Tangan Dingin
Romo Binzler
“Tanpa Romo
Binzler, Gregorius tak mungkin seperti
ini.” Inilah kata-kata yang diungkapkan secara spontan oleh salah seorang umat yang cukup tahu
sejarah perjalanan umat Gregorius. Romo
Binzler, yang dikenal sebagai romo pembangun, memberikan perhatian yang seimbang kepada umat yang digembalakannya. Konsentrasi
perhatiannya tidak hanya berpusat di Santa Maria sebagai pusat paroki tetapi
juga perlu adanya pengembangan stasi-stasi
di bawah naungan Santa Maria.
Stasi
St. Gregorius mendapat perhatian yang serius dari Romo Bin sebagai Pastor
Kepala Paroki Santa Maria. Beliau tidak hanya memberikan pelayanan dalam bidang rohani saja tetapi juga
membangun gedung serba guna yang
digunakan untuk perayaan ekaristi dan kegiatan religius lainnya. Gedung Serba
Guna (GSG) yang dibangun oleh Romo dilihat sebagai ruang terbuka, yang di satu
sisi digunakan untuk kegiatan religius tetapi di sisi lain, GSG masih membuka
peluang bagi masyarakat sekitar untuk melakukan olah raga terutama bulu tangkis.
Keberadaan
GSG ini memang tidak menimbulkan reaksi
berlebihan dari warga tetapi diakui bahwa ada gejolak dari
kelompok-kelompok tertentu. Melihat hal itu maka langkah-langkah pendekatan ke
masyarakat gencar dilakukan untuk memberikan pemahaman yang positif tentang
pendirian SGS tersebut. Selain itu pula, Romo Bin meminta beberapa pemuda asal
Ende-Flores untuk menjaga keamanan lingkungan. Beberapa tahun lamanya, sejak
zaman Romo Bin sampai dengan masa kepemimpinan Bapak Lastiyo sebagai ketua
dewan stasi, beberapa pemuda ini masih menetap di lingkungan GSG. Namun ketika terjadi renovasi gedung gereja
Santo Gregorius, beberapa pemuda ini diminta untuk keluar dari lingkungan
Gereja.