratai untuk memberi nama pada sekolah ini? Apakah tidak ada bunga lain yang lebih bagus saat bermekar? Memilih teratai dengan filosofi sederhana bahwa Teratai bisa hidup pada lumpur-lumpur yang kotor tetapi tetap menampilkan mekarnya kembang yang indah.
Hari ini kembali mengulang kisah. Tidak hanya mengenang kelahiran semata-mata tetapi jauh lebih penting adalah lahir untuk mengabdi orang lain. Atau meminjam bahasa filsuf Martin Heidegger, “Aku ada untuk Aku-ku yang lain.” Aku hadir di dunia ini karena orang lain. Hidupku yang aku alami saat ini karena terbentuk oleh begitu banyak tangan. Pada momentum, merayakan ulang tahun ini, tidak sekedar mengingat berapa usiamu, tetapi yang jauh lebih penting adalah, seberapa besar kebaikan yang telah engkau bagikan kepada orang-orang lain terutama dalam bidang pendidikan. Kepeduliannya pada dunia pendidikan, merupakan pintu masuk untuk mengentas ketertinggalan yang dialami oleh mereka yang lemah dan tersingkir. Melalui jalur pendidikan, engkau sedang menyediakan sebuah masa depan yang cerah bagi generasi yang sedang terlibat.
Hidup, tidak sekedar menarik nafas sebagai pratanda bahwa ada kehidupan di dalam diri. Tetapi jauh lebih penting adalah seberapa besar kasih yang telah diperoleh dari Sumber Kasih itu telah dibagikan kepada orang lain. Kasih menjadi inti terdalam dari nilai-nilai keagamaan. Untuk apa berbicara tentang nilai-nilai agama tetapi nilai yang tertanam dalam diri itu belum tersalur kepada orang lain melalui tindakan nyata? Hanya dengan berbuat baik, kita sedang memaknai diri di tengah orang-orang yang kita layani.***(Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment