Tuesday, July 10, 2018

"Duniaku adalah Parokiku"


 (Catatan pesta emas Pater Jessing, SVD di Witihama, 9 Juli 2018)

Seorang imam yang telah ditahbiskan bukan untuk keluarganya tetapi untuk umat. Karena itu seorang imam adalah milik umat dan terutama umat yang dilayaninya. Imamat yang diterima oleh seorang imam adalah sebuah rahmat Allah dan rahmat yang diterima itu diperlihatkan oleh imam dalam keseharian hidupnya. Menjadi imam tidak hanya mengurus “altar” tetapi melalui “altar,” seorang imam bisa menimbah kekuatan untuk membangun kehidupan rohani dan juga kehidupan sosial. Kehidupan imamat itu menjadi hidup ketika seorang imam sanggup menerjemahkannya dalam praksis kehidupan.

          

Friday, July 6, 2018

Menimbang Cawapres

Ketika memasuki tahun politik, para politisi melakukan manuver sebagai strategi untuk menaikan popularitas calon tertentu dan juga menaikkan popularitas partai. Setelah pelaksanaan Pilkada serentak pada 27 Juni 2018, para analis politik berlomba-lomba untuk memberikan prediksi tentang kemenangan yang diraih oleh pasangan tertentu pada perhelatan Pilkada serentak dan membuka ruang baru dalam mengutak-atik  calon presiden dan wakil presiden untuk bertarung dalam perhelatan demokrasi pada 2019 mendatang.
          Pada bulan Agustus 2018 nanti akan diadakan pendaftaran calon presiden dan wakil presiden. Kita semua sudah tahu bahwa sampai dengan saat ini masih dua calon presiden yang sudah dideklarasikan oleh partai pengusung. Jokowi diusung oleh PDIP dan partai koalisinya dan Prabowo diusung oleh partai Gerindra dan koalisinya. Pilpres masih cukup lama tetapi gema pilpres mulai terasa di tahun 2018 disaat terjadi Pilkada serentak. Pilkada ini menjadi bagian penting karena bisa menentukan kekuatan partai pendukung untuk pemilihan presiden nanti.
         

Thursday, July 5, 2018

Menjadi Blogger

Hampir sepuluh tahun lebih saya menggunakan blog  sebagai media untuk mempublikasikan seluruh tulisan saya. Awalnya saya tidak tertarik dengan blog tetapi sekitar tahun 2008, salah seorang teman mengajari saya bagaimana membuat blog dan mulai hari itu juga saya berkenalan dengan blog dan memacu saya untuk terus menulis. Ketika awal memiliki blog, rasanya seperti memiliki sebuah “media cetak” yang bisa memperkenalkan tulisan kepada orang lain. Blog, bagi saya merupakan media paling ampuh untuk memperkenalkan karakter tulisanku dan lebih dari itu menjadi media interaksi antara saya yang waktu itu mengajar di SMA Vianney – Jakarta Barat dengan para murid.

Monday, June 25, 2018

Membangun Kebersamaan di atas “Luka”

Pertemuan keluarga di Waiwadan, 23 Juni 2018
Melihat foto yang dikirim oleh adik Arnold Janssen Geroda Belido melalui WhatSApp, menggugah nuraniku untuk melihat lebih jauh tentang situasi  keluarga besar saya yang ada di Gelong Lama Ledan. Sebuah foto yang menggambarkan kebersamaan yang tidak lazim dibangun selama ini. Mengapa saya berani mengatakan bahwa kebersamaan ini tidak lazim seperti yang terekam dalam kamera?  Karena pertemuan ini bersifat mendadak dan menjadi sebuah bentuk pemberontakan sunyi dari kelompok yang mempertahankan nuansa keakraban keluarga. Kebersamaan ini dibangun di atas “luka” ini membahasakan betapa dalam relung refleksi orangtua kami yang semakin sepuh tak tak berdaya di hadapan garangnya anak-anak mereka.

Friday, June 22, 2018

Mudik dan Jalan Tol Jokowi

Perjalanan mudik tahun 2018 ini menyenangkan karena saya sendiri tidak terjebak dengan kemacetan panjang seperti yang dialami pada tahun-tahun sebelumnya.  Pengalaman yang saya alami ini bukan merupakan pengalamanku sendiri tetapi menjadi pengalaman mudik menyenangkan bagi ribuan orang yang melakukan mudik terutama di wilayah Jawa. Ada dua alasan penting, mengapa mudik pada tahun 2018 menjelang Lebaran ini menyenangkan karena tidak terjebak kemacetan. Pertama, rentang waktu liburan cukup panjang sebelum hari H Lebaran. Kedua, ada pembukaan jalan tol yang baru di wilayah Jawa yang bisa mempermudah akses untuk menuju kampung halaman.

Liburan lebaran 2018 di hutan pinus Bantul 
               

Monday, June 4, 2018

PENERIMAAN KOMUNI PERTAMA

Bertepatan dengan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, 3 Juni 2018,  sebanyak 126 anak menerima komuni suci pertama di Gereja Paroki Santo Gregorius Agung. Misa dipimpin oleh pastor rekan, Romo Sony, Pr. Dalam kata pembukaannya, romo Sony mengucapkan terima kasih kepada para pembimbing yang telah mempersiapkan secara baik dasar-dasar iman Katolik kepada anak-anak yang mau menerima komuni suci. Terima kasih yang sama juga ditujukan untuk para orangtua yang telah mendidik anak-anaknya dan mengarahkan kehidupan iman yang baik.

Dalam kotbahnya, Romo Sony mengurai hubungan antara beberapa peristiwa penting yang berkaitan dengan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Salah satu pesta yang dikaitkan adalah Pesta Roti Tak Beragi. Bila kita membuat roti tetapi tidak menggunakan ragi sebagai bahan baku maka roti itu menjadi padat dan tidak mengembang. Dalam pandangan orang Israel, ragi sesungguhnya berasal dari Allah, ragi kasih. Pada akhir khotbahnya yang singkat, Romo Sony berpesan pada anak-anak yang menerima komuni pertama bahwa setelah menerima komuni berarti bukan lagi anak-anak hidup sendirian melainkan Kristus yang hidup di dalam diri kalian.***(Valery Kopong)   

Wednesday, May 2, 2018

Paulus: Pribadi Yang Tangguh (Kaum Buruh Menimbah Inspirasi)

Tanggal 1 Mei diperingati sebagai hari buruh Internasional. Pada peringatan hari buruh ini banyak cara dilakukan oleh kaum buruh untuk menyuarakan tuntutan mereka, terutama hak-hak yang akan dipenuhi oleh pihak pengusaha. Kesempatan hari buruh ini menjadi moment bagi mereka untuk menyuarakan tuntutan itu. Apakah semua tuntutan yang dilakukan pada hari buruh ini harus dilakukan dengan demonstrasi? Ada pelbagai cara dilakukan oleh kaum buruh untuk mengisi hari kaum buruh ini.
Beberapa tahun terakhir ini kaum buruh yang beragama Katolik mengisi hari buruh secara berbeda-beda. Untuk di wilayah Tangerang, sudah dimulai dengan kegiatan bazaar dan perlombaan tarian yang berpusat di Paroki Santo Gregorius yang tahun ini menjadi tuan rumah kegiatan May Day 2018.  Puncak acara pada 1 Mei diadakan misa syukur yang dipimpin langsung oleh Bapak Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo. Perayaan EKaristi dimulai pada pukul. 09.00 pagi di Paroki Santo Gregorius Agung, diiringi koor dari SMA Strada Santo Thomas Kota Tangerang. Hadir dalam misa, kurang lebih 10 imam dan ribuan umat.  

