Mengawali tahun 2021 dan mengisi
hari-hari di bulan Januari ini, sepertinya media sosial dan juga berita-berita
di televisi memberitakan tentang bencana-bencana yang sedang terjadi di wilayah
Indonesia. Ada erupsi gunung Lowotolok, erupsi gunung Semeru, jatuhnya pesawat
Sriwijaya dan gempa bumi yang telah memporakporandakan Mamuju dan juga Manado.
Di depan layar kaca, kita yang menyaksikan peristiwa tragis itu hanya mengelus
dada dan doa penuh harap. Dalam peristiwa ini, tak seorang pun manusia yang
berhak mencegah atau bahkan mengendalikan bencana itu. Semua terjadi di luar
dugaan manusia dan terkadang sulit dicerna dengan ratio manusia sendiri.
Para keluarga korban tentunya tersayat hatinya karena kepergian anggota keluarga mereka secara tragis melalui kecelakaan pesawat. Tak ada jenazah yang utuh. Semua jatuh berkeping-keping dan dalam kepingan itu, para korban masih bisa diidentifikasi dan kemudian masih dikuburkan oleh pihak keluarganya. Terhadap semua bencana yang mengancam keselamatan manusia ini, maka manusia diminta untuk waspada tetapi yang tetap menjadi persoalan adalah, soal kapan ajal menjemput, tak satu pun yang tahu. Cara untuk mengakhiri hidup di dunia ini pun, tak seorang manusia pun tahu.
Allah sebagai sang Maha ada, Ia menciptakan langit dan bumi untuk manusia. Ia menggerakan dan menuntun seluruh rotasi alam semesta dengan sangat teliti. Apakah peristiwa bencana yang dialami oleh manusia saat ini merupakan kelalaian dari Allah dalam mengontrol siklus hidup alam semesta? Pertanyaan ini tetap menggantung pada “langit tanya” dan pertanyaan retoris ini tetap menggema sepanjang sejarah hidup manusia. Ketika melihat seluruh bencana yang sedang terjadi di negeri ini, sebagai umat Tuhan, menggiring kesadaran kita untuk memahami peristiwa ini dalam konteks biblis.
Kitab suci, terutama perjanjian lama, banyak mengisahkan tentang bagaimana manusia menghadapi bencana saat itu. Bencana yang muncul mengorbankan manusia, jika dilihat dalam terang biblis maka bencana itu merupakan cara Allah memberikan peringatan bahkan kutukan terhadap manusia yang saat itu berperilaku di luar batas kepantasan dan tidak dikehendaki oleh Allah. Allah memberikan ujian berat terutama pada bangsa pilihan-Nya. Masih segar dalam ingatan kita kisah Nabi Nuh dan air bah yang membawa korban manusia. Hanya Nabi Nuh dan keluarganya yang selamat dalam peristiwa itu. Peristiwa ini bila dilihat dalam terang iman maka memberikan “warning” bagi manusia dan menyelamatkan keluarga Nuh yang saleh itu.
Bencana, apa pun bentuknya pasti terjadi sepanjang sejarah hidup manusia. Namun dibalik bencana itu menyisahkan sebuah pertanyaan penting, apa yang Tuhan mau atas semua peristiwa ini. Semua itu tetap misteri di mata manusia.***(Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment