Sejak terbentuknya LP3KD Banten pada
awal Juli 2017, aku mengenal Pak Nol Pareira. Pembawaannya sederhana dan selalu
menebarkan keramahan kepada siapa saja yang ditemuinya, termasuk kami yang
terlibat dalam mempersiapkan PESPARANI (Pesta Paduan Suara Gerejani) Katolik. Beberapa
kali pertemuan, baik di LP3KD Banten maupun team kecil pra-pesparani yang akan menyeleksi
para peserta paduan suara, Pak Nol Pareira tidak pernah absen. Ia tetap hadir
dan seakan memberikan spirit bagi team LP3KD Banten dan team kecil
pra-pesparani untuk terus maju dalam mempersiapkan kontingen untuk mewakili
Banten yang akan ke Ambon pada bulan Oktober 2018.
Petrus Nolascus Pareira Mandalangi ( Nol Pareira) berasal dari Maumere, Kabupaten Sikka, Flores. Ia lahir pada 5-2-1946 ( 72 tahun yang lalu) . Menurut salah seorang adiknya yang saya temui di rumah duka Jl.Guntur 4 Pesanggrahan – Jakarta Selatan, mereka ada 11 bersaudara. Keluarga ini memiliki keunikan tersendiri, yakni sebagai pencinta musik-musik klasik. Pak Nol sendiri ketika masih aktif mengajar di Regina Pacis – Slipi, pelajaran musiklah yang diampuhnya. Pak Nol menempuh pendidikan Filsafat di STFK Ledalero – Maumere. Berbekal pendidikan filsafat dan diperkuat dengan kemampuan bermusik serta komponis, Pak Nol berani melanglang buana Jakarta dan menikmati kerasnya ibu kota negara.
Selama 72 tahun, musik klasik dan musik
Gregorian mengalir terus dalam dirinya. Karena kemampuan menguasai dunia musik klasik ini menggugahnya untuk terus berkarya dalam
lingkup Gereja, terutama Paroki Santo Matius Penginjil – Bintaro. Kepergiannya yang
begitu mendadak membuat banyak orang kaget karena memang kematian itu datang
seperti pencuri di malam hari. Kematian menjemputnya di saat kami (LP3KD)
Banten masih membutuhkannya. Kami masih merancang program PESPARANI di bawah naungan
LP3KD Banten.
Saya masih ingat baik ketika kita
mengadakan rakerda LP3KD Banten di Paragon Biz Hotel – Karawaci. Dua hari kita
mengadakan pertemuan, yakni Senin-Selasa, 16-17 April 2018. Ketika cek in di
hotel, Pak Nol meminta bantuan saya untuk mengantarnya ke lantai 11. Saya menurutinya
dan menunggunya di kamar sampai datangnya teman sekamar, Pak Yulianus Sunaryo. Setelah
itu pada sore harinya kita membuka pertemuan bersama. Banyak ide dan gagasan
yang engkau sumbangkan pada saat diskusi sebagai cara sederhanamu untuk mendukung proses perjalanan LP3KD Banten yang belum
berumur setahun ini.
Kami masih ingat tentang canda
tawamu dan terutama pada saat perkenalan. “Saya lahir lebih dahulu. Mulai dari Nol sebelum
bilangan lain. Dan saya lebih muda.” Demikian perkenalan Pak Nol kepada para
peserta rapat. Rupanya canda lucumu untuk terakhir kalinya. Setelah rapat dan
keesokan harinya, Rabu, 18 April 2018 engkau dipanggil Tuhan. Engkau pergi
dengan tenang dalam ribaan Sang Ilahi. Engkau telah mengajarkan tentang
bermusik yang baik di dunia ini dan sekarang, engkau telah masuk ke dalam hidup
abadi di surga. Bernyanyilah bersama para malaikat di surga dan jangan lupa mendoakan
perjalanan LP3KD Banten agar terus berkembang dan menjadi wadah pewarta baru
melalui paduan suara. Selamat jalan Pak Nol. Engkau telah mengakhiri
pertandingan hidup di dunia ini.***
0 komentar:
Post a Comment