Thursday, April 19, 2018

Selamat Jalan Nol Pareira Mandalangi

Sejak terbentuknya LP3KD Banten pada awal Juli 2017, aku mengenal Pak Nol Pareira. Pembawaannya sederhana dan selalu menebarkan keramahan kepada siapa saja yang ditemuinya, termasuk kami yang terlibat dalam mempersiapkan PESPARANI (Pesta Paduan Suara Gerejani) Katolik. Beberapa kali pertemuan, baik di LP3KD Banten maupun team kecil pra-pesparani yang akan menyeleksi para peserta paduan suara, Pak Nol Pareira tidak pernah absen. Ia tetap hadir dan seakan memberikan spirit bagi team LP3KD Banten dan team kecil pra-pesparani untuk terus maju dalam mempersiapkan kontingen untuk mewakili Banten yang akan ke Ambon pada bulan Oktober 2018.   

Wednesday, April 18, 2018

"Kapek Kiwang"

“Ata loge kapek jawhan, ina tite loge kapek kiwang.”  Wengen lagu Simon L. Muda naen ni, ra marin tek’a oneket, teka puho. Kalau goe wengen lagu ni, go peten inak rae lewo, peten ata ribhun.  Lagu ni na tutu koda puke, marin kirin makene. Bagi goe Ata Gelong Lama Ledan, lagu ni na tutu ata ribuhun noon ata kebelen.  Memang, rae lewo tanah Adonara, temutu nolhon mengingatkan tite tentang relasi yang kurang harmonis antara ata ribhun noon ata kebelen.

Lagu Simon L. Muda naen ni mengisahkan secara singkat  mengenai kehidupan ata ribhun yang selalu sederhana, terutama mengenai “rekan renu” dan “tel’e towe.” Hanya yang lebih menonjol dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat Adonara umumnya, “tele towe” menjadi pemandangan yang sangat menyolok dan sekaligus menegaskan status sosial seseorang.  Status sosial menjadi sebuah jalan utama untuk menempatkan seseorang dalam strata sosial tertentu, apakah seseorang menempati posisi pada strata atas, menengah atau bawah? Hal ini bergantung pada keseharian hidupnya dan juga bisa dilihat dari mana dia berasal.

Tidak Sekedar Menyuluh

Ketika menerima SK pertama sebagai CPNS dan ditempatkan sebagai Penyuluh Agama Katolik,  sebuah tantangan baru sedang aku hadapi. Sebagai Penyuluh Agama Katolik dengan label PNS,  aku berdiri pada titik tengah, antara pemerintah dan Gereja.   Apakah Gereja antusias atau berusaha “senyum” melihat Penyuluh Agama Katolik  yang bekerja untuk mewartakan kabar baik? Pertanyaan ini menggelitik karena ketika  ditempatkan pertama kali sebagai penyuluh agama di wilayah Kecamatan Pamulang, langkah pertama yang harus dilakukan adalah melaporkan diri pada pimpinan  Kantor Urusan Agama di Kecamatan Pamulang-Tangerang Selatan dan juga bertemu dengan Pastor kepala Paroki  Barnabas-Pamulang. 
Dua instansi yang aku lapori ini sepertinya tidak memberikan respek tentang keberadaanku sebagai Penyuluh Agama Katolik. Bisa dipahami bahwa satu-satunya Penyuluh Katolik di wilayah Tangerang, hanyalah aku. Pertama kali aku ditempatkan di Kantor Urusan Agama, Kecamatan Pamulang-Tangeran Selatan. Beberapa teman penghulu agama Islam di KUA Pamulang, ketika tahu bahwa aku Penyuluh Katolik, mereka  langsung menitipkan pesan, “tolong bereskan gereja-gerejamu yang ada di ruko-ruko.” Aku lalu menjelaskan bahwa itu bukan gerejaku tetapi gereja Kristen Protestan. Aku berusaha untuk menjelaskan secara detail mengenai letak perbedaan antara Katolik dan Kristen Protestan dan dari situ, mereka  mulai mengetahui tentang perbedaan kedua agama itu.