Selasa, 23 Februai 2021 merupakan hari
istimewa bagi masyarakat NTT dan secara khusus untuk masyarakat Sumba dan
Maumere – Sikka yang menerima kedatangan Bapak Presiden, Joko Widodo. Beberapa foto
dan video yang beredar tentang kedatangan Jokowi di Sumba dan Maumere,
memperlihatkan antusiasme warga yang menunggu berjam-jam di pinggir jalan hanya
untuk menyapa kedatangan presiden kesayangan rakyat itu. Walau di tengah Covid
19 melanda dunia dan masyarakat pedesaan seperti di Sumba dan Maumere,
masyarakat tetap memberikan perhatian pada presiden, walau menyapanya dari
pinggir jalan.
Dalam sambutan yang singkat itu, presiden mengatakan bahwa ada 7 waduk yang dibangun di NTT dan tiga di antaranya sudah jadi, sementara yang lain masih menunggu proses penyelesaian. Di mata seorang Jokowi, ketika permintaan masyarakat NTT akan waduk dan sumur bor harus dipenuhi karena permintaan mereka adalah permintaan yang tepat. Apa yang dikatakan oleh Jokowi ini mau menunjukkan bahwa Jokowi sebagai presiden memahami benar tentang kondisi alam yang memiliki curah hujan yang rendah dan minimnya ketersediaan air. Bahwa air menjadi penting dan memiliki pengaruh pada tingkat kemakmuran bagi masyarakat. Dengan adanya waduk yang diresmikan (waduk Napun Gete), bisa digunakan untuk aktivitas pertanian.
Kehadiran air memberikan daya yang mengubah kehidupan sekitarnya. Ketika aliran sungai membentang, maka terlihat sepanjang itu pula ada kehidupan baru. Kehadiran air dalam jumlah besar bisa memberikan kehidupan, tidak hanya dunia pertanian tetapi juga memberikan kesempatan pada ternak untuk mereguk air itu agar bertahan hidup. Pada kesempatan kunjungan itu juga, Jokowi mengatakan bahwa salah satu daerah di Sumba, dulunya menjadi pemasok hewan ternak seperti sapi. Tetapi karena kekurangan air maka hewan-hewan ternak juga menjadi musnah. Air bisa memberikan kehidupan pada rumput dan dengan rumput itu bisa menjadi makanan sapi.
Ketika melihat presiden berada dekat waduk dan memberikan kata sambutan itu, mengingatkan aku pada teks kitab suci yang menampilkan kisah tentang Yesus yang berdialog dengan perempuan Samaria di dekat sumur. Dialog tentang sumur yang menampung air itu, tidak sekedar air dalam konteks harafiah tetapi ketika dimaknai secara lebih jauh maka air melambangkan air kehidupan. Barang siapa meminum air itu maka ia tidak akan haus lagi. Kata-kata Yesus ini menggiring kesadaran iman kita sebagai peziarah yang berada pada titik letih untuk terus mencari air agar rasa dahaga bisa terhapuskan. Makna perjumpaan Yesus dengan perempuan Samaria juga memberikan simbol keberpihakan dan mengangkat kembali martabat orang Samaria yang selama itu dipandang oleh orang Yahudi sebagai masyarakat kelas dua. Perjumpaan itu membawa konsekuensi akan pengangkatan harga diri seorang Samaria. Yesus pada saat bertemu dengan perempuan Samaria, tidak menempatkan diri sebagai seorang Yahudi tetapi sebagai utusan Allah yang bersikap netral penuh cinta kasih.
Kehadiran Yesus bersama perempuan di tepi sumur, memberikan sebuah informasi penting bahwa air kehidupan itu tetap memberikan rasa puas kepada siapa pun yang mereguk air kehidupan itu. Dalam konteks hari ini, ketika kehadiran presiden di Maumere yang terkenal panas suhunya, sepertinya menghapus rasa dahaga. Kehadiran presiden di Maumere dan Sumba juga mau mengangkat kembali pamor NTT untuk bergerak ke arah kemakmuran secara ekonomi. Dengan keberadaan waduk bisa mengangkat kembali perekomian warga agar perlahan bisa menghapus stigma banyak orang bahwa NTT itu daerah miskin. Gunakan waduk sebaik mungkin agar kelak kemakmuran itu berpihak pada masyarakat NTT.***(Valery Kopong)
0 komentar:
Post a Comment